Octagon 3 - 296 : Bergantung Pada Akar Lapuk Pt. 6

179 25 20
                                    

"Cuma itu... tolong..."

Sembari menunduk, di mana Hyunjae berusaha bicara secara diam-diam di bilik toilet yang tampak terpakai tersebut, ia berucap. Hyunjae mempertahankan suaranya terus setipis mungkin, karena ia sendiri harus menyembunyikan, dalam waktu tipisnya.

Ada balasan dari seberang.

Hyunjae dengan matanya yang agak sembab, membalas kembali. "Gue aman, Eunwoo... lo tenang sekarang, ya? Tapi tolong... lakuin yang gue minta. Maaf karena gue ngerepotin lo terus... tapi cuma itu yang bisa gue minta sama lo sekarang. Tolong... nanti kita ketemu lagi."

Balasannya terdengar sangat khawatir.

Hyunjae mengangguk paham karenanya. "Gue janji, lo orang pertama yang gue datangi setelah semua beres, ya? Tolong... jangan khawatir lagi. Gue baik-baik aja... bentar lagi gue juga bakal ketemu bokap..."

Suara pintu terbuka terdengar.

Segera Hyunjae melirik ke arah pintu biliknya yang masih tertutup, saat mendengar suara di sana.

"Jae, udah belum?" Suara Hongjoong, dari luar bilik. "Ayo... bokap gue udah bisa diajak ngobrol."

Hyunjae langsung bersiap memutus panggilan. "Gue tutup sekarang. Lo... jaga diri juga."

Pintu biliknya diketuk kemudian.

Buru-buru, Hyunjae mengunci layar ponselnya kembali setelah panggilan terputus, dan menjawab pelan. "Ya, Hongjoong... gue udah selesai."

"Okay." Suara tipis Hongjoong terdengar. "Gue bakal perjuangin ini, jadi lo tenang aja. Lo gak sendirian."

Hyunjae hanya menahan perasaannya sendiri, ketika ia membuka pintu bilik dan menemukan Hongjoong menatapnya. Hyunjae pun tersenyum dalam anggukan, lalu mendekat padanya. Sudah siap, untuk rencana mereka. "Ayo... Hongjoong."

.

.

.

Sembari menunduk, Wooyoung terus berjalan sendirian, keluar dari rencana sebelumnya. Bermula dari berniat hanya memutari lapangan parkir atau halaman belakang, Wooyoung berakhir dengan berjalan keluar dan berjalan di jalanan sepi tersebut, seorang diri.

Wooyoung tak bisa memikirkan apapun, selain nasib yang lainnya. Terlebih untuk mereka yang memang mendapatkan masalah ini secara nyata; Hongjoong, Seonghwa, bahkan San. Wooyoung hanya butuh informasi akan kabar mereka, karena menunggu seperti ini ternyata sangat menyakitkan, juga menyesakkan. Tanpa tahu apapun, sedikitpun.

Perbedaannya, Wooyoung tak seperti sebelumnya, hanya tak tahu sendiri.

Kini Wooyoung juga tak tahu, seperti seluruhnya.

Wooyoung saat itu hanya berbolak-balik, tak jelas. Hingga sampai ia di depan sebuah bangunan, di mana studio yang akan dibukanya nanti, berada di hadapannya, pada lantai dua. Wooyoung menatapnya dari bawah, secara nanar. Seluruh mimpinya akan ia tuangkan di sana, tetapi untuk apa jika perasaannya bersedih adanya?

Sesak sekali, memikirkan teman-temannya tengah menderita.

Tiba-tiba saja, ada sebuah mobil muncul dari belokan, menuju ke arah Lotus. Namun mobil itu berhenti terlebih dahulu di dekatnya, untuk kaca jendela itu diturunkan, membuatnya segera menatap dengan bingung.

Hajoon... bersama manajer baru The Overload.

Lalu San ke mana? Seonghwa? Bukankah tadi mereka berangkat dengan mobil San?

Wooyoung segera menghadap, dengan sangat takut. "San... San mana? Seonghwa mana?"

"San dan Seonghwa bersama Hongjoong." Hajoon menjawab, seolah memang mengatakan kejujuran. Sehingga Wooyoung setidaknya bisa bernapas lega, jika memang mereka bersama Hongjoong. "Saya akan mengambil mobil saya di Lotus. Kamu ikut naik. Sekaligus kami akan menjemput The Overload lainnya."

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang