Octagon 3 - 309 : Keruh Pt. 4

201 29 51
                                    

"Tak bisa?"

Di balkon apartemennya, pada pukul 5 pagi tersebut, Hajoon membalas seseorang yang tengah melakukan panggilan telepon dengannya. Sembari tatapannya teralih pada meja, di mana sebuah berkas yang sudah ditandatangani sekitar 4 jam lalu berada di hadapannya. Hajoon berharap cemas dengan semua prosesnya, di mana ia ingin cepat, tetapi harus menunggu San terlelap juga untuk melakukan panggilannya.

Hajoon kesulitan, sebenarnya.

"Seperti ini, dari pihak kita pun, ada ketua lain turut andil." Sosok di seberang itu menjelaskannya. "Suratnya sudah masuk, laporannya sudah masuk. Kamu tahu saya yang bertugas untuk ini. Tetapi karena masuk, baik dari Digjaya maupun dari kamu, kita bisa menghadapi proses yang lebih rumit."

"Seperti apa?" Hajoon membalas, membaca surat untuk adopsi tua tersebut.

Ada desahan pelan, merasa tak enak. "Setidaknya kamu harus menikah dahulu. Jikalau mengikuti hukum asli, minimal pernikahan kamu harus 5 tahun adanya."

"Tak bisa." Hajoon berucap.

"Benar. Kecuali jika kamu tak masalah, saya memalsukan pernikahan dahulu."

Hajoon diam seketika.

"Dahulu, kamu hendak menikah tahun 2017, bukan?"

"Ya." Hajoon menunduk pelan, memberikannya informasi lebih lanjut. "Bulan Juni."

"Sebutkan tanggal pernikahan dan tanggal kematian."

Agak berat, Hajoon memejamkan matanya sesaat, dan membalas. "Rencana menikah 21 Juni. Taeri... meninggal 20 Juni."

"Oh Tuhan... besok tanggal peringatannya?"

Hajoon menarik napasnya cukup panjang. "Taeri seharusnya mulai cuti sejak tanggal 18 Juni tahun 2017 lalu, tapi di hari itu, ada salah seorang pasien lamanya, yang butuh operasi pengangkatan tumor otak. Taeri mengambil alih, karena mereka memang sedekat itu selama ini... dan ya, persiapan pernikahan sekaligus operasi berjalan jam... pasiennya sembuh, dan Taeri yang..."

"Norman..." ucap suara di seberang, secara berhati-hati. "Saya tahu, saya bukan ketua. Tapi tentu kamu sudah sering mendengar peringatan yang diberikan pada para ketua, bahwa kalian seolah memiliki kutukan yang--"

"Saya sangat menyesal." Hajoon memotong.

Suara di seberang memberikan Hajoon waktunya.

Karena Hajoon memang diam dalam beberapa waktu, sebelum bertanya, "jadi, apa yang kamu tawarkan?"

"Begini." ucapnya. "Kita buat surat palsu bahwa kalian sudah menikah di gereja sejak bulan sebelumnya, mungkin Maret, April atau Mei. Sedangkan kalian baru akan menyelenggarakan pernikahan resmi di bulan Juni, sesuai jadwal asli pada tanggal 21. Dengan itu, saya hanya perlu membuat skenario, mencari saksi palsu, dan voila! Kamu sudah pernah menikah."

Hajoon tak memberikannya jawaban.

Sedangkan semua itu jelas bisa dipahami. "Saya tahu, tentu siapapun tak akan mau, seseorang yang sudah beristirahat dengan tenang, diusik dengan masalah dunia. Saya juga tak mau, jujur saja. Namun karena kamu belum pernah menikah, jelas, jika ada dua pihak seperti ini, Digjaya yang akan menang."

"Masalahnya ada satu pihak lagi..."

"Siapa?"

Hajoon mulai mengalihkan tatapan, menuju pemandangan di hadapannya. "Prananto."

"Prananto... hh. Bisa tidak, kita tak berurusan lagi dengannya? Ketua saya terobsesi sekali dengan Prananto, haish... sampai setua ini, saya tak tahu mengapa."

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang