Octagon 3 - 373 : Hati Tak Hati-Hati Pt. 3

218 26 76
                                    

Pintu yang dibuka kemudian dibanting keras tersebut, membuat Hongjoong yang baru saja keluar dari kamar mandi luar--mencuci tangannya usai membersihkan sesuatu--melihat Jennie masuk ke dalam sambil menggerutu. Satu bawaannya, sebuah tas, seukuran 40 x 40 sentimeter itu dibantingnya, sembari sang perempuan kemudian melepaskan sandalnya. Jennie pun menggantinya dengan sandal rumah, dan membuat tatapannya teralih ke arah Hongjoong, seperti menemukan pelampiasan amarahnya di sana.

"For God's sake, agensi kita itu anjing!"

Hongjoong memperhatikannya yang terlihat marah, beranjak ke arah dapur. Ya, setidaknya Hongjoong menyapanya. "Selamat pagi dan selamat datang?"

"Gue cuma pengen pulang ke rumah gue, tsk!" Jennie mengumpat, membuka lemari pendingin dan agak terkejut melihatnya. Jennie segera melirik ke belakang, melihat ke arah Hongjoong. "Lo belanja?"

"Supir gue." Hongjoong menjawab santai, mengedik sembarang. "Baru aja balik. Gue minta beli beberapa kebutuhan soalnya."

Jadi Jennie hanya menahan gerutuannya, dan kemudian menunjuk sebuah botol minuman organik. "Boleh gue... pinjam dulu? Gue pengen ini."

"Memang buat lo." Hongjoong menjawab sebelum beralih ke arah pintu utama, dan menghadap tas Jennie. "Gue bawain ya, ke kamar."

Jennie pun meraihnya dengan sedikit reaksi senang, sebelum melihat betapa banyaknya susu stroberi memenuhi, dan kemudian menutup pintu lemari pendinginnya. Jennie membuka botol dan memperhatikan Hongjoong menuju kamar, sembari bicara padanya.

"Udah dua malam gue tidur di sini, tapi di sofa." Hongjoong menjelaskan dalam langkahnya. "Gue udah beli juga kasur angin--supir gue, sih. Ya, buat malam ini maksudnya."

Mendengar semuanya membuat Jennie merasa tak enak. Sembari meneguk minumannya, Jennie mengikuti dari belakang, dari bagaimana Hongjoong membuka pintu kamar dan kemudian menaruh tas Jennie di atas kursi dari meja rias.

"Setelah keliling komplek, baru sadar kalau semua rumah di sini cuma satu lantai di permukaan." Hongjoong menjelaskannya, berbalik, lalu mengedikkan bahunya. "Tapi ada ruang bawah tanah."

"Hah? Ruang bawah tanah?" Jennie jelas terkejut, lalu menatapnya secara horor. "Please, ini bukan kayak film horor, di mana sebuah rumah misteri--"

"Kak." Hongjoong memotong, agak terkekeh kemudian. Satu tangannya pun menunjuk ke satu arah. "Di storage room. Kurang lebih dalamnya rumah ini sama kayak rumah sebelah."

Kebingungan Jennie semakin pekat.

Hongjoong tersadar, tapi tak berniat menutupinya. "Oh... rumah sebelah, dihuni Winter Black Maiden, ingat?"

"Si Bocil Tengik?" Jennie terkejut, seperti shock--bertingkah dramatis--sambil menyentuh dadanya sendiri. "Kita tinggal sebelahan sama anak kecil itu?!"

Baru saja Hongjoong hendak mengangguk, Jennie lebih dahulu memotongnya sembari mendekat. 

"Terus lo main ke sana?"

"Cuma ngebantu." jawab Hongjoong singkat, membalas tatapannya dengan tenang, sebelum mempersilahkannya. "Silahkan istirahat. Gue juga mau keluar, mau bawa mobil gue sendiri dari kost."

Jennie belum menjawab, hanya diam saja melihat bagaimana Hongjoong melangkah menuju ke arah luar kamar. Sebenarnya hendak untuk menghentikannya, namun Jennie tak tahu perkara apa.

Selagi Hongjoong sendiri hanya menutup pintunya, dan kemudian merogoh saku celana, untuk membaca pesan-pesan yang masuk ke dalam nomornya. Ah, laporan-laporan itu. Menyenangkan tahu bahwa Seonghwa akan mendapatkan keadilannya sesegera mungkin.

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang