Octagon 3 - 368 : Tanah Pt. 3

209 27 31
                                    

Berdiri diam memeluk tubuhnya sendiri, walau sudah tak menangis, tetapi jejak air mata itu masih ada di wajahnya. Di mana Winter masih merasa takut, sekaligus malu. Walau di sisi lain, mulai merasa senang dan tenang karena Hongjoong berada di sana, untuk membantunya.

Semua bermula dari Winter yang memisahkan diri untuk menempati rumah yang diberikan kunci oleh Jeremy alias Ayahnya, dan membuatnya sering datang beberapa kali jika butuh waktu untuk menangis. Menangisi keadaannya, tentang rahasia orang tua yang masih sulit untuk diterimanya. Di mata Winter, kedua orang tuanya adalah sosok terbaik dalam hidupnya. Mengapa berubah dalam satu makan malam saja, dari seluruh rahasia yang tak terduga?

Hingga tiba-tiba ada suara decitan berulang, yang membuat bulu kuduknya berdiri. Merinding. Winter takut akan setan, hantu, iblis, demit atau apapun namanya. Jadi Winter menangis dan menjerit, pergi keluar karena tak bisa menahan lagi--selagi ponselnya tertinggal di dalam.

Nyatanya, semua berasal dari ruang bawah tanah, di rumahnya tersebut. Dari pipa untuk saluran air, yang tertekan oleh sebuah besi yang jatuh. Murnya bergesekan, sehingga menimbulkan bunyi decitan berulang.

Jadi Hongjoong yang mencari sumber suara, kini telah berhasil memperbaikinya.

Sedikit masih terisak tipis, Winter berucap pelan, juga karena masih merasa tak nyaman. "Winter g-gak pernah masuk storage room... j-jadi gak tau kalau ada pintu ke ruang bawah tanah..."

"Sudah selesai." Hongjoong hanya menjawab demikian, dan kemudian berbalik sembari menepuk tangannya yang agak berdebu. "Kenapa harus sendirian? Kamu bisa panggil teman-teman kamu?"

"Sibuk semua..." rintih Winter. "Ada kegiatan kampus, ja-jadi mereka berdua sibuk. Kalau Ningning sibuk liburan..."

Hongjoong hanya menarik napasnya cukup panjang, dan kemudian mempersilahkan Winter untuk naik terlebih dahulu. "Kalau begitu pulang aja. Ayo, Kak Hongjoong antar."

"Winter bawa mobil..."

"Tetap diantar." Hongjoong tak ingin berdebat, solusi ini terbaik darinya. "Biar pulang."

Tetapi Winter langsung menggelengkan kepalanya. "G-gak mau. Winter masih marah sama Dad..."

"Karena San?" Hongjoong menebak, sebelum meringis pelan karena menyadarinya. "Oh, karena rahasia lingkaran dalam ini?"

Dengan rapuh, Winter mengangguk.

Hongjoong segera mempersilahkannya kembali. "Naik dulu ke atas. Di bawah banyak debu."

Tak ada alasan untuk berlama-lama di tempat yang memang sepertinya sudah lama tak didatangi tersebut, Winter pun segera menaiki tangga sembari sesekali melihat ke belakang, meminta Hongjoong mengikuti. Ya, tentu, Hongjoong akan mengikuti. Tetapi Hongjoong mengedarkan pandangannya dulu sesaat, memikirkan mengapa rumah ini pun disebutkan untuknya, untuk ia mencari tahu.

Namun mungkin nanti.

Terlalu malam.

Hongjoong pun melangkah untuk menaiki tangga, sebelum mematikan lampu di bagian bawah, untuk meninggalkan area dengan cukup banyak barang tersebut. Hongjoong setelahnya ikut naik, kemudian mematikan lampu di bagian tangga, lalu keluar dari area tersebut, membuatnya berada di storage room bersama Winter.

Dengan itu, Winter yang sudah memastikan Hongjoong bersamanya mulai melangkah keluar, sembari tipis bertanya padanya. "Kak Hongjoong kenapa ke sini...?"

"Rumah sebelah itu." Hongjoong menjawab. "Nomor 11. Tempat tinggal Kak Hongjoong sementara."

Winter langsung melihat ke arahnya, dengan terkejut.

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang