Pain (I) (Namtae/ Minyoon/ Minv)

2K 124 14
                                    

"Maafkan aku Tae. Aku tidak bisa meneruskan hubungan ini lagi. Kita terlalu berbeda. Kau dengan duniamu dan aku dengan duniaku. Kita hanya akan saling menyakiti. Aku juga ingin bahagia. Jadi lebih baik kita berpisah. Semoga kau mengerti."

*

*

*

"AKH!!"

Taehyung tersentak. Napasnya tidak beraturan. Tangannya gemetar kencang. Dikepalanya terbayang mimpi yang barusan dia alami.

Mimpi yang sama, yang sudah mengganggunya setahun belakangan. Yang membuatnya selalu takut untuk tidur dan membuatnya harus meminum obat penenang.

Taehyung meraba nakas disamping ranjangnya. Mencari botol kecil berisi obat penenang. Begitu didapatnya Taehyung langsung berusaha membuka tutupnya dengan susah payah karena tangannya tremor.

Setelah terbuka ditumpahkannya seluruh isinya diranjang. Diraihnya dua butir obat penenang itu lalu ditelannya tanpa air. Bukan karena obat itu tidak pahit, namun Taehyung sudah terbiasa dengannya. Saking terbiasanya Taehyung jadi tidak bisa hidup tanpanya.

Setelah beberapa lama Taehyung mulai tenang. Dilihatnya jam dinding yang tergantung didinding kamarnya. Pukul 4 pagi. Padahal Taehyung baru saja bisa tidur dua jam yang lalu. Taehyung merasa kepalanya berkedut pusing. Tapi dia tidak mau merebahkan diri lagi karena takut tertidur dan bermimpi yang sama.

Dengan perlahan dia menuruni ranjangnya dan beranjak keluar. Dibiarkannya butiran-butiran obat itu teronggok dikasurnya. Taehyung berjalan pelan menuju dapur. Taehyyng membuka kulkas lalu mengambil sebotol air mineral lalu ditenggaknya sampai habis setengahnya.

Setelah itu Taehyung mendudukan dirinya dimeja makan. Dia menatap kosong ke depan. Sunyi. Gelap. Taehyyng bahkan tidak menyalakan lampu apartemennya. Dirinya lebih menyukai suasana temaram seperti ini. Membuat hatinya menjadi sedikit lebih tenang.

Besok adalah jadwalnya berkonsultasi ke psikiater yang juga sahabatnya, Park Jimin. Sudah beberapa bulan ini Taehyung berobat karena benar-benar mentalnya sudah sangat down. Adakalanya dia sudah tidak bisa membedakan mana yang kenyataan mana yang halusinasi. Bahkan pernah dulu Taehyung hampir tertabrak mobil karena melamun ditengah jalan. Beruntung seorang wanita baik hati menyelamatkannya tepat pada waktunya. Jika tidak mungkin Taehyung sudah dipastikan tidak akan ada lagi didunia ini.

Tidak ada yang tahu tentang penyakit mental yang Taehyung derita. Hanya dirinya dan Jimin yang tahu. Bahkan kedua orang tuanya pun tidak mengetahuinya. Taehyung memang pandai sekali berakting. Dia akan bersikap biasa saja dihadapan orang lain. Namun jika dia sudah sendirian penyakitnya itu akan datang dan mulai mengganggunya.

Penyakit ini berawal dari kejadian setahun yang lalu. Saat Taehyung ditinggal oleh kekasihnya, Kim Namjoon. Namjoon dulu merasa tidak bisa lagi menjalani hubungan ini dengan Taehyung karena kesibukan keduanya. Namjoon adalah pengacara yang memiliki jam kerja yang tinggi. Sedang Taehyung adalah seorang manajer disalah satu perusahaan yang ada di Seoul. Mereka dulu tinggal di satu atap. Namun jarang sekali bertemu hingga hubungan mereka merenggang dan Namjoon meninggalkannya. Namjoon bilang dia membutuhkan seseorang yang mampu membuatnya merasa nyaman disaat dia pulang bekerja. Sedangkan Taehyung itu sama sibuknya dengan Namjoon. Taehyung tidak bisa membantah apa yang Namjoon katakan karena itu dia membiarkan Namjoon pergi walaupun rasa sakit terus menghantuinya.

Disaat Namjoon telah pergi barulah dia menyadari betapa ia membutuhkan Namjoon dihidupnya. Dia membutuhkan senyuman Namjoon untuk obat dikala ia merasakan sesak akan pekerjaan yang menghimpitnya. Dia membutuhkan pelukan Namjoon disaat ia mulai lelah. Namun apa mau dikata. Semuanya itu sudah terlambat. Taehyung terlambat menyadari bahwa Namjoon itu jauh lebih penting daripada pekerjaannya.

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang