Our Story

Janji (Kookv)

Taehyung berguling-guling diranjangnya dengan gelisah. Sebenarnya bukan gelisah tapi lebih tepatnya kesal. Bagaimana tidak, Jungkook yang katanya mau menjemputnya untuk jalan-jalan terpaksa membatalkannya karena ada meeting dadakan dengan klien. Padahal Taehyung sudah siap dengan pakaian santainya dan menunggu Jungkook. Sungguh hal yang sangat menyebalkan bagi Taehyung.

Taehyung dan Jungkook adalah tunangan. Mereka sudah dijodohkan sejak kecil. Taehyung berusia 18 tahun dan saat ini masih sekolah di tingkat akhir SHS. Sedangkan Jungkook berusia 28 dan sekarang sudah bekerja sebagai CEO diperusahaan keluarganya. Perbedaan usia yang cukup jauh tidak menjadi penghalang bagi hubungan mereka. Yah walaupun terkadang masih diwarnai pertengkaran kecil yang seringnya disebabkan oleh Taehyung yang masih labil.

Contohnya seperti saat ini. Taehyung benar-benar marah dan ngambek saat Jungkook mendadak menelponnya dan mengatakan bahwa dia menunda jalan-jalan mereka karena Jungkook ada meeting dadakan dengan klien yang baru datang dari Jepang. Bukannya Taehyung melarang namun ini sudah yang ketiga kalinya Jungkook mendadak harus membatalkan janjinya karena alasan klien. Kan Taehyung jadi kesal. Bahkan Taehyung langsung memblokir nomor Jungkook dari ponselnya. Terserah jika nanti Jungkook marah. Taehyung tidak peduli.

Tok tok tok

Pintu kamar Taehyung yang sengaja dikunci diketuk dari luar. Taehyung memghentikan kegiatan berguling-gulingnya lalu mengambil sikap duduk. Terdengar lagi ketukan untuk yang kedua kalinya.

"Taehyung sayang. Ini eomma. Buka pintunya nak."

Ternyata eommanya yang mengetuk. Seandainya tadi Jungkook yang ketuk Taehyung tidak akan mau membuka pintunya. Taehyung turun dari ranjang kemudian berjalan dengan pelan menuju pintu. Taehyung membuka pintu lalu ia terkejut ternyata yang berdiri disana Jungkook bukan sang ibu. Jadi ini semua akal-akalan Jungkook karena tau pasti Taehyung tidak akan membuka pintunya jika tau itu adalah Jungkook.

Taehyung mendengus kesal lalu berusaha menutup pintu kamarnya lagi tapi kalah cepat dengan Jungkook yang menahan pintunya dan masuk ke kamar Taehyung. Taehyung menghentak-hentakan kakinya kesal lalu berjalan ke arah ranjang dan menghempaskan dirinya begitu saja. Jungkook yang melihatnya terkekeh. Tunangan kecilnya ini imut sekali kalau sudah ngambek.

"Mau apa kesini? Sana pergi saja dengan klien-klienmu! Tidak usah urusi aku lagi!" kata Taehyung dengan posisi tertelungkup. Dia sengaja melakukannya karena tidak ingin melihat wajah Jungkook yang menurutnya menyebalkan.

Jungkook menutup pintu kamar lalu menghampiri Taehyung. Dia lalu duduk dipinggir ranjang tepat disebelah kepala Taehyung. Dielusnya surai pink sang tunangan.

"Maaf ya. Hyung lagi-lagi membatalkan janji. Hyung tau kalau Tae marah dengan hyung. Karena itu hyung benar-benar minta maaf. Sudah jangan marah lagi ya?"

Taehyung diam tidak menanggapi. Dia berusaha menulikan telinganya dari kata-kata Jungkook.

"Hei, kenapa diam saja? Jangan telungkup begitu nanti kau sesak."

Jungkook menarik tubuh Taehyung agar si empunya berbalik. Dia tidak mau Taehyung nanti sesak napas karena posisinya yang seperti itu. Taehyung memberontak tapi tenaganya kalah kuat dengan Jungkook yang memang sering ngegym. Jungkook mengangkat Taehyung dengan mudah lalu didudukan kepangkuannya. Taehyung menundukan wajahnya sama sekali tidak mau melihat kearah Jungkook. Bibirnya maju kedepan dan matanya memerah. Sepertinya dia menahan tangis.

Tangan Jungkook mengelus pipi si kecil.
"Jangan menangis. Maafkan hyung ya? Hyung tidak bisa melihatmu menangis seperti ini."

Dia meraih dagu Taehyung dan mengangkatnya. Otomatis sekarang Taehyung langsung bertatap muka dengan Jungkook. Seketika itu pula tangisnya pecah. Taehyung memeluk Jungkook yang kebingungan. Biasanya jika Taehyung ngambek dia hanya akan marah-marah dan mendiaminya. Tapi sekarang tumben sekali Taehyung menangis. Jungkook berpikir sepertinya ia memang keterlaluan kali ini. Tapi mau bagaimana lagi. Park Jungsoo adalah salah satu investor utamanya. Jadi dia tidak bisa sembarangan menolak ajakan kliennya yang satu itu.