Bab 89: Sang Farsisian Murni Terakhir

7 1 1
                                    

Aku menyentuh permukaan hologram, memutar halaman virtual yang memproyeksikan teks berusia ratusan tahun ke udara. Data sastra ini adalah salah satu peninggalan terakhir yang memuat catatan tentang detik-detik kepergian ras Farsisian dari alam semesta, sebelum mereka punah tanpa jejak. Setiap kalimat terasa seperti jejak langkah di pasir yang semakin pudar di bawah tiupan angin waktu.

Ainun duduk di sebelahku, matanya menyipit membaca teks yang melayang di udara.

"Tampaknya novel seni sejarah ini terlalu melebih-lebihkan," gumamnya. "Arsip sejarah resmi dari Kekaisaran Bima Sakti tidak mencatat hal seperti ini."

Aku memandang teks itu dengan seksama. Sebuah frasa muncul berulang kali, seperti gema dari masa lalu.

"Farsisian merupakan penghulu ordo esper, ras yang menyatukan mereka untuk melawan ordo manusia."

Aku mengernyit, mencoba memahami makna di balik kata-kata tersebut.

"Lihat bagian ini," kataku, menunjuk paragraf di bawahnya. Suaraku pelan, hampir seperti bisikan. "Mereka menginisiasi perkawinan antarras yang saat itu dianggap tabu oleh ordo esper."

Ainun terdiam, matanya terfokus pada kalimat itu. "Apa ada hubungannya dengan perjanjian damai antara kekaisaran dengan Esperheim?"

"Mungkin saja," jawabku, menelusuri teks selanjutnya. Teks itu bernada penyesalan. Di sana tertulis bahwa ras Farsisian, meskipun secara kemampuan sangat kuat, gen mereka sangat lemah. "Penulis mengatakan bahwa Farsisian punah sedikit demi sedikit karena perkawinan ras tersebut. Aku pernah membaca tentang genetika esper sebelumnya. Di antara para esper, ras Elementalis adalah ras dengan gen paling kuat."

"Apa hubungannya dengan menghilangnya ras Farsisian dari Esperheim?" tanya Ainun, berusaha memahami ucapanku. Dia memperhatikan lekat-lekat halaman baru yang kami baca. Begitu ia menatapku, aku pun berkata, "Ketika seorang dari ras Elementalis menikah dengan seorang dari ras Eklipsian misalnya, kemungkinan besar, anak keturunan mereka adalah seorang Elementalis atau hibrida. Karena itu, di antara para esper, kadang kemurnian genetik dipandang sangat penting sampai di tahap yang berlebihan."

Kami kembali membuka halaman berikutnya. Pada halaman tersebut, terlihat sebuah foto. Di bawah foto tersebut terdapat tulisan, "Arka, Sang Farsisian Murni Terakhir."

Fotonya menunjukkan seorang pria yang melayang di udara. Wajahnya menunjukkan kemarahan yang dahsyat. Matannya menatap tajam ke satu arah. Di sekitarnya, berterbangan benda-benda besar yang disebut dalam buku seberat ratusan ton.

"Dia adalah sosok yang paling ditakuti oleh para perwira tinggi kekaisaran pada saat itu," jelas Ainun ketika aku memperhatikan foto itu, "Tercatat bahwa ia dapat memporak-porandakan satu Armada Angkasa Kekaisaran seorang diri. Baginya, kapal induk angkasa itu seolah ibarat mainan yang bisa dilemparkan ke mana saja."

Ainun terus menjelaskan kengerian sosok itu. Dia diceritakan seperti seorang pembangkang di antara tetua para ras Farsisian. Ia menolak keras perkawinan antarras, juga perkawinan politik antara esper dan manusia. Jutaan nyawa melayang oleh kemampuan supernaturalnya saat ia mengamuk.

Namun, aku sedang tidak benar-benar fokus mendengar saat Ainun menjelaskan hal tersebut. Mataku fokus pada rambut pria esper bernama Arka tersebut. Rambutnya menjuntai panjang berwarna hitam, warna yang sama dengan rambutku. Entah mengapa, jantungku berdegup sedikit lebih kencang seolah merasakan resonansi dengan masa lalu. Dalam hati, aku bertanya-tanya, "Mungkinkah aku seorang Farsisian?"

✨️✨️✨️

Jangan cuman jadi silence readers aja. Kasih vote, komentar, dan follow.

Aku bakal seneng banget kalau kalian bantu koreksi semisal nemuin plot hole di novel ini.

Makasih udah mampir😉

Kronik Perang Sang Esper yang JatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang