Octagon 3 - 361 : Panah Pt. 1

213 30 41
                                    

Karena Yeosang tak seperti seseorang... yang bisa, mau atau mampu melakukannya...

Hongjoong mendecih sebelum berjongkok, dan menumpu kedua lengannya di atas lututnya masing-masing. Hongjoong mulai memperhatikanya, sembari menyeringai, dengan sangat merendahkan, jelas menunggu lanjutan kalimatnya.

Selagi yang lain berusaha mencerna apa yang baru saja mereka dengar, dalam rasa tak mengert, pun keterkejutan.

Yunho dan Juyeon saling melirik dalam diam, merasa sedikit salah untuk membiarkan Yeosang diadili seperti ini. Namun, bukankah semua orang selalu demikian? Terlebih sudah banyak sekali yang pernah merasakannya, dan terasa berat juga. Hanya saja, ini semua terasa lebih kejam karena tampaknya, tak akan ada seorang pun yang membela Yeosang, setelah tahu kenyataannya. Yang Yunho dan Juyeon lakukan mungkin hanya sebatas... mereka tahu marahnya Hongjoong, kecewanya Hongjoong lebih dari apapun. 

Semua lebih dari pada kata Hongjoong pernah memiliki ketertarikan pada Yeosang. Bukan. Justru Hongjoong mati-matian menjaganya, berulang kali, mungkin menganggapnya seperti adik yang sangat lemah untuknya. Dan itu sungguh menyakitkan, ketika usahanya dikhianati seperti ini.

"You fucking dirty whore; we need the whole fucking story, so just fucking tell them or I'll fucking do it for you."

"Hongjoong!" Seonghwa tersentak dengan bagaimana Hongjoong bicara di sana. Satu tangannya langsung menyentuh dadanya sendiri, merasa nyeri. "A-apa sih? Ya, Yeosang salah, tapi kamu gak perlu kayak gitu...? Kamu gak perlu ngomong gitu depan kami berdelapan...?"

Tatapan Hongjoong teralih pada Seonghwa; satu alisnya terangkat. Ya, Hongjoong menyayanginya, hanya saja, emosi ini butuh diluapkan. "Silent."

"Tapi--"

"Seonghwa." Tak disangka, Yunho yang menahan--memotong. 

Seonghwa langsung melihat ke arah Yunho--kedua matanya sudah mulai memerah.

Namun Yunho sendiri beraluh menjadi mengeraskan rahang, sadar bahwa dirinya bukan pihak yang cocok untuk bicara di atas kata perselingkuhan.

Wooyoung pun demikian, yang membuatnya tergagap, mencoba membaca keadaan. Wooyoung melihat ke arah Yeosang, tetapi satu tangannya terulur, dengan gestur meminta berhenti, tertuju ke arah Hongjoong. "T-tolong bentar. Hongjoong tolong jangan ngomong gitu dulu... t-tapi... Yeosang, kamu beneran selingkuh sama... kakaknya... Yunho?"

Di posisinya, Yeosang menunduk sembari dengan cemas meremas-remas tangan dan lengannya sendiir. Gerakannya beraturan, sampai membuat Seonghwa melihatnya--tahu rasanya ditekan seperti ini dan hanya sendirian. Walau selalu ada Hongjoong yang membela, bukan artinya ia tak pernah merasa sendiri, ketika Hongjoong benar-benar marah padanya.

"Ini kenapa bisa...?" Wooyoung kembali bertanya gemetaran. "Kenapa lo khianati Serim...? Serim kurang apa... Yeosang?"

Wooyoung sebenarnya sadar bahwa dirinya juga pernah menyia-nyiakan Juyeon, yang tak kurang apapun. Hanya saja tetap... mengapa? Dengan kakaknya Yunho... mengapa?

Selagi San menaruh perlahan mapnya di atas meja sudut di belakang ujung tubuh Wooyoung. Rahangnya mengeras, seperti agak menghindari untuk menganggap semua ini realita, dari tak kesanggupannya memikirkan bahwa Yeosang bisa melakukannya, juga yang dikhianati adalah temannya sendiri.

Karena merasa tak tahan dengan tekanan itu--merasa kasihan, terlalu berat bahkan terasa--Jongho tiba-tiba membuka suaranya. "Kak Yeosang udah... janji berhenti?"

Secepat kilat, tatapan Hongjoong terarah pada Jongho. Tampak marah padanya. "Lo tau?"

"Gue tau dan gue minta Kak Yeosang berhenti." Jongho menjawab, sembari menahan napasnya yang tercekat, merasakan nada marah tersebut dari Hongjoong. "Beberapa hari yang lalu."

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang