perasaan sialan

6.3K 197 9
                                    

[utamakan baca deskripsi]

---------------------------------------------------------------------------

05.30 suara alarm ponsel dan jam weker bersahutan, mengeluarkan suara bising yang cukup keras. namun kedua alarm itu tidak ada gunanya. sebab si pemilik sudah bangun sebelum benda-benda itu mengeluarkan suara untuk membangunkannya.

Freen mematikan benda berisik itu, kemudian mengambil ponselnya dan langsung keluar dari kamar, beranjak keluar rumah.

"dingin banget" gumamnya setelah berhasil membuka pintu, merasakan angin pagi mengenai wajahnya.

hari ini hari Sabtu, otomatis sekolah libur. di hari liburnya freen sudah memutuskan untuk lari pagi. sekarang dia sudah siap dengan pakaian olahraganya.

sebelum pergi, freen menyempatkan untuk menghirup dan menikmati embun pagi di depan rumahnya, kebetulan tempatnya berada di lantai dua jadi dia bisa sedikit melihat-lihat beberapa orang di dekat rumahnya yang sudah bangun sepertinya.

"pasti dia belum bangun" ucap freen beranjak menuruni tangga. menuju lantai utama rumahnya.

"becky" teriak freen, mengetuk pintu, berharap orang di dalam sana membuka pintunya.

"mau jadi lari ga sih dia ini" gumamnya, jengah tidak ada yang menggubris aksinya.

iya, rencananya pagi ini dia tidak lari sendiri. tapi bersama becky. sahabat perempuanya sekaligus teman kecilnya.

"berisik banget ya ampun" gumam becky mendengar teriakan temannya

namun, alih-alih menjawab dan membukakan pintu gadis itu lebih memilih menarik selimutnya lebih tinggi lagi. kembali memejamkan mata, terlalu pagi untuknya bangun di hari libur.

"Rebecca" teriak freen

becky menghela nafas mendengar teriakkan freen, di dengar dari suaranya sepertinya temannya itu sudah ada di depan kamar.

"bangun ga, buka pintunya, katanya mau lari pagi" teriak freen, tidak lupa dengan tangannya yang menggedor-gedor pintu kamar becky.

"masuk aja freen, ga di kunci kok" teriak becky, terlalu malas untuk turun dari kasur.

freen bisa masuk rumah becky kapan saja sesuka hatinya, dan becky juga bisa masuk rumah freen kapan saja semau dia, sebab keduanya memberikan akses masuk rumah untuk satu sama lain.

jadi jangan heran kenapa sekarang freen bisa langsung ada di depan kamar becky, padahal si pemilik rumah tidak membukakan pintu rumahnya sama sekali.

freen patuh, mendengar kamarnya tidak di kunci, dia langsung membuka pintunya.

"males banget ni perempuan satu" ucap freen melihat becky masih memeluk guling-nya di bawah selimut

"berisik freen" ucap becky, tidak melirik freen sama sekali.

freen tersenyum smrik, dengan cepat laki-laki itu langsung menaiki kasur temannya, memeluk becky dari belakang.

"freen" teriak becky, kaget dengan pergerakan freen.

"apa si bec" ucap freen

"lepas ga" ucap becky, mencoba melepaskan tangan freen.

"ga" ucap freen

becky menghela nafas, hal seperti ini sudah biasa bagi mereka, ralat, lebih tepatnya sudah biasa bagi freen.

teman kecilnya itu selalu melakukan hal seperti ini semau dia. namun becky? dia harus terbiasa dengan hal itu, meskipun saat freen memeluknya seperti tadi jantungnya langsung berdetak tidak karuan, sebisa mungkin dia menutupinya. bersikap biasa saja.

Second choice.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang