Octagon 3 - 380 : Hati Tak Hati-Hati Pt. 10

251 28 54
                                    

Malam hari.

Di sela pembicaraan santai dari Byungchul dan Serim, di teras sembari menikmati minuman dan camilan, Yeosang yang berada di bagian dalam rumah merasa tak nyaman adanya. Yeosang seringkali melirik dari dinding kaca--tidak full--berbingkai di bagian depan, untuk melihat reaksi dari pembicaraan mereka.

Takutkan ada pembicaraan serius.

Bagaimana jika Serim membocorkan semua yang terjadi?

Walau tak mungkin, mengingat sosok itu adalah Serim, dan juga obrolan mereka sejak tadi mengandung tawa.

Seah saat itu baru selesai membereskan semua usai makan malam mereka, tak sengaja melihat Yeosang, yang membuatnya menghampirinya. "Loh, kenapa sayang? Kok cemas gitu?"

Jelas Yeosang terkesiap dan menoleh, langsung tersenyum menggelengkan kepala. "Gak, cuma..."

"Papa akrab ya, sama pacar kamu?" Seah pun mendekat lalu mengusap bahunya.

Yeosang menjilat pelan bibir bawahnya. "Papa memang jago akrab sama siapapun... kan."

"Terus kenapa kamu kelihatan cemas?" Sang Ibu segera memutar tubuh Yeosang untuk menghadapnya lebih lekat, sebelum kemudian merapikan rambut panjangnya.

"Cuma... kaget kalau Mama sama Papa nerimain pacar Yeosang itu laki-laki?" Yeosang sadar, ya, dia mulai ahli untuk berbohong. Bukan secara alami, mungkin karena sering terhimpit situasi? "Ya... karena itu."

Seah menatapnya dengan senyuman khawatir, sembari menggelengkan kepalanya. "Sayang, Mama sama Papa itu cuma punya kamu. Kebahagiaan kamu itu nomor satu kami. Jangan pernah berpikir apapun tentang bagaimana yang Mama dan Papa pikir, karena kami akan selalu dukung kamu, apapun itu. Yang penting, hidup dengan benar, ya? Jangan lakukan hal-hal menyimpang yang merugikan."

Diberikan petuah seperti itu membuat Yeosang langsung berkaca-kaca. Yeosang ingin langsung menghindar, maka dari itu ia segera menyentuh lengan Seah dan tersenyum lagi. "Ma, besok pagi acaranya, ya? Yeosang mau tidur, dan ajak Serim, ya? Mama dan Papa juga tidur, masih banyak waktu ngobrol."

"Oh, benar." Seah mengangguk. "Ya sudah, ayo jemput pacar kamu. Papa sulit sekali melepas teman bicara soalnya."

.

.

.

Pintu utama terbuka.

Baru saja Jennie keluar dari kamarnya sembar membawa ponsel, ia melihat bagaimana Hongjoong mengganti sepatu dengan sandal rumah, sembari menaruh kunci mobilnya di atas rak sepatu kosong di sana. Jennie memperhatikan bagaimana Hongjoong langsung berlalu ke arah dapur, sembari merogoh ponsel dari dalam sakunya, yang disadari Jennie bahwa itu bukan ponsel Hongjoong yang biasanya.

Sehingga Jennie mendekat. Bersamaan dengan itu pula, sebuah panggilan tak terjawab masuk ke dalam nomornya.

"Itu nomor baru gue. Nomor buat urusan kantor dan kuliah." Hongjoong berucap dan setelahnya menaruh ponselnya di atas meja. "Yang lama masih aktif, cuma gak akan gue pake."

Jennie segera menyimpannya, sembari sedikit mengomel padanya. "Lo tau gak sih, Checkmate cuma butuh kita satu rumah itu buat kita ngelive di waktu gak terduga? Misalnya bangun tidur, atau mau tidur, cuma buat buktiin kita tinggal satu atap?"

"Ya." Hongjoong berbalik untuk membuka lemari pendingin dan mencari apapun yang sekiranya ingin dikonsumsinya. "Kalau lo mau pulang, pulang aja. Gue lagi gak mau balik ke kost, Kak."

"Bukan itu maksudnya." Jennie menggerutu kesal, dan ikut menaruh ponselnya di atas meja. Sembari dirinya memilih untuk duduk di salah satu kursi dari island tersebut. "Maksud gue, ayo ngelive. Capek gak?"

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang