Octagon 3 - 343 : Perlawanan Pengakuan Pt. 8

240 29 48
                                    

Masuk ke kamar lain dengan tipe yang sama, Hongjoong langsung menghela napasnya kesal sekaligus lelah, karena yang ia lihat pertama kali di dalam adalah Woobin yang ternyata ada di dalam sana. Hongjoong langsung mendekat lebih dahulu, menjauh dari Marcus yang mengekor, sembari menunggu Gongyoo untuk masuk.

Pintu kemudian ditutup adanya.

Gongyoo berjalan sembari melepaskan jasnya, pun sembari bicara. Pada Hongjoong yang memunggunginya, karena ia berhadapan dengan Woobin dalam jarak satu meter. "Jadi apa saja yang kamu telah ketahui tentang perkosaan itu?"

"Ayah..." Hongjoong langsung mengerang, berbalik untuk melihatnya. Namun rupanya Gongyoo berjalan ke arah meja makan, sembari meminta asistennya untuk membawakannya minuman. Hongjoong masih bertahan di tempatnya, menjelaskan yang dirinya ketahui. "Seonghwa itu diperkosa sepupunya sendiri, dan sepupunya ada berbagi darah dengan salah satu ketua, walau Rafa belum tau apa. Cuma--"

"Maka dari itu kamu tak boleh ikut campur." Gongyoo memotong, melihat Marcus membawakannya gelas dan botol dari alkohol, sebelum menaruh di hadapannya dengan sopan--Gongyoo menolak dituangkan. "Jangan sampai kamu harus membayar atas perbuatan dan balasan untuk mereka nanti."

Hongjoong diam, menggigit bibir bawahnya tak kentara.

"Saya tak mau kamu mendapatkan masalah lagi dengan lingkaran dalam. Kamu berada di sana, jalani sebagaimana semestinya." Gongyoo berucap sembari menatap lurus ke depan, jauh dari tatapan sembari menenggak minumannya. "Kamu harus membuat banyak orang menghormati sekaligus menakuti kamu. Untuk bagian menghormati, adalah bagaimana cara kamu bersikap. Sedangkan cara menakuti, adalah saya yang membantu kamu di belakang, untuk menunjukkan sebesar apa yang kita miliki."

Tak ada jawaban dari Hongjoong.

Yang malah membuat Gongyoo menjadi tersadar, sehingga mengurungkan niat untuk menyesap kembali, untuk melihatnya. "Ayah, maksudnya. Bukan saya, tapi Ayah"

Hongjoong mendadak tersenyum dan mendecih, sebelum perlahan mendekat ke arahnya. "Yah, di luar masalah ini, boleh Rafa tanya sesuatu."

"Duduklah." 

Segera Hongjoong mengambil posisi duduk berhadapan dengan Gongyoo, lalu menatapnya sesaat. Selagi Woobin saat itu teralih pada sebuah kamar, begitu mendapatkan telepon masuk, dan Marcus menjaga jarak namun siap. Hongjoong menarik napasnya cukup panjang, lalu menanyakan yang ingin ditanyakannya. "Soobin... masih hidup. Tinggal di mana?"

Gongyoo langsung menuangkan alkoholnya pada gelasnya kembali. "Tak akan Ayah beritahu."

"Ayah..." Hongjoong mengerang pelan. "Tapi benar masih hidup, bukan? Benar-benar... hidup sehat, tak cacat?"

"Tidak sama sekali." Gongyoo menjawab lagi, sebelum menjelaskannya. "Yang membantu Seungcheol adalah Abimana Arvadava, sebagaimana kamu tahu, melihatnya di Antara juga lingkaran dalam. Soobin hidup sehat, bahkan bersama Ibunya."

"Ibunya..."

Gongyoo menunjuk para Marcus untuk membawa gelas lainnya, untuk diberikan pada Hongjoong. "Ayah lihat, Seungcheol itu anak yang baik sekali. Sayang sekali Ayahnya adalah Sadewa."

Menyinggung nama tersebut, Hongjoong segera menatapnya lekat. "Oke, Ayah dan Sarga Sadewa, sebenarnya punya masalah apa?"

"Sudah Ayah katakan, masalah leluhur-leluhur." Gongyoo mendapatkan satu gelas untuk Hongjoong, mengisi dan kemudian memberikannya, masih sambil menjelaskan. "Walau, ya, dulu kami pernah dekat. Karena bisnis, sebenarnya. Ayah, pada masa itu, mencari cara untuk menguasai banyak pihak dari lingkaran dalam, sebanyak mungkin. Karena kami sudah mengenal sebelumnya, semua jadi lebih mudah. Orang-orang juga menganggap bahwa kami akan jadi partner bisnis yang hebat."

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang