Octagon 3 - 351 : Nanah Pt. 1

326 32 61
                                    

Keluar dari kamarnya sendiri, ketika Soobin membuka pintunya, ia tak menyangka bahwa ia mendapati Seungcheol--sebenarnya terkejut juga karena lelaki itu ada di sini--tengah duduk di sofa depan televisi, sembari menonton. Yang benar-benar membuatnya terkejut adalah karena Jeonghan bersamanya. Tidur dengan tubuh meringkuk, dan menjadikan paha Seungcheol yang posisi duduknya di ujung sofa sebagai bantalan.

Soobin tak tahu keduanya telah akur.

Namun Soobin tak bisa memikirkan itu dahulu, karena tatapannya pun memperlihatkan seolah ia terluka.

Jelas membuat Seungcheol khawatir, dan tubuhnya agak menegang.

Yang tak disangka, membuat Jeonghan langsung terjaga. Jeonghan yang mengerjap berat, mencoba melihat ke arah Seungcheol, tetapi tatapannya tertuju pada sat, membuatnya teralih. Barulah Jeonghan melihat Soobin, membuatnya mengambil posisi duduk perlana. "Soobin... kamu bangun?"

Sekilas Seungcheol melirik ke arah jam dinding--pukul setengah tiga pagi.

Jeonghan ikut menoleh padanya, dalam suara berbisik--tak terlalu keras--bertanya padanya. "Kamu daritadi gak tidur?"

"Belum." Seungcheol menjawab pelan. 

Segera Jeonghan mengangguk, memperbaiki napasnya untuk melihat ke arah Soobin lagi. "Kenapa kebangun? Gak bisa tidur?"

"Tadi cuma... tiba-tiba gak enak hati, jadi kebangun."

"Oh, poor little thing..." Jeonghan langsung berdiri, mendekat pada Soobin, untuk mendorongnya ke arah Seungcheol. "Dengan kakak kamu dulu, ya? Kak Jeonghan buatkan teh hangat."

"Kak, gak perlu--"

Tetapi Jeonghan telah berhasil mendorongnya ke arah Seungcheol, yang juga keberatan, hanya saja tahu takkan bisa menghentikannya.

Jadi Seungcheol langsung meraih lengan Soobin, dan kemudian menariknya mendekat. "Sini. Kenapa?"

Soobin sebenarnya tak ingin, hanya saja, berada di sini--sejak kematian ini--membuatnya merasa seperti anak kecil lagi. Seperti adik. Bermanja pada kakak-kakaknya, selagi Suzy yang paling memanjakannya tak ada di sekitar, dirinya dibuat begitu nyaman, dengan lebih terbukanya Seungcheol di sana. Soobin pun mendudukkan diri, menyandarkan pipinya di bahu Seungcheol, sembari memeluk pinggangnya.

Tingkahnya membuat Seungcheol tersenyum lembut, sekaligus khawatir. "Kenapa?"

"Gak tau..." cicit Soobin pelan. "Cuma... kangen Kak Mingi..."

Seungcheol menarik napasnya pelan. "Kalian itu pacaran?"

"Ya..." jawaban Soobin lemah, tetapi dengan dengusan. "Baru jadian tanggal 2, terus tanggal 3, gue dibunuh kakak gue sendiri, hahaha." ucapnya sarkastis.

Sedikitnya Seungcheol terkekeh, dan mengusap kepalanya, sembari memeluknya dengan satu tangan di punggung. "Maaf, ya? Kak Adil harus gimana buat bantu kamu, tanpa ketahuan kalau kamu masih hidup?"

"Gak tau." Soobin menjawab kesal. "Baru bayangin Kak Mingi move on aja udah bikin dada ini sakit. Apalagi bayangin kalau dia sendirian nangisin Arga, Kak..."

Seungcheol tak bisa membalasnya.

Bersamaan dengan Jeonghan sampai kembali di ruang keluarga tersebut, untuknya mendudukkan diri di samping Soobin, yang menarik dirinya untuk duduk lurus. Jeonghan mengarahkannya ke depan Soobin, tetapi masih memegangnya. "Ini masih agak panas, tapi justru harus diminum sekarang. Minum, ya? Biar bisa tidur dan bangun dengan segar."

Soobin menerima, dan mulai menyesapnya.

Itu adalah rasa yang menenangkan.

Bukan tehnya.

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang