Bab 110: Mendesain Pakaian

3 1 0
                                    

Seminggu berlalu sejak aku terbangun dari koma. Tubuhku sudah jauh lebih baik, meski dokter masih memintaku untuk berhati-hati dan tidak terlalu memaksakan diri. Selama masa pemulihan ini, aku tinggal di kediaman Keluarga Burlian, Kota Dirgantara. Rumah sakit tempatku dirawat, laboratorium canggih, hingga ruang rekreasi—semuanya ada di sini, tertata dalam kompleks luas yang terasa seperti kota kecil sendiri.

Pagi ini, aku akhirnya mendapat izin untuk keluar dari kamar perawatan. Langkah kedua kakiku membawa diri ini ke ini salah satu bangunan di kompleks tersebut, tepatnya laboratorium pribadi milik Bintang. Begitu pintu otomatis terbuka, aroma logam dan ozon menyambutku. Cahaya biru dari berbagai layar monitor memantul di wajahku, sementara di tengah ruangan, Bintang tampak sibuk merakit sesuatu di meja kerjanya.

"Kau akhirnya datang juga," kata Bintang tanpa menoleh, suaranya penuh konsentrasi.

Aku melangkah masuk, menatap berbagai alat teknologi canggih yang tersusun rapi pada rak-rak transparan di sekeliling ruangan. Monitor besar di dinding menampilkan diagram teknis, analisis data, dan rekaman video drone pengintai.

"Kau benar-benar tidak pernah berhenti bekerja, ya?" tanyaku sambil mendekat.

Bintang tertawa kecil, meletakkan alat las kecil di tangannya. "Kalau berhenti, aku bisa gila. Lagi pula, aku sedang mengembangkan sesuatu yang penting. Kau tahu, setelah serangan tempo hari, aku sadar kita butuh perlindungan yang lebih baik."

Ia menekan sebuah tombol, dan sebuah prototipe satelit kecil muncul dari meja mekanis di sampingnya. Permukaannya berkilau keperakan dengan antena kecil yang menjulur dari berbagai sisi.

"Ini satelit pengaman pribadi," jelasnya. "Aku mendesainnya untuk memindai dan mendeteksi ancaman dalam radius 30 Km dari target pengamanan. Jika ada ancaman yang mendekat, satelit ini akan langsung mengirim sinyal ke perangkat pemiliknya."

Aku mengangguk, mengamati setiap detail pada satelit kecil itu. "Aku suka idenya. Tapi ... aku juga punya sesuatu yang ingin kubuat."

Bintang menatapku penuh rasa ingin tahu. "Oh? Kau mau membuat apa?"

Aku menatap meja desain digital di ujung ruangan. "Armor. Tapi bukan yang besar dan mencolok. Aku butuh sesuatu yang ringan, fleksibel, dan bisa menyerap sebagian besar kerusakan. Aku tidak mau lagi berada dalam posisi seperti waktu itu."

Bintang mengangkat alisnya sebelum berjalan menuju komputer desain di sebelahku. "Menarik. Gunakan saja meja desain ini. Aku akan membantumu jika kau butuh saran."

Aku mulai bekerja. Tanganku bergerak cepat di atas layar holografis, menggambar garis-garis pola baju yang terlihat seperti pakaian biasa. Aku menambahkan lapisan serat yang bisa menahan panas, tekanan, dan benturan langsung.

Bintang berdiri di sampingku, mengamati dengan seksama. "Desainnya bagus. Tapi kau butuh sesuatu yang lebih kuat di bagian vital."

Ia menambahkan lapisan serat nano pada bagian dalam baju dengan gerakan cekatan. Garis-garis biru terang muncul di layar, menunjukkan struktur lapisan baru yang lebih kokoh.

Aku mengernyit saat melihat desain yang sudah dimodifikasi. "Ini ... jadi sedikit lebih berat dari yang kukira."

Bintang terkekeh. "Keamanan selalu lebih penting daripada kenyamanan, Savil. Kalau kau mau tetap hidup di tengah medan berbahaya, ini adalah harga yang harus dibayar."

Aku menghela napas, lalu mengangguk setuju. "Kau benar. Lebih baik sedikit tidak nyaman daripada mati konyol."

Kami berdua terdiam sejenak, memandangi desain yang terpampang di layar holografis. Ini bukan hanya tentang baju pelindung, tetapi tentang persiapan untuk hal yang lebih besar. Apa pun yang terjadi di masa depan, aku tidak ingin lagi menjadi beban bagi timku.

Bintang memecah keheningan. "Kalau begitu, ayo kita sempurnakan ini. Kita tidak punya banyak waktu sebelum masa liburan ini berakhir. Penjahit di keluargaku pasti bisa membuatkannya begitu kita menyerahkan desain kepada mereka. Jangan khawatir soal dana. Kita bisa mengambilnya dari dana perlindungan tuan putri yang diberikan oleh keluarga kekaisaran."

"Bukannya itu penyalahgunaan dana?" tanyaku yang malah ditertawakan oleh Bintang.

"Tenang saja, Savil," balasnya setelah puas terkekeh, "Dalam proposal perlindungan itu, aku sudah memasukkan nama kita sebagai objek perlindungan juga karena kita adalah orang-orang terdekat Ainun saat ini."

"Entah mengapa ..." timpalku seraya melanjutkan desain pakaian lainnya, "Aku merasa ada yang tidak beres di sini."

Jangan cuman jadi silence readers aja. Kasih vote, komentar, dan follow.

Aku bakal seneng banget kalau kalian bantu koreksi semisal nemuin plot hole di novel ini.

Makasih udah mampir😉

Kronik Perang Sang Esper yang JatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang