"Karna Toya," gumamku, nyaris tak terdengar, seperti menyebutkan nama yang ingin aku hapus dari ingatan. Pria itu melangkah cepat ke arahku. Sorot matanya tajam, menghunus, seperti mencari retakan kecil dalam keberadaanku untuk ditertawakan.
"Savil!" Suaranya memanggilku dengan nada mencemooh. "Apa aku salah lihat, atau kau benar-benar datang ke sini lagi setelah semua yang terjadi?"
Aku tidak menjawab. Aku tahu permainan ini. Semakin sedikit kata yang kuberikan, semakin sedikit celah yang bisa dia gunakan.
"Diam saja? Memang itu yang pantas untukmu," lanjutnya, senyuman sinis merekah. "Kau tidak hanya mencoreng nama Keluarga Toya dengan keberadaanmu, tapi juga menghina para esper murni seperti Tuan Wardein dan Tuan Stroum dengan sikap acuhmu. Kau bahkan tidak tahu tempatmu di sini."
Karna mengangkat tangan, air mengalir perlahan di atas telapak tangannya, membentuk bola kecil yang berputar dengan kecepatan semakin tinggi. "Sejujurnya, aku bertanya-tanya kenapa kau masih ada di akademi ini. Bukankah lebih baik jika kau... tidak di sini sama sekali?"
Mataku mengamati bola air itu, bukan dengan takut, tetapi dengan kehati-hatian. Taktik intimidasi seperti ini bukan hal baru bagiku. Aku sudah sering mengalami sejak kecil, bahkan sampai terkena sarangan sungguhan dari bocah-bocah Toya yang angkuh dan sombong.
"Akademi Burlian bukan Akademi Elementalis, Tuan Toya," kataku akhirnya, suaraku rendah tapi tetap jelas. "Ini adalah akademi sains antariksa. Tempat ini menerima siapa saja yang bisa berkontribusi, tanpa memandang kekuatan murni atau tidak."
Karna berhenti sejenak, ekspresinya berubah. Sesaat aku berpikir dia akan menyerah. Tapi tidak. Ia tertawa kecil, dingin, sebelum matanya kembali memicing.
"Berani sekali kau berbicara seperti itu padaku," geramnya, bola air di tangannya membesar, berputar semakin cepat. "Kau lupa siapa aku? Aku bisa memastikan kau kehilangan semua yang kau miliki di sini. Keanggotaanmu di Forum Diaspora? Hilang. Beasiswa dari Dewan Persatuan Esperheim? Itu juga bisa lenyap. Apa kau pikir akademi ini akan tetap menerimamu setelah itu?"
Aku tidak merespons. Kata-katanya lebih seperti ancaman kosong yang dia ingin aku percayai. Tapi di sisi lain, aku tahu dia tidak sepenuhnya bercanda. Keluarga Toya punya pengaruh yang cukup besar, bahkan di luar Esperheim seperti konsulat ini.
"Diam lagi? Tidak heran. Seorang esper jatuh seperti kau hanya bisa bertahan dengan belas kasihan orang lain," Karna meludah dengan kata-katanya. "Pergilah. Sebelum aku benar-benar kehilangan kesabaran."
Aku menatapnya satu detik lebih lama dari yang seharusnya, lalu membalikkan badan, melangkah keluar dari halaman konsulat. Setiap langkahku terasa berat, tapi aku memastikan punggungku tetap tegak.
"Dasar pengecut!" Karna berteriak di belakangku, suaranya penuh amarah. "Esper jatuh memang tidak tahu malu!"
Aku tidak menoleh. Anggap saja kata-katanya hanya angin lewat, seperti teriakan seseorang yang tenggelam dalam keputusasaan. Aku punya hal yang lebih penting untuk dipikirkan daripada membuang waktu dengan orang seperti dia.
***
Malam itu, kamar asramaku terasa sunyi. Suara dentingan langkah dari lorong sesekali terdengar samar, tapi pikiranku sudah terlalu lelah untuk peduli. Gawai di tanganku berkedip sekali lagi, membuatku mendesah panjang sebelum akhirnya memeriksanya.
Ada pesan baru masuk. Itu adalah pesan dari Dewan Persatuan Esperheim. Tampaknya cukup penting. Aku melihat tulisan berwarna merah pada judulnya. Ketika kubuka, aku tak tahan mengumpat dalam hati. Namun, aku kehabisan energi untuk peduli. Kelempar gawai itu ke nakas. Ia berpendar sebelum akhirnya mati sendiri.
Di sana tertulis, Beasiswa Anda telah dicabut atas pencemaran nama baik Esperheim.
Aku belum menyadarinya malam itu. Ternyata ... ada satu pesan lagi yang masuk.
✨️✨️✨️
Jangan cuman jadi silence readers aja. Kasih vote, komentar, dan follow.
Aku bakal seneng banget kalau kalian bantu koreksi semisal nemuin plot hole di novel ini.
Makasih udah mampir😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Kronik Perang Sang Esper yang Jatuh
Bilim KurguSavil Ghenius lahir dari keluarga elementalis ternama-Keluarga Toya dan Keluarga Ghenius. Namun, sejak kecil, Savil tahu dia berbeda. Rambut hitam legamnya bukan hanya tanda unik, tapi juga simbol kutukan. Kutukan bahwa dia adalah seorang esper yang...