Octagon 3 - 355 : Nanah Pt. 5

225 29 41
                                    

Bergerak dengan gemas, agak melompat ke arahnya, Wooyoung mencoba mengejar Jongho di dalam studionya. Di mana Jongho juga tertawa, terus mencoba menjauh dari Wooyoung, sembari terus mengarahkan kamera ponselnya padanya. Selagi keduanya juga berusaha menghindari area lantai di tengah, dikarenakan sebuah kue tart yang Jongho bawa untuknya, untuk ucapan selamat atas pembukaan studionya, berada di sana.

Sebelumnya, Wooyoung pergi sendirian karena Jongho tak ada. Mengingat tak ada juga yang bisa pergi dengannya dari para penghuni lantai 3, karena 3 anggota The Overload bekerja, Seonghwa tengah dalam keadaan tak bisa dan tak ada, Yeosang entah kemana tak bisa dihubungi, dan San yang memang sudah izin pergi.

Lalu tiba-tiba saja Jongho datang membawa kue tart berwarna putih tersebut di tangannya, sembari satu tangan lainnya merekam reaksi Wooyoung. Bernyanyi memberikan selamat, dan kemudian mereka merayakan bersama. Hanya saja Jongho tak berhenti merekam, sehingga mulailah mereka saling berlarian.

Sampai akhirnya lelah terasa dan keduanya tertawa bersama.

Wooyoung merasa senang, sembari meremas lengan Jongho begitu gemas yang akhirnya menyerah dan menghentikan rekamannya. Walau setelahnya, Wooyoung langsung menghela napas dan mendudukkan dirinya kembali. Terasa langsung memberat kembali, yang membuat Jongho langsung menatapnya khawatir, ikut mendudukkan diri di sampingnya.

"Loh? Kenapa, Kak?"

"Entah..." Wooyoung langsung meringis tipis. "Kayak langsung kesiksa aja... mikirin yang lain lagi menderita, tapi gue malah opening..."

Sejujurnya Jongho bisa memahami. Hanya saja di bagian sebaliknya, di mana sering dirinya bersedih, dan yang lain bahagia, sehingga ia harus berbaur. Walau Jongho tahu, semuanya tak salah, karena dirinya yang tak bercerita.

"Kerasa salah aja..." rintih Wooyoung dan mulai menunduk.

Jongho jelas menatapnya khawatir, dan segera menepuk punggungnya pelan. "I mean, ini tanggal lo, Kak. Kalau mundur nanti lo nyesal. Di sisi lain, kita belum tau kabar dari yang lain, jadi kita gak benar-benar 'melupakan masalah yang ada untuk bersenang-senang sendiri'."

"Iya kah?" tanya Wooyoung, melihatnya dengan wajah penuh perasaan sedih.

Berusaha untuk tak merasakan apapun untuk masalahnya sendiri, Jongho dengan gemas mengangguk padanya. "Serius, Kak. Yang lain juga bakal senang sama keputusan lo ini, jadi tolong nikmati, ya? Seenggaknya, lo udah bisa lakuin apa yang lo mau. Lo tinggal perlu nunggu kami semua juga, kejar buat capai apa yang kami mau."

"Kalau lo?" Wooyoung langsung bertanya. "Lo mau apa, Jongho?"

Ini sedikit sulit untuknya, tetapi setelah Mingi sibuk dengan urusannya, banyak bicara dengannya membuatnya cukup tenang. Wooyoung sendiri terasa tidak seperti bagaimana dirinya sibuk mencari validasi ke sana dan ke sini, seperti dahulu. Jadi sedikitnya, Jongho membuka. Sedikit saja. "Cuma mau jadi penyanyi, Kak..."

"Oh, ya? Terus--"

"Dan cuma ingin nikmati pertemanan ini." Nyatanya, kalimat potongan dari Jongho membuatnya jelas terkejut. Jongho pun tersenyum, melanjutkannya. "Karena udah berulang kali, gue gak ngerasa... cocok ada diantara kalian. Sering kali gak dianggap. Sering kali menjadi pengamat yang... lama-lama gue mikir, gue memang sendirian. Kak Hongjoong dan Kak Seonghwa seumur. Kalian juga seumur. Dan gue... sendirian."

"Jongho, gak kitu..." Wooyoung langsung meremas lengannya kembali. "Gue juga pernah ngerasa sendirian, Jongho... t-tapi lo gak kayak gitu."

Jongho tak mau menyetujui, tetapi ia menghargai. Jongho hanya tersenyum dan mengangguk saja.

Walau, ya, Wooyoung juga sadar, Jongho masih menahannya.

Sebelum terlarut, Jongho hendak untuk mengganti topik. Tetapi kalah cepat, dari adanya seseorang muncul, dengan sebuket bunga besar berwarna oranye--mungkin memiliki 50 tangkai--dari pintu yang dibuka tersebut.

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang