"Aku datang di saat yang tepat, tampaknya," ujar Surya dengan nada datar. Aura otoritasnya memenuhi setiap sudut ruangan.
Ia berdiri di sisi ranjangku, menaruh sebelah tangannya di dada, tanda penghormatan yang khas dari keluarga Burlian. Pandangannya menelisik, memastikan bahwa aku benar-benar sadar dan cukup kuat untuk mendengar apa yang akan dikatakannya.
"Reina pasti sudah mulai menjelaskan sebagian dari hasil penelitian mereka. Tapi biarkan aku melengkapinya untukmu, Savil."
Aku menatapnya lekat, mencoba mencerna setiap kata yang keluar dari mulutnya. Ada sesuatu dalam suaranya yang membuatku merasa waspada.
"Hasil tes DNA yang dilakukan Reina dan Ainun menunjukkan bahwa kalian bertiga memiliki ketersambungan genetik dengan satu ras esper yang sudah lama dianggap punah oleh peradaban Esperheim."
Ras Farsisian.
Kata itu terngiang-ngiang di benakku, berputar seperti gema yang mengguncang setiap sudut pikiranku. Ras yang hanya kukenal dari buku-buku tua di perpustakaan dan catatan sejarah yang sudah pudar.
"Ras Farsisian adalah salah satu ras paling langka dan kuat di antara ordo esper," lanjut Surya, suaranya tegas namun rendah. "Kekuatan gravitasi, levitasi, bahkan distorsi ruang-waktu adalah sebagian kecil dari apa yang bisa mereka lakukan. Tapi seperti yang kita tahu, mereka telah punah ... atau setidaknya, itulah yang diyakini oleh kebanyakan orang."
Aku memalingkan wajah, menatap kosong ke arah jendela yang memantulkan rona senja di cakrawala Kota Dirgantara. Jadi ... itukah aku? Itu jugakah Reina? Dan Ainun?
"Tapi rahasia ini harus dijaga rapat-rapat," lanjut Surya, matanya menyipit tajam seolah memeriksa setiap reaksi di wajahku. "DNA kalian adalah sesuatu yang sangat diinginkan oleh banyak pihak—peneliti ilegal, militer bayaran, bahkan kelompok pemberontak yang haus kekuatan. Kalau saja Ainun bukan seorang putri kekaisaran, dia pasti sudah diculik sejak lama. Dan kalian berdua ... kalian berada dalam bahaya yang sama."
Reina mengepalkan tangan di pangkuannya, rahangnya mengeras. Aku bisa merasakan ketegangan yang sama menjalar di tubuhku. Kata-kata Surya seperti rantai besi yang melilit di dadaku.
"Ini bukan hanya tentang kalian berdua," Surya melanjutkan, nadanya lebih lembut, tetapi penuh kewaspadaan. "Ini tentang keseimbangan politik dan keamanan di seluruh Kekaisaran Bima Sakti. Ada pihak-pihak di kekaisaran yang sangat mendambakan kekuatan para Farsisian. Karena itulah Ainun diincar. Jika kebenaran tentang kalian terbongkar, maka tidak ada yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya."
Aku menelan ludah dengan susah payah. Dunia yang selama ini kupahami—tentang diriku, tentang Reina, tentang alasan di balik diskriminasi dan stigma yang kuterima—tiba-tiba runtuh. Semua teka-teki mulai tersusun di benakku, tapi gambaran akhirnya masih kabur.
"Jaga rahasia ini baik-baik," kata Surya, pandangannya menatap langsung ke mataku, tajam dan menusuk. "Jangan biarkan siapa pun mengetahuinya, termasuk pihak Esperheim. Mereka mungkin sudah terlalu dalam terjebak dalam politik internal untuk bisa dipercaya sepenuhnya."
Dia berbalik perlahan, langkahnya bergema di lantai marmer yang mengilap. Tepat di ambang pintu, Surya berhenti dan menoleh sedikit ke belakang.
"Hanya ada satu hal yang lebih berbahaya dari rahasia ini, Savil. Yaitu jika kalian tidak siap menghadapi konsekuensinya."
Pintu tertutup dengan lembut, suara kliknya menggema di ruangan yang sunyi. Hening menyelimuti kami. Aku menatap Reina yang masih duduk dengan kepala tertunduk, sementara kata-kata Surya terus terngiang di benakku.
Rahasia yang baru saja terungkap menggantung berat di udara, seperti beban tak terlihat yang siap menghancurkan kami kapan saja. Tidak ada yang bersuara, tidak ada yang bergerak. Hanya suara detak jarum jam yang terdengar, perlahan-lahan menusuk setiap sudut kesadaranku.
Jangan cuman jadi silence readers aja. Kasih vote, komentar, dan follow.
Aku bakal seneng banget kalau kalian bantu koreksi semisal nemuin plot hole di novel ini.
Makasih udah mampir😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Kronik Perang Sang Esper yang Jatuh
Science FictionSavil Ghenius lahir dari keluarga elementalis ternama-Keluarga Toya dan Keluarga Ghenius. Namun, sejak kecil, Savil tahu dia berbeda. Rambut hitam legamnya bukan hanya tanda unik, tapi juga simbol kutukan. Kutukan bahwa dia adalah seorang esper yang...