Octagon 3 - 279 : Buah Simalakama Pt. 4

221 29 38
                                    

"Sudah yakin aman?"

Pertanyaan dari Hajoon bernada khawatir, walau berusaha sekuat tenaga tak memperlihatkannya sama sekali. Namun tentu, Nicholas pernah mengurusnya dahulu, jadi ia sudah sangat hapal akan gerak-geriknya, yang tak pernah berubah, walau semakin membaik. 

Sehingga Nicholas saat itu mendekat ke arahnya, setelah bicara, lalu berucap dekat dengannya. "Sudah aman. Tak ada tanda-tanda. Mereka dipulangkan."

"Yakin?" Hajoon bertanya, sebelum sedikit mendesah. "Maaf, bukan meragukan seorang Angkatan Laut, tapi--"

"Aman." Nicholas memotong lagi, kali ini sembari menepuk bahu Hajoon, menghadapnya dari posisi setengah lebar tubuh mereka, agar wajahnya sejajar untuk berbisik pada sosok yang lebih muda, dan tingginya di bawahnya. "Saya kurang suka jika kita harus lagi dan lagi mengandalkan Kantata."

Hajoon sedikit menoleh untuk melihat ke arahnya. "Sayangnya, Rastafara telah--"

"Saya paham itu." Nicholas mengangguk, mengiyakan. "Hadirnya saya di sini pun, setelah saya mendengar penjelasan seluruhnya dari Ayah saya. Jadi, ya, bagaimana lagi, bukan?"

"Tapi Kantata memang bisa membereskan--"

"Seperti mematahkan tangan kamu?" tanya Nicholas, tersenyum sekilas lalu menepuk punggung Hajoon, seolah memeluknya dengan satu tangan. "Kamu itu ada di bawah angkatan saya. Kamu itu hadir karena saya yang membuat kamu masuk. Seharusnya hanya saya yang berhak menyakiti kamu."

Hal itu sedikit membuat Hajoon mengangguk, tersenyum.

Walau begitu, Nicholas juga tak memiliki hal untuk dikatakan. "Banyaknya kejadian di angkatan kita dahulu berhasil mengubah banyak hal. Gila saja, saya sampai harus melampiaskannya ke Angkatan Laut, dari pada berubah menjadi pengeksekusi seperti Kantata."

"Itu bagus." Hajoon membalas. "Lebih baik. Menjadi hening diantara badai."

Nicholas pun memundurkan tubuhnya dan kemudian menatap padanya. "Hari ini, apa Rastafara masih menginap di tempat kamu?"

"Hari ini terakhir dan--"

"Tidak ada terakhir."

Tiba-tiba saja, seseorang memotong.

Nicholas berbalik, dan Hajoon mengangkat wajah, untuk melihat Dongwook mendekat sembari membuka kancing dari kemeja bagian lengannya. Nicholas dan Hajoon saling melirik tak kentara, selagi Dongwook tersenyum dan kemudian berdiri di samping dua sosok yang berhadapan tersebut.

Dongwook yang tahu kebingungan dari keduanya, menjawab kemudian. "Oh, Rastafara ikut pulang dengan saya. Sekarang juga."

Segera Hajoon melirik Nicholas, meminta bantuan sebagai manajer yang lebih berhak akan itu.

Selagi Nicholas pun berusaha menyampaikan. "Sepertinya tidak. Masalah ini masih--"

"Video tersebar, bukan?" Dongwook bertanya, mengulang yang terjadi. "Isi dari flashdisk tersebut potongan yang paling kita semua takuti untuk tersebar, bukan? Jika Rastafara tak ikut dengan saya, saya tak akan mengerjakan apapun."

"Lagi, bermain dengan power sebagai 25?"

Kali ini ketiganya menoleh, hanya saja yang terkekeh hanya satu.

Adalah Changmin yang baru sampai, dan dengan segera menunjukkan surat di tangannya. "Kita sudah melihat dan memeriksa bahwa sekitar sepuluh hari kurang yang lalu, Rastafara mengalami panic attacks dan saya curiga, jika saya belum memeriksa, bahwa ia mengalami gangguan kecemasan. Menghindari hal buruk terjadi, saya membawa surat untuk--"

Tetapi hal itu dimatikan langsung, di detik selanjutnya, oleh Dongwook yang langsung merapat pada Changmin, dan berbisik di telinganya. Tipis sekali, tak bisa Nicholas dan Hajoon ketahui apa. "Saya tau kamu hendak membawanya menuju Ayahnya, dan saya tak akan membiarkan hal itu terjadi."

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang