Octagon 3 - 349 : Reversi Pt. 4

357 29 55
                                    

"Kak San..."

Panggilan itu diberikan, ketika San pada akhirnya muncul kembali, setelah menghilang adri toilet. San tersenyum sekilas pada dokter di Unit Gawat Darurat tersebut, sebelum meminta izin untuk mendapatkan waktu mereka, dengan menarik tirai agar area tersebut tertutup. Di mana Yunjin jelas berada di sana, terduduk, dengan tangannya yang sudah dalam balutan perban.

Selagi Heeseung berdiri, menatapnya penuh harap, dan Wooyoung yang memeluk erat hasil visum Seonghwa.

San menatapnya, berusaha menahan apapun yang dirasakannya. San kemudian melewati Heeseung, untuk mencapai Yunjin yang sangat berantakan--wajah, pakaian dan segalanya--dan kemudian mendudukkan diri di kursi kecil samping kasur. "Lo benar diperkosa?"

Heeseung hendak bertindak.

Hanya saja San telah lebih dahulu melanjutkan. "Seks yang lo gak mau juga namanya perkosaan. Lo seharusnya tau itu, udah lulus SMA, 'kan?"

"Sansan..." Wooyoung berbisik tipis, merasa kalimatnya terlalu kejam.

Sekilasn Yunjin melihat ke arah Heeseung.

"Berhenti lihat ke arah Heeseung, dan berhenti bohong depan gue. Lo jelas butuh bantuan, dan di sini gue bisa bantu lo." San langsung memotong, nadanya penuh dengan perasaan tertekan. "Lo diperkosa?"

Sambil berusaha menahan air matanya, Yunjin yang perlahan melihat kembali ke arah San, mengangguk dengan rapuh. Yunjin sekuat tenaga untuk mengatakannya. "T-tadi... saat ketemu, langsung bertengkar di meja makan... t-terus gue disiksa dulu, karena dia dipukul Heeseung sebelumnya. Setelahnya gue di... disetubuhi gak berhenti d-dari sekitar jam 8 sampai jam 10... d-dan... di saat gue mau pulang, dia marah lagi... dan n-nyetubuhin gue lagi..."

"Keluar di dalem?"

Yunjin ketakutan tapi mengangguk. "G-gue belum mandi... gue... ma-masih kotor..."

"Justru itu yang dibutuhin." San menarik napasnya kembali, sebelum agak memiringkan wajahnya. "Sadar, ya, lo diperkosa selama ini?"

Merasa tak nyaman, Heeseung mendekat pada kursinya. "Kak San, gue rasa--"

"Biar Yunjin jawab dulu." ucap San menyela, tanpa sedikit pun memutus tatapannya dari Yunjin. "Jawab gue. Lo diperkosa, atau lo mau diewein kayak gitu tiap hari, dari tiga tahun lalu?"

"Kak San...!"

Air matanya lolos meluncur, Yunjin langsung menangkup wajahnya dengan satu tangan lain, sebelum mengusapnya ke arah rambutnya. Yunjin mencoba menguatkan diri, kemudian menatapnya. "G-gue diperkosa... Kak San..."

Wooyoung di posisinya menutup mulutnya sendiri dengan bahunya--semua masalah telah membuatnya begitu emosional, sekaligus semua hal ini terlalu dekat, dan terdengar familiar. Wooyoung sulit menanggungnya.

Seketika San mengangguk. "Jadi lo sadar, Seonghwa juga diperkosa, bukan ngasihin tubuhnya buat ngegoda?"

"Kak San, g-gue minta maaf... gue takut..." Yunjin langsung merintih, jatuh dalam isaknya. "Kak... t-tadi Heeseung bilang juga kalau... g-gue gak seharusnya sembunyiin ini. Tapi gue takut sama Kak Dohyun... huks, udah cukup sama pacar gue, gue gak sanggup lagi..."

"Kak San, gue butuh visum Yunjin buat bawa ini jadi kasus, dibantu bokap gue..." Heeseung kembali bersuara.

Karenanya San menoleh. "Bokap lo siapa?"

"Pengacara." jawab Heeseung. "Bokap juga udah setuju, d-dan dengan adanya kejadian sekarang, ditambah Yunjin nyaris bunuh diri--Kak San, dengar. Gue bayar? Gue bisa bayar--"

"Lo aja main power, 'kan?" San kembali pada Yunjin dengan datar, untuk kemudian menatapnya. Selagi satu tangannya merogoh saku, mengeluarkan ponselnya sendiri, kemudian dirinya membuka kamera dalam mode video. "Rekaman pertama, lo bilang kesanggupan lo buat jadi saksi atas kasus Seonghwa. Rekaman kedua, lo jabarin apa yang lo lihat, beserta sebutin hari, tanggal dan perkiraan waktu. For your information, rekaman CCTV dari BreadBun and Coffee, sebelah Titik Koma, uda h ada di tangan gue, dan surprise! Ada satu kamera, yang arahnya lurus langsung ke arah tempat lo berdua parkir mobil. Jadi, lo sudah paham akan apa yang terjadi diantara kita?"

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang