Octagon 3 - 275 : Penuntutan Pt. 5

200 30 36
                                    

"San! Tsk!"

Wooyoung menumpu satu kakinya pada jalanan, menahan motornya di tepian di mana ia berhenti. Dari balik helmetnya, Wooyoung berusaha mengecek juga mencoba kembali untuk menghubungi satu orang, di mana sejak tadi pun telah dicobanya. Sebelum, ya, Wooyoung juga mencoba pada satu orang lainnya.

Hanya saja, San mengkhawatirkan.

Bahkan Wooyoung mengabaikan pekerjaannnya untuk menata beberapa perabot yang dibutuhkan untuk studi barunya tersebut. Wooyoung langsung kembali ke Lotus, bertemu Jongho untuk memintanya mengecek internet, dan kemudian pergi melesat sendiri dengan motornya.

Beruntung, walau belum pernah pergi ke  sana, Wooyoung bisa menemukan alamat di mana Titik Koma berada. Jadi memang Wooyoung menuju ke sana, untuk setidaknya memberitahu San perihal yang terjadi, juga bertemu dengan Seonghwa yang menjadi tujuan, topik utama dari yang terjadi.

Tapi, ya, Wooyoung juga butuh panggilannya diangkat lebih dahulu.

Wooyoung mencoba lagi, namun nihil.

Tak diangkat sama sekali.

Dalam erangan, Wooyoung mengembalikan ponselnya ke dalam saku. Kemudian Wooyoung pun membawa dirinya langsung kembali, untuk mengemudikan motornya. Pada satu tujuannya. Selagi setahunya juga, Jongho pergi dari Lotus juga di titik yang sama. Namun untuk mendatangi Hongjoong.

.

.

.

"Ini permintaan terakhir Ayah kamu, Desan. Kamu harus menerimanya."

Ini sebuah tekanan, secara sengaja.

Sampai-sampai, San tak tahu harus menangis, atau tersenyum, sembari mengangkat  wajahnya. Merasa tak bisa menahan lagi, untuk mengatakannya. "Sebenarnya... kematian orang tua saya itu, buatan oknum, ya? Bukan kecelakaan semata?"

Jeremy langsung dibuat terdiam adanya.

Jadi, melihatnya seperti itu, San langsung mengajukan tuntutannya juga. "Kalau begitu, jika saya menyetujui ini, maukah Om Jeremy juga membuat perjanjian dengan saya?"

"Perjanjian apa, Nak?"

San tak tahu mengapa ponselnya terus bergetar, tetapi ini tak bisa ditunda. San mengabaikannya karena itu, memilih untuk duduk secara mantap, walau kesulitan, pada Jeremy dan Aristide untuk mengatakannya. "Saya mau kita mengusut kematian kedua orang tua saya bersama. Saya mau kematian mereka tak ditinggalkan sebagai kecelakaan semata. Jikalau dunia ini memang tidak adil karena banyak orang berkuasa di dunia hukum, yang terpenting, saya tahu siapa di baliknya."

Di titik itu, Winter melirik Jeremy, nyaris menangis, sampai tangannya gemetaran.

Selagi Jeremy melirik ke arah Aristide, seolah bertukar sinyal di sana.

San menunggu, walau masih belum yakin--haruskah ia mengkhianati Hajoon dengan memilih Jeremy, sesuai permintaan sang Ayah? Seolah Ayahnya sudah tahu, bahwa beliau akan mati secepatnya.

Sampai kemudian, Jeremy berakhir dengan anggukan, lalu menyetujuinya. "Dalam tiga hari, surat perjanjian akan tiba untuk kamu. Di titik itu, bisakah kamu sudah mulai memutuskan?"

Tiga hari...

San langsung menyodorkan tangan, untuk berjabat tangan.

Yang mana membuat Jeremy langsung membalas jabatannya.

Sedangkan Winter menunduk, menahan air matanya yang berjatuhan, karena harus menerima keadaan yang tak diinginkannya sama sekali.

.

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang