Ledakan tiba-tiba merobek kesunyian senja. Cahaya oranye menyilaukan disertai gelombang panas yang mendesing ke segala arah. Dalam sepersekian detik, mobil Bintang berubah menjadi bola api besar, serpihan logam beterbangan, dan tekanan dari ledakan menghantam tubuh kami.
Tubuhku terhempas ke belakang, kedua telapak tanganku refleks menghantam permukaan jalan untuk meredam benturan. Nafasku tercekat, tapi insting bertahan hidup membuat tubuhku bergerak dengan lincah, memutar di udara sebelum akhirnya mendarat dengan satu lutut menyentuh tanah. Namun, keseimbanganku goyah saat sebuah tubuh menabrakku dari depan.
"Ugh!" Tubuh Reina menimpaku dengan keras. Kami berdua jatuh berguling di atas permukaan platform logam.
"Reina! Apa kau baik-baik saja?" tanyaku sambil mendorong tubuhnya perlahan agar bisa bergerak.
Dia tidak menjawab langsung, tetapi matanya membelalak, tubuhnya gemetar di atas dadaku.
"A-aku ... baik ..." gumamnya dengan napas tersengal.
Aku membantu Reina bangkit, meskipun tubuhku sendiri masih bergetar karena sisa efek ledakan. Sekilas, aku melihat Ainun dan Bintang di sisi lain platform. Ainun melayang beberapa sentimeter di atas tanah, energi gravitasi berpendar di sekelilingnya seperti aliran cahaya keemasan.
"Ainun!" teriakku.
Ainun menurunkan Bintang dengan perlahan, memastikan ia berdiri dengan stabil di atas platform yang kini dipenuhi debu dan serpihan logam.
"Bintang, kau baik-baik saja?" Ainun bertanya dengan nada khawatir.
Bintang menepuk-nepuk pakaiannya yang terbakar di beberapa bagian.
"Aku ... masih hidup. Itu cukup, kan?" senyumnya pahit, tapi matanya tajam menyapu sekeliling.
Suara langkah kaki berderap di kejauhan. Dari balik asap ledakan, dua sosok bertopeng muncul. Salah satunya, pria bertopeng dengan pakaian serba hitam yang tampak seperti jubah tempur fleksibel, berdiri dengan santai di atas platform yang sedikit lebih tinggi.
"Lihat, kan? Mereka benar-benar selamat," katanya dengan suara serak yang terdengar seperti gesekan logam. "Laporan dari Alfons si Gila itu tidak salah. Rupanya, tuan putri kita sudah cukup berkembang."
Sosok di sebelahnya, yang bertubuh lebih kecil tetapi dengan aura yang tidak kalah berbahaya, terkekeh pelan. "Sayang sekali proyektil itu tidak cukup untuk menghabisi mereka. Tapi yah, ini lebih seru. Kita bisa lihat kemampuan mereka dengan mata kepala sendiri."
Mataku menyipit, fokus pada setiap gerakan mereka. Mereka bukan sekadar penjahat biasa. Gerakan mereka tenang, bahasa tubuhnya penuh kepercayaan diri. Mereka tahu apa yang mereka lakukan.
"Tuan Putri?" bisikku, menoleh pada Ainun.
Ainun menggigit bibirnya, wajahnya memucat. "Mereka datang untukku ... Aku tahu ini akan terjadi cepat atau lambat."
"Jadi apa rencana kita sekarang?" Bintang menambahkan, mencoba memproyeksikan ketenangan meskipun suaranya sedikit bergetar.
Aku berdiri tegak, menarik Reina agar berada di belakangku. Mataku tak lepas dari kedua sosok bertopeng itu.
"Kita harus bertahan hidup dulu," jawabku singkat.
Pria bertopeng itu mengangkat satu tangan, dan dari balik asap, muncul beberapa drone kecil berbentuk segi enam. Cahaya merah di tengahnya menyala terang.
"Dan permainan pun dimulai."
Drone-drone itu mulai berputar di udara, masing-masing mengeluarkan cahaya yang berkilat-kilat seperti pisau yang siap memotong.
"Bersembunyi bukan pilihan," kataku, mengambil posisi bertahan.
Ainun mengangguk, kedua tangannya mulai bersinar lembut dengan gravitokinesis yang perlahan membentuk medan pelindung di sekitar kami.
Bintang menekan tombol di pergelangan tangannya, memunculkan hologram kecil yang terlihat seperti kendali jarak jauh.
Sementara itu, Reina berdiri di belakang kami dengan tangan terkepal. Matanya penuh tekad, meskipun tubuhnya gemetar.
"Siap atau tidak, mereka datang!" seru Bintang.
Drone pertama melesat ke arah kami, diikuti oleh suara desingan tajam. Ledakan kecil terjadi di udara ketika medan gravitasi Ainun bertabrakan dengan proyektil dari drone.
Satu hal yang pasti: kami terjebak dalam perangkap ini, dan jalan keluar belum terlihat di depan mata.
Jangan cuman jadi silence readers aja. Kasih vote, komentar, dan follow.
Aku bakal seneng banget kalau kalian bantu koreksi semisal nemuin plot hole di novel ini.
Makasih udah mampir😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Kronik Perang Sang Esper yang Jatuh
Science FictionSavil Ghenius lahir dari keluarga elementalis ternama-Keluarga Toya dan Keluarga Ghenius. Namun, sejak kecil, Savil tahu dia berbeda. Rambut hitam legamnya bukan hanya tanda unik, tapi juga simbol kutukan. Kutukan bahwa dia adalah seorang esper yang...