Langkahku menggema di sepanjang koridor Ruang Pertemuan Utama Asosiasi Kesatrian. Cahaya putih kebiruan dari lampu neon di langit-langit menciptakan bayangan panjang di bawah kakiku. Udara di ruangan ini terasa lebih dingin daripada biasanya, seolah setiap molekulnya sarat dengan keseriusan.
Pintu otomatis di depanku bergeser dengan desisan lembut, memperlihatkan sebuah ruangan luas dengan meja konferensi melingkar di tengahnya. Di ujung meja, sebuah hologram siluet menyala. Sosoknya samar—tidak jelas apakah ia pria atau wanita. Hanya kerangka cahaya yang membentuk tubuh manusia tanpa detail wajah atau pakaian.
"Savil Ghenius," suara datar itu terdengar, bergema dari speaker di sudut ruangan. "Selamat datang di Ruang Pertemuan Khusus Asosiasi Kesatrian."
Aku berdiri tegak di depan hologram tersebut. Mataku fokus, tanganku mengepal di sisi tubuhku.
"Anda memanggil saya ke sini," jawabku pelan namun tegas.
"Benar," suara itu melanjutkan. "Desain pakaian yang kau rancang bersama anggota Asosiasi, Bintang Bumi Burlian, menarik perhatian kami—khususnya untuk implementasi di Divisi Intel. Kami ingin mengembangkan ide tersebut lebih jauh."
Layar holografis di sekeliling ruangan menyala, menampilkan gambar 3D dari pakaian yang aku dan Bintang desain. Pola jaringan nano, lapisan serat khusus, dan desain ergonomis terlihat jelas.
"Katakan pendapatmu tentang pakaian ini, Savil," ujar siluet itu.
Aku menghela napas pelan sebelum berbicara. "Desain ini berfokus pada perlindungan dan mobilitas optimal. Seratnya kuat namun fleksibel, cocok untuk medan yang memerlukan ketahanan tinggi dan gerakan cepat. Tapi ... ini masih prototipe kasar. Kami belum sempat menguji lebih lanjut."
"Itulah tujuan kami memanggilmu kemari." Hologram itu berubah, menampilkan daftar spesifikasi tambahan yang panjang. "Kami ingin pakaian ini memiliki teknologi yang lebih kompleks dan adaptif."
Mata fokusku menyusuri daftar itu. Beberapa teknologi yang diajukan membuat dahiku berkerut.
"Kamuflase aktif, anti-deteksi sensor, AR visor ... Semua ini bisa diintegrasikan dengan sedikit penyesuaian. Tapi exoskeleton assist? Itu terlalu berlebihan," protesku.
"Mengapa begitu?" suara siluet bertanya, nadanya datar.
"Exoskeleton memerlukan daya yang besar dan akan menambah bobot pakaian secara signifikan," jelasku. "Fokus dari desain awal kami adalah fleksibilitas. Jika kami menambahkan sistem exoskeleton yang terlalu kompleks, pengguna akan lebih lambat dalam merespons situasi darurat."
Siluet itu tampak berpikir sejenak sebelum kembali berbicara. "Penolakanmu masuk akal. Bagaimana dengan drone mikro terintegrasi?"
Aku menekan bibirku rapat. "Drone mikro memang berguna untuk pengintaian, tapi jika terintegrasi langsung ke pakaian, risiko gangguan sistem akan meningkat. Selain itu, drone membutuhkan ruang penyimpanan dan energi tambahan yang cukup besar. Itu bisa mengganggu fungsi inti pakaian ini."
Hologram berganti lagi, menyoroti bagian sistem pengisian energi mandiri.
"Dan tentang sistem pengisian energi mandiri?" tanya siluet itu.
Aku menggeleng. "Teknologi energi mandiri yang kita miliki saat ini belum cukup stabil untuk diimplementasikan di lapisan pakaian seperti ini. Jika sistemnya gagal di tengah misi, pakaian bisa menjadi beban daripada alat bantu."
Siluet itu terdiam. Aku menunggu, merasakan ketegangan di setiap detik yang berlalu.
"Penjelasan yang logis," akhirnya suara itu memecah kesunyian. "Kami akan meniadakan tiga fitur tersebut dari daftar prioritas. Namun, kami tetap ingin pakaian ini disempurnakan dengan teknologi lain yang telah kami sebutkan. Kami akan menunjuk seorang senior dari Divisi Tekno untuk membantumu dalam proyek ini."
Aku menatap hologram dengan ekspresi penuh fokus. "Siapa senior yang dimaksud?"
"Dia adalah Orvell Kael, salah satu insinyur terbaik Divisi Tekno," jawabnya. "Kalian akan bekerja bersama mulai minggu depan. Semua dana penelitian akan kami tanggung sepenuhnya. Yang kami butuhkan dari kalian adalah hasil yang memuaskan."
Aku mengangguk pelan. Nama Orvell Kael cukup terkenal di kalangan para teknisi Akademi Burlian. Meski tidak banyak yang tahu wajahnya, karya-karyanya sudah menjadi acuan di banyak bidang.
"Baik, saya mengerti," jawabku.
"Satu hal lagi, Savil," suara siluet itu menambahkan. "Ini bukan sekadar proyek biasa. Jika berhasil, pakaian ini akan menjadi standar baru di Divisi Intel. Jangan sia-siakan kesempatan ini."
Hologram perlahan meredup, diikuti dengan suara dengungan mesin yang mulai berkurang. Ruangan kembali sunyi.
Aku berdiri di sana beberapa saat, membiarkan setiap kata yang tadi diucapkan meresap ke dalam pikiranku.
Armor yang awalnya hanya sebuah ide sederhana di benakku kini menjadi proyek berskala besar. Bersama Bintang dan Orvell Kael, kami harus membawa konsep ini ke tahap yang lebih tinggi.
Aku mengepalkan tangan di sisi tubuhku. Langkahku tegap saat keluar dari ruangan itu. Tanpa kusadari, aku melangkah semakin jauh dari Esperheim di masa laluku.
Jangan cuman jadi silence readers aja. Kasih vote, komentar, dan follow.
Aku bakal seneng banget kalau kalian bantu koreksi semisal nemuin plot hole di novel ini.
Makasih udah mampir😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Kronik Perang Sang Esper yang Jatuh
Science FictionSavil Ghenius lahir dari keluarga elementalis ternama-Keluarga Toya dan Keluarga Ghenius. Namun, sejak kecil, Savil tahu dia berbeda. Rambut hitam legamnya bukan hanya tanda unik, tapi juga simbol kutukan. Kutukan bahwa dia adalah seorang esper yang...