Octagon 3 - 299 : Bergantung Pada Akar Lapuk Pt. 9

182 26 25
                                    

Pukul 12 siang.

Stella masuk ke dalam ruangan, di mana empat anggota The Overload masih menunggu dengan begitu resah. Stella membaca ruangan, sebelum tersenyum menatap seluruhnya. Tampak tak segila kemarin, Stella justru tampak begitu cerah. 

Antara mengejutkan atau tidak, tetapi di sana, Yunho, Mingi, Juyeon dan Younghoon tampak sudah sangat pasrah dengan keputusan apapun.

Terlebih ketika Stella menepuk tangannya sekali, untuk mendapatkan perhatian mereka. "Sekarang kalian makan siang dahulu, ya? Sebelum kami selaku agensi harus memberikan klarifikasi, walau kebetulan, Rastafara belum bisa tiba di sini."

"Sudah dapat kabar dari Hongjoong?" Tak bisa menahan, Mingi langsung berdiri dengan kekhawatirannya.

Stella nyatanya mengangguk. "Sudah. Dari Ayahnya langsung."

"Hongjoong bersama Ayahnya?" Yunho ikut terkesiap, untuk menanyakannya. "Kalau gitu... Hongjoong artinya tak bersama--"

"Ayahnya akan langsung mengantar Rastafara kemari, setelah urusan mereka selesai. Mungkin pukul 4 atau 5 sore." Stella melanjutkannya, sebelum berjalan perlahan mendekat, dan mulai memasang raut wajah sedihnya. "Oh, anak-anakku. Kalian semua kelelahan, ya? Sebentar lagi semua selesai, ya? Kita akan selesaikan ini."

Namun Younghoon sedikit mendecih, terdengar tak terima sekaligus pasrah. "Ah, benar... mengorbankan Seonghwa?"

"Ini gila..." Juyeon memutar matanya sendiri.

Sedangkan Stella langsung memberikan ekspresi polos, selaigus lembut. Stella memilih mendekat pada Younghoon, untuk menyentuhnya di kepala, yang mengangkat wajah dari posisinya duduk untuk melihat.

Tepatnya untuk melihat jelas, juga mendengar, bagaimana Stella menjelaskannya. "Percaya atau tidak, menyalahkan Seonghwa ada di keputusan leader kalian sendiri. Jadi, jangan marah pada saya, ya?"

.

.

.

"Tidak bertingkah, Rafa."

Namun bagaimana Hongjoong bisa mendengarkan apa yang sang Ayah minta, ketika dalam perjalanan mereka--duduk berdua di kursi belakang selagi supir membawa mereka--ia diberitahu sesuatu yang tak sesuai dengan persetujuannya. Akan bagaimana Gongyoo menjelaskan padanya, bahwa Seonghwa akan dijadikan dalang dari masalah yang sudah lebih dahulu tersebar.

Hongjoong tak terima. Jelas. 

"Kita sudah setuju akan--"

"Ayah mikirin gak sih, perasaan orang tua Seonghwa gimana?" Hongjoong memotong, nadanya gemetar.

Tanpa melirik, Gongyoo saat itu sibuk dengan ponselnya sendiri--tentu untuk tetap melakukan pekerjaannya--dan membalas. "Kamu lebih pilih mana; orang tua Seonghwa tahu tentang fakta bahwa anak mereka pernah diperkosa tujuh orang, atau orang tua Seonghwa tahu bahwa anaknya ternyata--"

"Jangan sampai kata 'murahan' yang Ayah hendak keluarkan." Lagi, Hongjoong menyela. Kali ini terdengar seperti ancaman.

Sehingga Gongyoo melirik, lalu melanjutkan kepingan untuknya. "Mencintai seseorang yang tak setara dengannya."

Hongjoong tersentak, langsung tertekan adanya. Hongjoong memilih untuk menertawakannya, dalam perih. "Oh... Rafa lupa... Ayah selalu tau kehidupan Rafa selama ini... dalam artian, Ayah tentu tau kalau Rafa punya perasaan sangat, sangat dalam, pada Seonghwa, ya?"

"Sudah tak lagi, Rastafara. Semua berakhir." Gongyoo mengatakannya, sembari kembali pada urusan melalui ponselnya. "DP sudah diberikan. Selanjutnya, setelah semua mereda, Ayah berikan kehidupan lebih layak bagi kedua orang tua Seonghwa--bahkan untuk memindahkan mereka ke ibukota, mudah adanya. Jika--"

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang