Octagon 3 - 376 : Hati Tak Hati-Hati Pt. 6

218 25 33
                                    

Segera, Hongjoong memasuki mobilnya di basement tersebut, dengan membawa dua kantung dengan merk berbeda, dari dua tempat berbeda walau berada di dalam mall yang sama. Hongjoong kemudian memastikan mobilnya terkunci sebelum melirik pada dua kantung tersebut dan mulai membuka satu per satu kotaknya.

Dua ponsel pintar baru.

Berbeda merk.

Satu dipasang nomor baru, atas namanya sendiri.

Satu lainnya, belum dipasang nomor.

Mengambil waktunya, Hongjoong memindahkan kontak-kontak untuknya bekerja, sekaligus kuliah nanti, pada satu ponsel dengan nomor teregistrasi atas namanya. Sedangkan satu lainnya, untuk mereka, para lingkaran dalam, dan juga orang-orang dari sisi Gongyoo.

Oh, Hongjoong hanya tidak ingin bercampur saja.

Terkadang memusingkan, dengan ponsel lamanya, yang memang sudah dimilikinya sejak dua tahun lalu. Sudah waktunya untuk diganti memang.

Setelahnya—setelah memastikan orang yang hendak ditemuinya siap—Hongjoong segera mematikan ponsel lamanya. Dimasukan ke dalam laci dasbor, dan kemudian dilajukan mobil tersebut, untuk meninggalkan area.

Ya, dua ponsel sekarang.

Tiga, jika ponsel lama terhitung.

Atau empat, jika satu yang Hajoon berikan padanya juga dihitung.

Yang pasti, harus Hongjoong yang menghubungi nomor-nomor tersebut lebih dahulu. Ya, nanti. Hongjoong hanya ingin menikmati hari kosongnya, sembari menunggu perkembangan kasus.

Mobil itu melaju sampai alamat yang telah diberikan sebelumnya. Hanya memakan waktu sekitar 20 menit untuk sampai. Hongjoong berdiam di depan sebuah rumah, dalam komplek perumahan, dan kemudian seseorang keluar dari dalam, untuk masuk ke dalam mobilnya.

"Gue nungguin lo sambil makan jagung, mau gak?" Pertanyaan itu dibuka oleh Eunwoo, yang dimaksud, sembari terkekeh mengedik ke arah rumah besar dua lantai di sana. Tetapi jagung yang dimaksud tak dibawa olehnya, melainkan sesuatu yang Hongjoong butuhkan. Jadi Eunwoo segera merogoh saku  celananya, dan kemudian memberikan sebuah kotak kecil ukuran 5x5 cm, padanya. "Ini, kartu tanpa registrasi. Aman. Banyak orang ilegal pakai."

Hongjoong menerimanya, dengan kekehan. "Berapa?"

Belum Eunwoo menjawab, dirinya telah merogoh sesuatu kembali. Eunwoo mengeluarkannya, yang dibungkus plastik bening, dan mennyodorkannya pada Hongjoong.

Jelas Hongjoong tak mengerti, tak meminat juga.

Dengan itu Eunwoo menjelaskannya. "Ini kartu rekening baru, bukan atas nama lo, tapi atas nama identitas palsu. Buat jaga-ajaga aja. Lo kalau masukin uang ke sini, secara langsung, jangan lewat transfer. Terus kalau lo mau transfer gue lagi, pakai ini, ke rekening palsu gue. Atau misal lo ada urusan lagi sama Hyunjae buat drugs, ke temannya itu."

Hongjoong mengernyit. "Oke... itu mengapa rekening lo juga bukan atas nama lo?"

"Ya, lo pikir aja." Eunwoo memutar matanya sedikit malas. "Nanti nomor rekeningnya gue kirim. Identitasnya juga. Ah, atas nama Edward Kim."

"Oke." Untuk kartu tersebut, Hongjoong langsung menyelipkannya ke dalam sakut. "Berapa?"

"Gratis." Eunwoo menjawab, lalu melihat ke arahnya. "Mungkin ada sih, satu, atau dua, yang gue pengen dari lo."

Hongjoong menunggu sembari mulai kembali untuk membuka kotak kecil tersebut, yang memang dicarinya, mendapatkan sebuah kartu sim untuk ponsel. Kemudian mulai memasang di ponsel barunya--satu lainnya yang belum memiliki nomor. "Bilang aja."

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang