Lorong menuju laboratorium Orvell Kael terasa sunyi, hanya langkah kakiku dan Bintang yang terdengar memantul di dinding logam. Lampu neon redup berderet di atas kepala kami, memberikan kesan steril sekaligus menekan. Di tanganku, sebuah tablet berisi spesifikasi pakaian intel yang diminta Divisi Intel masih terbuka, memancarkan cahaya kebiruan.
"Kenapa sih aku harus ikut?" keluh Bintang di sampingku. Tangannya terkantong di saku jaket. "Aku bisa saja tidur siang di kamar atau mengerjakan proyek pribadiku. Tapi tidak, aku malah di sini, berjalan menuju sarang insinyur paling antisosial di Akademi Burlian."
Aku meliriknya sekilas. "Kau yang memamerkan desain kita pada adipati muda. Kalau kau tahu akan begini, kenapa kau lakukan itu?"
Bintang mengusap wajahnya dengan kesal. "Itu khilaf, Savil. Aku cuma ingin memamerkan kecanggihan desain kita, bukan memintanya untuk dilempar ke Divisi Intel. Aku seharusnya tahu kakakku tidak akan bisa diam melihat sesuatu yang menjanjikan."
Aku mengangkat bahu. "Aku justru berpikir ini kesempatan yang bagus. Kita punya akses ke sumber daya yang lebih besar, dukungan penuh dari asosiasi, dan dana yang—kalau dihitung—bisa membuat kita membeli kapal luar angkasa kecil. Kau seharusnya senang."
Bintang mendengus kecil. "Senang, katanya... Ya sudah, Savil. Mulai sekarang, proyek ini sepenuhnya milikmu. Aku hanya akan jadi konsultan teknis kalau kau benar-benar membutuhkanku."
Aku tidak membalasnya. Bintang memang seperti ini—sangat berbakat tetapi malas jika dihadapkan pada sesuatu yang tidak sesuai dengan minatnya.
Pintu besar dengan label Laboratorium Penelitian Teknologi Eksperimental terbuka otomatis di depan kami. Aroma logam terbakar dan oli menyambut hidungku. Di tengah ruangan luas itu, Orvell Kael berdiri membelakangi kami, tangannya bergerak cepat di atas panel hologram.
Rambutnya yang cokelat kusut menjuntai menutupi sebagian wajahnya, sementara jas labnya terlihat penuh bercak hitam dan cokelat, entah dari apa. Tanpa menoleh, dia langsung berkata dengan nada datar, "Tutup pintunya. Jangan biarkan udara luar masuk terlalu lama."
Bintang menekan panel di sebelah pintu hingga pintu tertutup rapat.
Orvell akhirnya menoleh. Mata tajamnya menatap kami berdua sejenak sebelum ia menggerakkan tangannya. Meja desain di tengah ruangan memancarkan hologram pakaian intel yang kami rancang sebelumnya. Setiap detail spesifikasi tambahan yang diminta oleh Divisi Intel ikut terlihat—eksoskeleton assist, AR visor, drone mikro, sistem pengisian energi mandiri, dan fitur lainnya.
"Kita langsung ke inti," katanya singkat. "Savil, kau yang memimpin perancangan. Tentukan material, struktur internal, dan prioritas pengembangan. Bintang, kau—hmm... duduk saja di pojok sana kalau tidak ingin merepotkan."
Bintang mendesah pasrah dan berjalan ke kursi di sudut ruangan. Aku mendekati meja desain, mataku menyapu setiap detail desain holografis itu.
"Material untuk struktur utama harus ringan tetapi kuat," kataku sambil menyentuh panel hologram, mengubah sketsa pada bagian dada dan lengan pakaian. "Kita bisa gunakan Graphenium Alloy untuk lapisan utama. Paduan ini memiliki kekuatan luar biasa dan konduktivitas energi yang sempurna. Tapi untuk lapisan internal, aku ingin sesuatu yang lebih fleksibel. Mungkin serat sintetis berbasis NanoFlex-Weave untuk menambah mobilitas tanpa mengorbankan perlindungan."
Orvell mengangguk, jemarinya bergerak cepat di panel di sampingku. "Bagian eksoskeleton assist harus diubah. Teknologi itu akan membebani pengguna dalam jangka panjang. Tanpa integrasi sempurna, ini malah jadi beban tambahan, bukan bantuan. Setuju?"
Aku mengangguk setuju. "Kita hilangkan bagian itu untuk sekarang. Fokus pada daya tahan material dan peredaman suara dulu. Kita bisa gunakan VoidMesh untuk struktur internal, agar pakaian ini bisa meredam suara dan menyerap jejak termal."
Orvell mengangguk lagi, tampak puas. "Drone mikro juga harus dihapus. Terlalu rentan diretas jika terintegrasi langsung ke pakaian."
Aku menghela napas lega ketika Orvell setuju denganku. "Setuju. Lebih baik kita fokus pada optimalisasi AR Visor dan sistem regulasi suhu dengan bantuan KryoGel. Itu akan lebih berguna di kondisi ekstrem."
Kami terus berdiskusi, bagian demi bagian dari desain pakaian intel itu kami rombak. Ada beberapa saran dari Orvell yang kugunakan, tetapi ada juga yang kutolak dengan alasan yang logis. Orvell mengetik cepat di meja desain. Hologram berubah menjadi daftar material yang diperlukan, lengkap dengan estimasi biaya dan kebutuhan waktu pengujian.
AI di meja desain berbicara dengan suara hiperrealistis yang halus. "Proposal penelitian siap dikirim ke Asosiasi Kesatrian. Mengirim ... Selesai."
Orvell menyandarkan punggungnya ke kursi tinggi di sebelah meja desain. "Sekarang kita tinggal menunggu persetujuan dana. Jika semuanya lancar, kalian bisa mulai produksi awal dalam beberapa minggu."
Bintang, yang sejak tadi lebih banyak diam, berdiri dan meregangkan tubuhnya. "Akhirnya selesai juga ... Kenapa rasanya hari ini berjalan begitu lama?"
Aku melirik jam digital di ponselku. Hari ternyata sudah petang. Matahari mulai tenggelam, dan cahaya keemasan senja menyelinap masuk melalui jendela kaca besar di laboratorium.
"Karena kita baru saja mengukir langkah besar untuk proyek ini," jawabku pelan.
Di luar sana, langit mulai berubah warna menjadi ungu tua. Namun di dalam sini, desain pakaian intel canggih kami memancarkan cahaya biru redup di meja desain.
Jangan cuman jadi silence readers aja. Kasih vote, komentar, dan follow.
Aku bakal seneng banget kalau kalian bantu koreksi semisal nemuin plot hole di novel ini.
Makasih udah mampir😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Kronik Perang Sang Esper yang Jatuh
Science FictionSavil Ghenius lahir dari keluarga elementalis ternama-Keluarga Toya dan Keluarga Ghenius. Namun, sejak kecil, Savil tahu dia berbeda. Rambut hitam legamnya bukan hanya tanda unik, tapi juga simbol kutukan. Kutukan bahwa dia adalah seorang esper yang...