Octagon 3 - 289 : Air Tuba Pt. 9

212 29 32
                                    

"Ada banyak yang bergerak; bukan hanya kita. Jadi siapa?"

Hajoon sedikir melirik ke arah Nicholas, ketika Dongwook sampai dengan pertanyaan tersebut, setelah beberapa pembicaraan mereka. Selagi Hongjoong mengamati foto-foto yang diberikan padanya, Hajoon menahan diri untuk tak menjawab.

Karena memang di sana, Nicholas melakukannya. "Ada banyak, tentu saja, Kantata. Bisa-bisa cara kerjamu tak akan dinilai baik, karena pada akhirnya, tak perlu menunggu 12 jam pun, hampir seluruhnya sudah turun."

"Saya tak apa dengan itu." Dongwook mengedikkan bahunya dengan santai, lalu melirik ke arah Hongjoong. "Jadi bagaimana, sudah terarah ke mana pelakunya, setelah tadi kita menangkap 3, ditambah 2?"

"Jadi dosa ini yang mereka inginkan...?" Hongjoong berbisik pelan, melihat bagaimana foto-foto dari keadaan Hyunjae, dalam keadaan terluka parah, bahkan wajahnya cukup sulit dikenali juga karena lebam.

Dongwook melirik pada Nicholas, lalu Hajoon.

Masih merasa bertanggung jawab mengenainya--sekaligus sosok itu masih berada di bawah Nama Aman-nya--Hajoon membalas. "Kita tak bongkar apapun. Sudah ada banyak orang ditangkap, entah berapa totalnya. Walau begitu, sepertinya mereka sengaja ditumbalkan agar kita terus dan terus mencari. Mungkin pengalihan."

"Bisa jadi video potongannya sudah duduk manis untuk diunggah." Dongwook mengangguk, sedikit mendesahkan napasnya. "Tak ada gunanya menghabisi mereka, satu per satu. Kita hanya menambah daftar kematian yang mungkin bisa merugikan kita nanti."

"Atau mungkin itu yang mereka inginkan." Nicholas menjawab. "Mengapa harus langsung dibunuh? Mengapa tak ditahan? Dari pihak orang-orang saya, mereka menahan. Katanya, ada angkatan atas dari keanggotaan inti yang juga turun, dan hanya menahan saja. Tidak membunuh."

Di sanalah dengan mata memerah, Hongjoong melirik ke arah Dongwook--penuh amarah tertahan.

Jelas Dongwook menyadari tetapi tak menoleh padanya, menahan tatapannya lurus pada Nicholas. "Seharusnya kalian bersyukur, saya membunuh orang-orang itu. Bukan membunuh lima bagian dari lingkaran dalam yang dengan tololnya merekam video pemerkosaan mereka, juga tak membunuh orang di dalam video Rastafara."

Hongjoong kembali meliriknya secara tak terima.

Selagi di sana, Dongwook merogoh sesuatu dari dalam saku jasnya, dan kemudian memberikannya ke arah Hajoon, atau Nicholas--siapapun yang akan mengambilnya.

Sebuah pistol.

Hajoon langsung menahan napasnya, dengan siap dan waspada.

Sedangkan Nicholas mendekat, untuk meraihnya pelan--berhati-hati.

Nyatanya, Dongwook memang memberikannya.

"Enam peluru, lima sudah terpakai. Tersisa satu." Dongwook berucap, sedikit tersenyum melihat sidik jarinya mulai bercampur dengan milik dari Nicholas. Dongwook pun mengangguk setelahnya. "Saya berikan pada kalian, sebagai jaminan, Seonghwa Nial Angkasa yang berada di dalam mobil itu, tak saya bunuh."

Baik Hajoon maupun Hongjoong langsung membulatkan matanya.

Dongwook tampak tak memiliki masalah dengan itu. "Sejujurnya, mood saya sedang benar-benar buruk. Saya bisa melakukan A, B, C sampai Z sekalipun, dan hanya perlu melapor pada Pencetus, mengenai harga yang harus Rastafara bayar. Namun--"

Terhenti sendiri, dari bagaimana Dongwook berucap, melihat Hongjoong yang memegang foto-foto tersebut mulai berjalan meninggalkan posisi ketiganya, menuju mobil milik San dengan lampu depan yang menyala terang tersebut.

Dongwook terkekeh dalam seringai, mengabaikan kalimatnya sebelumnya. "Rastafara, ingat, ke mana kita akan pergi setelah ini?"

Namun Hongjoong tetap berjalan ke arah yang dituju, tanpa menoleh sedikit pun ke belakang, hanya mempercepat langkahnya.

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang