Octagon 3 - 259 : Pencerahan Pt. 9

206 30 76
                                    

"Kenapa kita malah jadi kayak gini?"

Hal itu ditanyakan oleh Yeosang, yang melihat bagaimana Serim terlihat tengah mengganti pakaiannya dengan pakaian yang dibawanya, untuk menginap sejak semalam. 

Nyatanya Serim tak menjawab apapun, karena tak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa ada yang mengganjal. Ada yang terasa tak nyaman di dalam dirinya, sampai Serim tak bisa mengatakan apapun untuk meresponnya.

Selagi Yeosang menatap cemas.

Ada satu pikiran di kepalanya; ingin berhenti.

Hanya saja bagaimana caranya? Yeosang, dengan kebusukkannya, tak bisa bertemu sesering itu lagi. Tak bisa juga bertemu tiba-tiba, kecuali jika sosok itu yang menghubungi Yeosang lebih dahulu.

Awalnya Yeosang masih menikmati, tetapi setelah melihat bagaimana perubahan dari Serim, membuatnya merasa cemas adanya. Bahkan perubahan bukan hanya berasal dari Serim, tetapi dari teman-temannya.

Bagaimana hanya... Yeosang yang tiba-tiba dilupakan ulang tahunnya?

Ini hari kelahirannya, bukan? Yeosang tak salah melihat tanggal, bukan?

Bahkan semalam Serim hanya...

...begitu saja.

Selamat ulang tahun, dan selesai, mereka tidur.

Karena, ya, adanya sedikit pertengkaran perihal Yeosang tak menerimanya untuk menginap. Bagaimana cara Yeosang menerimanya? Junhong pun tadi tiba-tiba hadir. Padahal tak ada kontak apapun dengan Yeosang.

Seharusnya... seharusnya semua berhenti di pulau lalu... tidak dibawa ke ibukota.

"Serim, please, kita kenapa?"

"I don't know?" Serim membalas, tak seperti biasanya ia hanya diam. Serim mendekat padanya dan kemudian sedikit menantang. "You tell me."

"I have nothing to tell!" Yeosang agak tertekan di sana.

Sedangkan Serim, berhenti untuk membenarkan pakaiannya, untuk menghadap lekat padanya. "Kita harusnya udah berangkat keluar kota sejak tanggal 13 lalu. Sekarang tanggal 15 dan kita di sini. Kalau kamu mikir aku gak peduli ulang tahun kamu, jawabannya--"

"Memang kita harusnya pergi tapi kamu yang minat ke sini, 'kan?"

Cara Yeosang memotongnya membuat Serim agak tersinggung. "Kalau antara pergi atau menginap di sini gak perlu didebatin, kita bisa lakuin semua, sayang."

"Kamu tiba-tiba mulai bersikap aneh?" Yeosang membalas lagi, masih mencoba mempertahankan dirinya.

Di titik itu, Serim menahan napasnya sejenak, lalu menatapnya cukup lekat. "Coba, waktu kamu pergi selama sebulan, apa aja yang terjadi?"

"G-gak ada yang terjadi!" Yeosang yang tersentak, berusaha membalas.

Namun Serim hapal, benar-benar hapal yang seperti ini. "Oke, ada siapa aja tadi di sini? Atau, aku telepon aja San langsung dan tanya, apa waktu di pulau lalu, kakaknya Yunho ada atau--"

"Kok tiba-tiba Kak Junhong?!" potong Yeosang lagi.

Serim merogoh sakunya, mengambil ponsel tanpa memutus tatapan. "Kok panik?"

"Y-ya kamu tiba-tiba--"

"Aku bukan ngeraguin kamu." Serim berucap, lalu melirik sekilas layar ponselnmya. Menggulir layar secepat mungkin untuk mendapatkan satu kontak San dan kemudian memanggilnya. "Tapi aku ngeraguin kamu."

Yeosang tertohok di sana, merasa terluka sejadinya. "Aku gak ada apa-apa, Serim? Aku... bahkan--bisa gak kita fokus aja di ulang tahun aku? Semalam kamu cuma ngasih ucapan dan setelah itu--"

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang