Octagon 3 - 241 : Menuju Hari Pt. 6

217 28 33
                                    

Memasuki mobil, Hongjoong tak bisa lepas dari senyumannya sama sekali. Seperti merekah, pun wajahnya tampak bersinar, yang jelas membuat Hajoon di posisi kemudi menyadari. 

Di titik itu, yang Hajoon lakukan adalah mempersiapkan mobilnya untuk menyala, agar bisa dilajukan pergi setelah rapat keputusan selesai. Hajoon mungkin akan menunggu detail keputusan nanti, dari salinan yang akan diberikan pada mereka, masing-masing. Jadi Hajoon tak bertanya, dan setidaknya bisa menebak, semua itu baik untuk Hongjoong.

Karena senyumannya pasti berarti sesuatu.

Walau sebenarnya yang Hongjoong rasakan berbeda adanya.

"Kalau gue kasih tau, bukan kejutan dong?"

Seungcheol dibuat diam oleh bagaimana Hongjoong mengatakannya.

Sejujurnya Hongjoong tak ingin membuat musuh dengan Seungcheol, tentu saja. Bagaimana pun juga, Seungcheol telah membantunya, bukan? Jadi, Hongjoong juga akan membalas budi. "Yang pasti, Kak Seungcheol, saya hanya tak ingin hidup saya dan keluarga saya diganggu kembali oleh Ayah Anda. Sudah cukup adanya, Kak. Perang ini tak perlu ada. Lingkaran dalam--hasil keputusan tadi--sudah melarang, bukan? Di sisi lain, Ayah saya benar-benar akan turun langsung jika sesuatu terjadi pada saya."

Tak ada balasan dari Seungcheol, tetapi Hongjoong menangkap urat lehernya menegang--menonjol keluar.

"Ternyata menjadi manja cukup menyenangkan juga." Hongjoong sedikit mengerutkan hidung, tersenyum dengan gemas. "Percayalah, Kak Seungcheol. Saya sayang pada adik Anda dan--"

"Berhenti di sana." Seungcheol menghentikan, sebelum merapat untuk membuat ucapannya seprivat mungkin. Hanya mereka berdua. "Tak ada yang boleh tahu lagi. Hanya kita. Dan saya akan memastikan, tak akan ada kekacauan, antara Sadewa juga Prananto."

Hongjoong mengangguk; yang diinginkannya tak rumit, sehingga ia membalas juga dalam bisikan. "Tolong sampaikan pada adik Kak Seungcheol, untuk hidup dengan baik."

Dari posisi dekat, lebih terlihat bahwa Seungcheol menelan ludahnya.

Hongjoong sudah bisa menduga, Seungcheol setakut ini.

Dalam artian, Soobin dan Ibu mereka memang seberharga itu untuknya.

Jika Hongjoong bisa menebak juga, sepertinya... kakak pertama mereka tak mengetahuinya?

Ya... bisa terlihat. Seungcheol bergerak sendiri di keluarga.

Jadi Hongjoong tersenyum dengan sopan, dan mengangguk padanya, untuk mengutip satu kalimat yang pernah didengarnya. "Selalu ada jalan di antara kemustahilan, bukan?"

"Sekiranya jam berapa kamu usai untuk pesta kamu?"

Hongjoong langsung menoleh, begitu mendengar Hajoon bicara padanya, dalam perjalanan mereka yang sudah dimulai. Hongjoong sedikit terkesiap karena sempat melamun, sebelum langsung mengibaskan tangannya. "Saya pulang sendiri saja. Maksud saya, Anda bukan manajer saya lagi, melainkan pendahulu saya di lingkaran dalam. Jadi tidak perlu."

"Posisi kamu itu masih sangat rawan."

"Saya paham." Hongjoong tersenyum tipis, tetapi dengan sopan menolak lagi. "Namun saya sendiri saja. Lagipula mungkin saya pulang pagi hari, jadi bisa lebih aman, setidaknya."

Perlahan, Hajoon mengangguk menyetujui. "Jadi, sekarang kita akan pergi ke tempat tinggal kamu dahulu, untuk membawa mobil dan mungkin beberapa pakaian tambahan?"

Hongjoong mengangguk, sembari sedikit mengoreksi. "Dari sana, saya berangkat sendiri. Dan terima kasih atas bantuan selama ini. Saya tak akan bisa menjadi ketua--"

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang