Octagon 3 - 317 : Bara Pt. 2

207 25 42
                                    

"Rastafara, bagaimana tanggapannya?"

"Boleh minta waktunya sebentar? Rastafara? Gongyoo Prananto?"

"Pihak Checkmate, bagaimana kejelasannya?"

"Satu setengah tahun dipenjara beserta denda 1 miliar, apa benar Anda akan membiarkan saudara DT lolos dengan pidana itu?"

"Bagaimana? Boleh dijelaskan?"

Kamera-kamera itu menghalangi langkah mereka, juga dengan mic-mic yang disodorkan meminta jawaban. Selagi selama persidangan di dalam, tak ada publik yang bisa meliput, di sanalah Hongjoong setidaknya bisa duduk diam dengan keadaannya yang penuh luka. Sedangkan ketika Hongjoong keluar, dirinya ditutupi oleh jas, sehingga tak ada yang bisa meliput wajahnya.

Menyesakkan, jujur saja.

Sesak yang terasa adalah karena seluruhnya begit bertubi.

Namun semuanya berlalu dengan sidang satu kali saja, tak lebih. Semua bukti telah disodorkan dan tak ada kesempatan untuk pihak lawan mengelak. Terlebih mengingat kemarin pun, sidang berlalu sangat cepat.

Sedikitnya, Hongjoong semakin sadar kekuatan dari pihak Ayahnya, namun di sisi lain, semua ini begitu menyiksanya.

Hongjoong segera masuk ke dalam mobil Gongyoo, yang kini dikendarai oleh supir suruhannya--yang datang dengan pihak dan mobil lain--masih dibantu oleh pihak Checkmate. Itu adalah suruhan langsung dari Gongyoo, melalui Stella yang telah dihubunginya, bahwa ia yang akan mengantar Hongjoong untuk keperluannya di Checkmate. 

Sehingga di sana, terlebih Yunho dan Juyeon yang ikut dengan mobil, memilih untuk kembali sendiri. Dengan kemenangan singkat nan mutlak. Yunho dan Juyeon sendiri tak mau berpikir banyak--terlalu banyak yang terjadi dan beruntun, sehingga untuk menjabarkannya saja, sepertinya sulit sekali.

.

.

.

Tak bersuara, Seonghwa menunduk, berdiri di hadapan Dohyun yang memperhatikannya dalam diam, sejak tiga menit yang lalu. 

Bahkan Dohyun sendiri memang hanya menikmati waktunya memperhatikan Seonghwa di ruangan tertutup tersebut. Dohyun mengamatinya dari kepala sampai kaki, seolah tengah memindainya.

Jelas saja, Seonghwa benar tak nyaman. Setelah merasa takut, dirinya begitu tak nyaman harus berdua bersama Dohyun, di ruangan tertutup ini. Seonghwa benar-benar merasa tersiksa, dan rasanya ingin menangis saja. Tahu bahwa Seonghwa tak bisa melawannya--Dohyun memegang semuanya di sini, bukan?

Sampai kemudian, Dohyun pun mulai bergerak. Mengambil satu langkah lebih merapat, yang membuat Seonghwa refleks mundur. Namun Dohyun menahan lengannya kuat, yang mengakibatkan Seonghwa seketika mengangkat wajah, disertai dengan bagaimana tubuhnya menegang.

Dohyun mulai menyeringai, mengamatinya dengan raut wajah bingung--yang dibuat-buat. "Loh, kenapa? Saya cuma mau membicarakan beberapa hal."

"Tapi mungkin bisa ki-kita di luar..."

"Jangan jual mahal seperti itu."

Balasan dari Dohyun membuat Seonghwa langsung terbelalak. Otaknya langsung memproses--Seonghwa hapal sekali, maksudnya ke arah mana.

Terlebih ketika Dohyun tiba-tiba menyentuh dagu Seonghwa dan kemudian mengangkatnya. "Sudah, tak perlu munafik. Semua orang tahu, itu video baru, yang dibuat sekitar Februari lalu, ya?"

"I-itu video saya sebelum kuliah--" Seonghwa menjawab, walau terputus sembari mencoba menurunkan lengan Dohyun darinya. "Maksud saya, itu tak ada urusannya dengan... teater..."

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang