Octagon 3 - 246 : Perubahan Pt. 1

275 32 65
                                    

"Sansan!"

Sapaan itu terdengar begitu senang adanya, dari Wooyoung ketika ia membuka pintu kamarnya dan mendapati San berada di hadapannya. San memang tersenyum, dengan dua benda di tangannya--satu sebuah paper bag, satu laginya sebuah buket bunga. 

Sebenarnya Wooyoung hampir menanyakannya, tetapi teralih lebih dahulu pada seberang, kamar 302, di mana Seonghwa masuk ke dalam dan membanting pintunya.

Sehingga Wooyoung sedikit menghela napas, dan menatap ke arah San yang masih mencoba terlihat baik-baik saja, tetapi sorot matanya tak bisa bohong. Jadi Wooyoung menarik San ke dalam, menutup pintunya dan kemudian bertanya. "Berantem lagi sama Seonghwa, ya?"

"Gitu deh." San menjawab, sedikit tak acuh, sebelum teralih pada dua benda di tangannya, yang ia angkat. "Lihat. Gue bawa apa?"

Wooyoung terlihat khawatir, tetapi tak mau tak menghargai usahanya untuk membuat moodnya membaik. Wooyoung mengangguk, lalu melihat ke arah dua hal tersebut. "Oke... bunga warna oranye, kenapa?"

"Warna lo itu oranye~" San berucap, tetapi menahan buket bunganya dan malah menyodorkan paper bag di tangannya. "Kalau ini ada pumpkin cake.  Udah pernah coba belum?"

Sambil menerimanya, Wooyoung agak mengernyit. "Udah...?"

"Wah, kanibal~" San terkekeh gemas.

Yang mana membuat Wooyoung memutar mata dalam kekehan juga. "Okay... perkara apa ini?"

Tak ragu, San mengatakannya. "Sebenarnya gue tuh sangat, sangat ingin, ajak lo romantic dinner, tapi sialan. Gue pencemburu. Yang kebayang itu, lo pernah diajak romantic dinner sama Juyeon, jadi gue gak mau."

Wooyoung ternganga, menahan tawanya. "Bentar, bentar... apa?"

"Gue tuh gak mau ngulur waktu lagi dari kemarin, jadi, ya, kita lakuin hari ini." San berucap cepat sebelum menyodorkan buket bunga dahlia berwarna oranye padanya. "Gue gak mau bawa mawar merah juga, karena terlalu monoton. Jadi gue bawa bunga ini."

Dengan senyuman di wajahnya, Wooyoung menerima buket tersebut perlahan lalu bertanya, "terus maknanya apa?"

"Kata florist-nya, bunga ini punya makna kemegahan, dan..." San menghentikan kalimatnya sesaat, ketika nadanya melunak, pun dari bagaimana ia menyentuh pipi Wooyoung perlahan. San mulai tersenyum dengan lembut, saat melanjutkannya. "untuk martabat."

"Martabat...?" tanya Wooyoung yang mendengarkannya dengan hati-hati.

San mengusap pipi itu perlahan, tatapannya berubah menjadi sendu. "Gue sedih banget waktu lo kayak dulu... waktu lo gak bisa milih antara Juyeon dan Yeonjun... waktu lo juga gak bisa nentuin antara gue atau Juyeon..."

Tersentak, Wooyoung terdiam.

Dari tatapan San pun, dirinya mencoba menjelaskan. "Gue juga gak maksud buat hampir pandang lo rendah. Tapi di titik itu, gue gak bisa lihat lo lebih baik. Sekarang, gue sakit, karena waktu di pantai lalu, lo bahkan rela direndahin, dan lo nganggap diri lo benar rendah akibat yang lo lakuin dulu sama Yeonjun..."

Kedua mata Wooyoung memerah mendadak; yang disinggung adalah luka terdalamnya, di masa sekarang.

San bisa membacanya, maka dari itu, ia mulai menangkup pipi tersebut, dengan satu tangannya tersebut. "Gue mau ninggiin martabat lo di mata anak-anak. Gue mau lo seperti Wooyoung yang awal. Gue sendiri pun, mau perlakuin lo sebaik-baiknya--"

"Kok hati gue sesak banget lo sebaik ini ke gue, San...?" Wooyoung mendadak memotong--bagaimana pun juga, tak kuat menahan rasa panas yang tiba-tiba menyerang dada, pun matanya. "Gue udah seburuk itu. Gue udah pernah rasain ada dua orang yang setia dan serius sama gue, tapi gue malah nyakitin mereka. Sekarang lo kayak gini cuma bikin gue takut... gimana kalau gue malah nyakitin lo nantinya?"

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang