Octagon 3 - 267 : Peringatan Pt. 7

208 30 42
                                    

Sudah lebih dari 25 menit dalam perjalanan mereka, Seonghwa hanya diam, dan menggigit jemarinya begitu cemas. Duduk secara tak nyaman, padahal Rowoon telah menjemputnya dan mencoba membuatnya merasa baik-baik saja. Walau tentu Rowoon khawatir adanya; Seonghwa terlihat sangat cemas sekali saat itu.

Ingin Rowoon bertanya, tapi takut dianggap melanggar batasan.

Sesungguhnya berhubungan seperti ini cukup menyesakkan untuknya. Rowoon tak pernah tak serius sebelumnya.

Hingga tiba-tiba saja, Seonghwa mulai membuka suaranya. "Aku boleh tidur di tempat kamu malam ini? Aku janji gak akan minta apa-apa lagi—"

"Boleh, Seonghwa." Rowoon memotong, tak bermaksud tak sopan, justru ingin membuatnya langsung merasa nyaman. "Aku juga bisa tidur di sofa kalau misalnya kamu butuh privasi."

"Makasih..." Seonghwa berbisik pelan, dan kemudian menunduk, memainkan jemarinya sendiri. "Maaf, ya, hidup aku banyak maunya sampai libatin kamu, padahal berantakan adanya."

"Ngomong apa kamu?" Rowoon membalas dengan lembut, dan menatap ke depan, pada jalanan untuk fokus mengemudi. "Semua orang punya masalah mereka sendiri, Seonghwa. Aku justru kagum, kamu bisa buat batasan dari keinginan pribadi kamu."

Sedikit Seonghwa melirik ke arah Rowoon.

Selagi Rowoon sendiri melanjutkan kalimatnya, secara hati-hati. "Jangan sungkan buat minta bantuanku lagi, kalau kamu ada di situasi yang bikin kamu gak nyaman. Sekalipun hubungan kita udah berakhir, Seonghwa."

.

.

.

"Jadi tadi... Ayah bilang apa aja...?'

Hongjoong bahkan tak tahu bagaimana caranya merespon, ketika pikirannya penuh mendadak dari sebuah pertanyaan nyata yang kini menyerangnya. Jadi Jeremy tak benar-benar butuh Hongjoong menjaga Winter, karena di sisi lain, justru Jeremy ingin dekat dengan Hongjoong? Alasannya agar Hongjoong dapat memberikan motif di balik Gongyoo membunuh Casugraha, dan Kahiyang alias istrinya.

Winter sebenarnya aman, sangat aman, lantaran Jeremy sendiri posisinya sangat aman, jadi tak akan ada yang mau mengusiknya.

Hanya saja Jeremy butuh Hongjoong memberikan jawaban atas semua alasan mengapa kedua orang tersebut harus mati. Bisa dikatakan... murni sebuah permintaan dari teman yang merasa tak adil?

Seorang bagian dari lingkaran dalam bicara tentang ketidakadilan...

Walau sebenarnya Hongjoong tak keberatan, karena ia butuh alasannya, sehingga dirinya bisa bersiap di saat mungkin San akan mengetahuinya suatu hari nanti. Selama belum terjadi, Hongjoong harus berada beberapa langkah di depan. Tanpa terkecuali.

Hongjoong tak sadar bahwa tiba-tiba saja, Winter menyentuh dahinya, dengan mendahului langkah dan berdiri menghadapnya. Hongjoong sampai mengerjap pelan, dan menyadari bahwa Winter memegang selembar berisi beberapa sticker di tangannya.

Jadi Hongjoong menyentuh dahinya sendiri kemudian, untuk memastikan bahwa sang perempuan memang menempelkan sticker pada kulitnya.

"Harusnya Winter yang ngelamun, loh, Kak Hongjoong... karena Mom and Dad tiba-tiba ngasih tau sesuatu yang mengerikan tapi seolah biasa aja..." Winter sedikit mengerucutkan bibirnya, tetapi raut wajahnya memang memperlihatkan kesedihan. "Yang lebih seram... karena Kak Hongjoong juga bagian dari itu..."

Hal itu membuat Hongjoong menarik napasnya cukup panjang. "Winter, seberapa percaya kamu pada anggota band kamu? Skala 1-10."

"Um... 9?" Winter menjawab sembari menunjukkan sembilan jarinya, dengan satu terlipat di mana ia menahan lembar stickernya.

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang