Octagon 3 - 242 : Menuju Hari Pt. 7

210 29 50
                                    

Seonghwa hanya berdiri diam di dekat pintu, ketika Dohyun telah masuk lebih dahulu dan berjalan ke arah mesin fotokopi yang berada di ruangannya. Dohyun yang berwajah ramah dan selalu tersenyum itu Seonghwa kenal sebagai sosok yang memang baik adanya, tak bohong. Hanya saja, Seonghwa telah terbiasa dengan bagaimana orang-orang memang bisa memasang topeng baik, jadi berada di ruangan ini berdua membuat Seonghwa mempertahankan pintu terbuka.

Oh, ini yang San rasakan tadi sebelum berangkat.

Dohyun saat itu mencapai dua dus kertas terbuka, yang di dalamnya sudah berisi banyak salinan naskah yang sama untuk pementasan kali ini, yang berjudul Dewangga. Mengapa dinamakan demikian? Sepertinya Seonghwa harus membaca naskah lebih teliti dahulu, agar bisa mendapatkan jawaban dari segala filosofi dan perumpamaannya.

Ketika itu, Seonghwa masih diam menunggu.

Hingga Dohyun mendorong dua dus tersebut, dan mulai mengangkat wajahnya. "Seonghwa, bisa tolong cetakkan beberapa lagi? Saya tadi hanya sempat mencetak 50 saja."

"Bisa, tapi..."

Dohyun menunggu lanjutan kalimat Seonghwa.

Di mana Seonghwa sebenarnya hanya ingin bertanya, ada banyak sekali yang belum mendapatkan peran sehingga bisa membantu Dohyun, daripada meminta ia yang merupakan pemeran utama, bukan? Ini bukan sombong. Seonghwa hanya... seharusnya dia berlatih, bukan?

"Kemari."

Tidak...

Semoga yang Seonghwa pikirkan tak terjadi.

Karena jika iya... rasanya seperti... dikhianati?

"Sepertinya kita bawa 50 cetakan saja dahulu." Dohyun berucap, sebelum mengangkat satu dus, dan menatap Seonghwa kembali. "Cukup berat. Bisa bawanya?"

Agak terkesiap, Seonghwa langsung mengangguk pelan dan mendekat ke arahnya.

Dohyun pun tersenyum, sebelum kemudian berlalu lebih dahulu, melewati Seonghwa untuk keluar. "Bawa ke teman-teman kamu dan ambil satu untuk kamu. Setelah itu berlatihlah sekitar setengah jam, nanti kembali ke sini; berlatih depan saya."

Hendak Seonghwa bertanya.

Namun Dohyun lebih dahulu meninggalkan ruangan, sehingga Seonghwa hanya menarik napasnya cukup panjang dan mendekat pada satu dus tersisa. Seonghwa hampir membungkukkan tubuh, namun satu panggilan masuk ke dalam nomornya.

Segera Seonghwa merogoh saku, melihat sebaris nama dan mengangkatnya secepat kilat.

Tentu.

Secepat kilat.

"Hongjoong..."

"Dapat perannya?" tanya Hongjoong, sang penelepon dari seberang. "Aku tau kamu pasti dapat."

Seonghwa menunduk, namun berdiri lurus sembari mengangguk. "Dapat. San juga..."

"Buat jaga perasaan Wooyoung, selama terjadi di depan orang-orang atau kamera, bukan masalah."

Setidaknya dengan ini, Seonghwa merasa mereka masih terikat, tak benar-benar berpisah. Hongjoong terus... peduli padanya. Sebelumnya Seonghwa pikir tak akan seperti ini adanya.

"Kamu harus terus semangat, jalanin semuanya kayak biasa aja. Asal aku selalu tau siapa aja laki-laki yang bakal singgah di hidup kamu." ucap Hongjoong kembali, yang membuat Seonghwa mulai tersenyum tipis, mendengarkannya dengan baik. "Aku ada beberapa hal yang mau aku sampaiin ke kamu. Kita bisa lakuin ini mulai dari besok, gimana? Aku bisa izin sebentar dari Hajoon untuk temui kamu. Sebelum, ya, sebelum kita berdua sama sibuk adanya."

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang