Octagon 3 - 206 : Keresahan dan Kegilaan Pt. 4

242 33 52
                                    

Setelah melewati perjalanan selama 2 jam--lantaran sedikit terjebak macet--akhirnya seluruhnya telah tiba di Fever Motel, yang memang sudah ditutup untuk umum, namun hasil dari permintaan sewa, maka diberikanlah izin mereka di sana. Terdapat sleeper bus eksklusif, yang telah menunggu mereka untuk tempat beristirahat. Dua di antaranya terbilang mewah, untuk seluruh anggota The Overload dan juga Venom.

Fever Motel sendiri terkenal dengan tragedi berdarah, dan kebetulan, pernah ada sebuah kebakaran besar dilaporkan, tetapi tak ada sedikitpun bekas terbakar dari tempat yang ditutup pada tahun 2001 akhir tersebut.

Kini para staf tengah menyiapkan set, di area seberang Fever Motel--menyebrang jalan--untuk shoot mereka secara permainan musik alias penampilan sebagai band, bukan untuk jalan cerita terlebih dahulu. Selagi dipersiapkan, yang lainnya menunggu di kursi lipat yang nyaman, dengan beberapa staf yang berada di sekitar, sibuk sendiri. 

Belum ada satu pun yang dirias, pun mengenakan pakaian yang disediakan. Seluruhnya memang masih diminta bersantai, saat itu juga.

Kebetulan Jennie tengah sibuk bermain dengan ponselnya. Younghoon mengobrol bertiga bersama Yunho dan Rose. Selagi Juyeon, Mingi, Jisoo dan Lisa berkumpul bersama untuk mengobrol, apapun yang bisa mereka bicarakan.

Sedangkan Hongjoong, saat itu hanya diam dengan tangan terlipat di dada, sampai kemudian dirinya berdiri dan meninggalkan sekitar, untuk masuk ke bus lain, yang mana akan menjadi tempat riasnya. Hongjoong mencari staf, lalu setelah menemukannya, ia meminta oksigen karena mendadak merasa sesak napas kembali. 

Kacau sekali rasanya.

Hongjoong tak pernah seperti ini sebelumnya, tetapi terasa, untuk esok hari, dirinya panik adanya. Bagaimana pun juga, Hongjoong takutkan tak bisa memenangkan pemilihan. Di sisi lain, Hongjoong juga cukup takut jikalau ia memenangkan pemilihan.

Berselang detik, Hajoon masuk ke dalam bus tersebut dan mengecek keadaan.

Padahal Hongjoong merasa tak melihat Hajoon sebelumnya, tetapi lelaki itu menggantikan staf untuk memberikannya bantuan dari tabung oksigen kecil, berada di hadapannya, dan membantunya juga untuk mengatur napas.

Hongjoong melakukannya, sampai merasa dirinya lebih baik, setidaknya.

Barulah, Hajoon meminta staf untuk meninggalkan mereka berdua di dalam, sembari lelaki itu menurunkan tabung dan menutup kembali penutupnya.

Hongjoong merasa tak enak, untuk menjelaskannya. "Maaf... tadi di kost ada sedikit masalah, jadi terbawa juga sampai sini."

"Siapa yang memberatkan kamu?"

Tak ada keinginan Hongjoong menjawab.

Hajoon bisa memahami dan langsung membuat keputusan. "Seminggu pertama setelah pemilihan, kamu tinggal dengan saya."

"Apa?" Hongjoong terkejut adanya. "Tak perlu. Itu--"

"Saya tidak bisa mengambil risiko." Hajoon mengatakannya dengan tenang, sembari menarik lengan Hongjoong untuk mengecek nadinya. "Lagipula saya tak jadi cuti sampai tanggal 12, saya mengambil sampai tanggal 17."

Dalam diam Hongjoong memperhatikan--masih ingin menahan.

Selagi Hajoon tengah terfokus, sebelum mengecek di bagian leher dengan kedua jarinya. "Teman saya, Stefan, menjadi gila karena ditekan untuk pemilihan, karena Ayahnya bagian dari pelaku kudeta. Kamu ditekan karena selain kamu adalah angkatan 50, kamu berdarah Prananto. Jadi jangan melawan, karena saya memang bukan manajer, tapi saya tetap ketua."

Jadi memang Hongjoong tak memiliki perlawanannya.

Hajoon selesai, kembali untuk menatap Hongjoong yang ikut menatapnya kembali. "Jika terasa apapun, langsung katakan. Di sisi lain, saya dokter."

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang