Octagon 3 - 244 : Menuju Hari Pt. 9

229 27 56
                                    

Dalam kekhawatirannya, San melirik Seonghwa sesekali, yang duduk di samping kemudi, selagi dirinya mengemudi untuk pulang--setelah mampir pada dua toko untuk mengambil pesanan San--pukul 9 malam tersebut. San terus mencuri pandang ke arahnya, karena sosok itu hanya diam sembari melirik ke arah samping, pada sisi kacanya. Sesekali memainkan jemarinya secara cemas.

Jadi di sana, San melepaskan satu tangannya dari kemudi, untuk menyentuh tangan Seonghwa. "Seonghwa..."

Seonghwa berhenti memainkan jemarinya, dan diam. Tak menjawab.

San menjadi lebih khawatir. "Lo gak apa-apa?"

"Cuma kecapekan, San." Seonghwa menjawab tipis. "Masih kurang tidur karena kemarin, malah harus langsung latihan panjang."

"Bukan gara-gara... ciuman tadi, 'kan?"

Sedikitnya Seonghwa terkekeh sembari membalas lirikan. "Sama lo? Nanti gue yang bilang ke Woo--"

"Sama Dohyun." San memotong, mempertahankan tatapannya pada Seonghwa walau sesekali harus melihat jalanan. Beruntung lima meter di depan adalah persimpangan. Kebetulan juga lampu merah tengah menyala. "Lo kelihatan gak nyaman."

Seonghwa mengedikkan bahunya. "Masa orang kayak gue gak nyaman?"

Hal itu malah membuat San melihat dengan arah berbeda. "Jangan bilang kalau lo udah pernah sama--"

"Gak-lah!" Seonghwa memotong, nadanya agak naik. Seonghwa langsung menarik tangannya sendiri, dan kembali memalingkan wajahnya. "Lo dengar sendiri, Dohyun baru tau kalau gue gak lurus."

"Berarti lo gak nyaman sama dia."

"Sok tau." Seonghwa membalas dalam dengusan, sebelum merogoh saku luarannya untuk mengambil ponsel. "Gue bilang cuma capek doang. Lagian, ya udah? Dohyun kan memang yang ngelatih, selama dia jadi ketua, dan belum mau turun lagi. Lo kalau tau info-info teater, pasti kenal yang namanya Dohyun Arkana kali."

San melirik sekilas pada jalanan, di mana lampu mulai menjadi hijau. "Baru tahun kemarin pun berhasil ngejual naskah ke teater di Perancis--so yeah, gue tau, Seonghwa. Makanya gue tanya. Bisa aja lo gak nyaman karena dia orang besar dan--"

"Dan dia yang bikin lo diterima di sini, pun mau nerima gue setelah tahun kemarin gue malah ngacau."

Segera San membenarkan. "See? Berarti lo gak nyaman tapi lo tau lo gak bisa ngapa-ngapain karena bisa ngerusak kita berdua?"

"Bukan gitu!" Seonghwa menghentikan pergerakannya untuk membuka ruang obrolannya bersama Hongjoong. Seonghwa pun melirik San kembali adanya. "Bisa gak sih, gak usah bahas ini? Lagian dilakuinnya juga depan lo semua, 'kan? Gue bukan gak nyaman, kali. Gue ngehormatin dia, jadi kayak... suatu kehormatan aja dicium sama orang besar kayak dia."

"Ngehormatin apa?" San mendecih, kembali ke depan adanya. "Gue bakal bilang ini ke Hongjoong."

"Lo mau ngerusak karir gue di sini?" tanya Seonghwa dengan cepat, yang mana membuatnya meremas lengan San. Di mana San sendiri terkejut adanya. "Gue... gue susah buat masuk ke Titik Koma. Lo tau sendiri, akhri tahun kemarin gue lagi kacau karena Hongjoong dan berulang kali Dohyun ngerendahin skill gue? Gue butuh ada di sini!"

"Kita bisa ada di manapun."

"Gue butuh di Titik Koma!" Seonghwa mengeraskan remasannya, dan matanya mulai memerah.

San terkejut akan secepat itu topik ini menyerang Seonghwa. 

"Gue butuh ada di sini, San...!"

Namun San berpikir lebih jauh ke depan. "Kalau lo gak nyaman, biarin gue ngomong, ngasih tau ini ke Hongjoong. Selanjutnya, gue yang datangin Dohyun langsung kalau--"

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang