Octagon 3 - 341 : Perlawanan Pengakuan Pt. 6

249 26 40
                                    

Erangan rendah dari Delon terdengar memenuhi kamar yang terasa panas tersebut, usai dirinya berejakulasi di dalam vagina Yunjin, memenuhi ruangnya, untuk juga menyodok dalam sampai bibir rahimnya. Usai bagaimana Delon juga yang menekan kepala Yunjin agar terus menempel pada kasur, menekan sekaligus memukulnya, dari sosoknya yang telah merintih lemah, tak memiliki tenaga apapun sama sekali.

Terpuaskan, bukan hanya nafsu seksualnya, melainkan amarahnya, Delon menarik diri, setelah selama dua jam hanya berhenti sesaat, untuk menyetubuhi pun memberikannya pelajaran. Bagi Delon ini melelahkan dan membuang waktunya. Tetapi dengan lancangnya, seorang anak kecil memukulnya demi Yunjin, jelas membuatnya begitu emosi.

Delon segera berdiri dan mengenakan celana panjang santainya, sebelum membuka pintu balkon dari tempat tinggal mewahnya, di sebuah apartemen, sembari membawa wadah rokoknya. Delon pun segala menyalahkan satu rokok dengan pemantik yang sudah menyatu dengan wadahnya, kemudian menikmati angin malam pukul 10 tersebut, sembari menatap pemandangan kota di malam hari.

Sedangkan Yunjin, dalam keadaan telungkup, dengan lemah meremas seprainya sendiri, untuk bangkit. Tetapi sulit. Nyaris seluruh bagian tubuhnya sakit, seperti kepala, pipi, punggung, dada, pantat, kaki, dan bahkan lubang kemaluannya.

Wajahnya sendiri lengket, karena air mata dan jejaknya sendiri. Yunjin bahkan sudah tak peduli bahwa ada bau besi menguar di dalam mulutnya, yang sebenarnya bercampur dengan sperma, yang tak bisa ia telah seluruhnya.

Sulit... untuknya.

Hampir setiap hari, Yunjin merasakannya.

Sejak... hampir 3 tahun genap, yang lalu.

Untuk menumpu tubuhnya sendiri, rasanya begitu lemah. Yunjin benar-benar membenci dirinya, pun tubuhnya, jikalau seperti demikian. Seolah harga hidupnya sudah tak ada, semenjak dijual orang tuanya.

Katanya... bisa untuk kebahagiaannya...

Apa Yunjin bahagia?

Yunjin pun terduduk pelan, dengan menunduk dan kedua tangan menumpu pada kasur. Bersamaan dengan itu, Delon masuk untuk kemudian duduk di tepian, menghadap Yunjin, masih sambil menikmati rokoknya.

Sekilas Delon memiringkan wajah, sebelum menarik dagu Yunjin untuk melihatnya. "Saya muak sekali dengar jawaban kamu. Sekarang jawab dengan jujur, sudah berapa kali kamu tidur dengan laki-laki itu?"

Yunjin menggelengkan kepalanya dengan lemah, nyaris menangis lagi. "Aku sudah b-bilang, Kak... gak pernah..."

"Gak pernah tapi dia membela kamu seolah dia nikmatin memek kamu tiap hari? Selama latihan, 'kan? Selalu ngentot?" tanya Delon kembali.

"G-gak pernah... tolong percaya..."

"Memek kamu aja jadi longgar! Masih lebih rapat janda di kantor saya--ah, anjing!" Delon menghentak dagu tersebut, untuk menggantinya dengan meremas rambut hitam Yunjin, menjambaknya. "Lonte, lonte! Susah ngomong lonte! Kamu 18 tahun tapi memek longgar banget--yakin cuma dipake sama gue?!"

Sambil menahan tangisannya, Yunjin memberanikan diri menjawab. "Kak D-Delon tau... aku masih 18 tahun, bah-bahkan belum genap... kenapa diperlakuin kayak gini...?"

Delon langsung menamparnya--Yunjin sebenarnya sudah menduga.

Sayangnya Yunjin hanya ingin menyampaikannya, merasa terluka di dalam hatinya. "A-aku besok latihan... k-kalau orang tanya l-lebam-lebam ini gimana...?"

Penuh emosi, Delon menarik jambakan tersebut sampai Yunjin terjatuh ke lantai sekaligus. Delon begitu naik pitam dan menendangnya sekali, sampai membuat Yunjin dalam keadaan telanjang tersebut merintih. Takutkan Delon berlebihan pada dirinya sendiri, ia langsung mengerang dan mengisap rokoknya kembali, sebelum beranjak ke arah kursi, untuk meraih kemejanya.

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang