Oh mengapa kau tinggalkan aku..
Papa....Oh...Papa.....
Abian memetik gitar sedang Adara bernyanyi, mereka sekarang berada di kost'n Abian sesuai permintaan Adara tadi perempuan itu ingin main sebentar disana.
Memperhatikan raut wajah gadisnya yang begitu menghayati lirik lagu yang dinyanyikannya, hati Abian berdenyut nyeri melihat Adara yang selalu menyembunyikan rasa sakitnya.
Adara selalu tersenyum untuk menutupi luka yang dibuat oleh papa-nya, Abian tahu itu Abian tahu semenderita apa kekasihnya hidup selama ini.
Oh mengapa kau tinggalkan pergi...
Papa....Oh...Papa
Adara menatap kekasihnya, perempuan itu tersenyum padanya seolah memberitahu jika Adara tidak apa-apa.
Iya, Adara tidak apa-apa selama ada Abian disampingnya Adara merasa itu sudah lebih dari cukup.
Abian laki-laki yang mengisi hatinya selama 2 tahun ini.
Oh teganya kau tinggalkan aku sendiri tiada tempatku berlindung....
Papa...Oh...Papa
"Hiks....hiks...." Adara tiba-tiba saja menangis, Abian langsung menyingkirkan gitarnya dan segera mendekati kekasihnya itu lalu membawanya kedalam pelukan yang menenangkan.
"Ssst... Kenapa, kok nangis?" tanyanya seraya mengusap punggung Adara lembut.
"Hiks...Hiks..." Adara tidak menjawab ia masih terisak, semakin mengeratkan pelukannya pada Abian.
Selain pelukan papa dan kakek-nya pelukan Abian adalah tempat paling nyaman untuknya berkeluh-kesah.
"Dara kangen papa kak Abi hiks...hiks..." mengadu pada kekasihnya, Adara menyembunyikannya wajahnya di dada laki-laki itu.
"Dara kangen sama papa hiks..hiks..." se mandiri apapun Adara, se terbiasa apapun ia sendirian namun Adara tak bisa ingkari dalam hati kecilnya ia selalu merindukan papa-nya.
"Dara udah coba buat benci sama papa tapi Dara gak bisa, Dara sayang sama papa hiks...hiks..."
Papa adalah cinta pertama untuk anak perempuannya papa tidak akan pernah menyakiti hati putrinya itulah yang selalu orang-orang katakan.
Adara setuju jika papa adalah cinta pertama untuknya namun Adara tidak setuju jika papa tidak akan pernah menyakiti hati anaknya, nyatanya orang yang membuat Adara menderita adalah papa-nya sendiri, cinta pertamanya sendiri.
Papa-nya yang berselingkuh dengan sahabat baik sang mama sampai ia perempuan selingkuhannya itu hamil, Papa-nya berselingkuh saat mama-nya tengah mengandung, dua bulan setelah Adara lahir anak selingkuhan papa-nya melahirkan dan anak itu adalah Kania.
Kania adalah anak dari hasil perselingkuhan papa-nya dengan sahabat mama-nya.
"Dara kangen mama kak hiks...hiks.." Adara kembali bersuara walaupun masih terisak.
Abian puk-puk punggung Adara, memberinya ketenangan.
"Dara mau nyusul mama, gak ada gunanya lagi Dara hidup papa udah gak sayang sama Dara hiks..hiks..." begitu lebih baik pikir Adara, lebih baik ia menyusul mama-nya yang sudah bahagia di nirwana sana bersama adik yang belum sempat Adara lihat kehadirannya.
"Kalo Dara mati gak akan ada yang peduli kan kak?".
"Dara, jangan ngomong bicara kaya gitu sayang gak baik" Abian berujar.
Diam-diam Abian pun ikut meneteskan air matanya, untuk pertama kalinya Abian melihat Adara sehancur ini, ini pertama kali Adara menangis didepannya selama ini Adara selalu katakan ia bahagia, ia tidak peduli pada papa-nya, tapi sekarang?
Adara rapuh, sekuat apapun Adara mencoba menyembunyikannya kesedihannya tetap saja ada saat dimana Adara ingin menumpahkan segalanya.
"Kakak percaya kamu pasti bisa lewatin ini semua, Adara kuat kakak percaya itu" Abian berbisik.
"Kakak janji sama Dara, jangan pernah tinggalin Dara, Dara gak punya siapa-siapa lagi selain kak Abi" pintanya, Adara memohon Adara sudah percaya pada Abian sepenuhnya.
Adara percaya jika Abian berbeda dengan papa-nya.
Abian melepas pelikan, menjauhkan badannya memberikan sedikit jarak.
Mereka saling berhadapan Abian menatap netra Adara dalam, kedua tangannya ia gunakan untuk menghapus air mata yang keluar dari wajah cantik kekasihnya.
"Kakak janji, kakak gak ada ninggalin Dara apapun yang terjadi" iya, Abian berjanji. Abian tidak akan pernah pergi meninggalkan Adara kecuali jika Adara yang memintanya untuk pergi.
Adara adalah segalanya untuk Abian.
"Kak Abi nangis?" tanya Adara saat melihat sisa-sisa air mata di pipi Abian.
"Enggak, mata kakak kelilipan" jawab Abian sambil terkekeh.
"Idih! mana ada!" cetus Adara sambil memukul pelan bahu Abian
Kemudian mereka berdua tertawa bersama.
"Besok kamu libur, kakak mau ajakin kamu jalan mau gak?" tanya Abian.
"Adara mau kak tapi kan Adara harus kerja tahu, udah banyak yang chat mereka minta besok Adara datang banyak pakaian yang harus Dara setrika hehe, jadi lain kali aja ya kak" jawab Adara.
Adara bersyukur, ia punya penghasilan tambahan sekarang, selain setiap hari minggu ia ada tugas menggosok baju di rumah-rumah tetangga ia juga bekerja di cafe penghasilannya jadi double.
Dengan begitu hutang nya kepada Suho akan cepat terlunasi.
"Kamu jangan terlalu banyak kerja, nanti sakit kerja di cafe aja cukup sayang gak perlu lagi gosok di rumah tetangga" Abian berujar.
Abian khawatir dengan kondisi kesehatan pacarnya itu, senin sampai sabtu ia sekolah pulangnya langsung bekerja di cafe, lalu hari minggu dari pagi sampai sore Adara keliling ke rumah tetangga untuk menggosok pakaian, tidak ada waktu untuknya beristirahat.
"Kerja di cafe aja gak cukup kak, gaji Dara juga gak seberapa".
Dara butuh banyak uang untuk melunasi hutangnya pada Suho, lalu membayar spp setiap bulannya belum lagi ia harus menabung untuk biaya kuliahnya nanti.
"Kakak gak larang kerja, asal Dara jangan kecapean ya?" Abian berpesan.
Walaupun sebenarnya Abian sanggup membiayai hidup Adara, namun perepuan itu selalu menolak dengan alasan tidak mau merepotkan dirinya.
Adara tidak mau menerima bantuan dari orang lain secara begitu saja, Adara tidak mau dikasihani..
"Janji sama kakak, jangan sampai Dara sakit".
Adara mengangguk, iya Dara berjanji untuk tidak sakit Adara janji tidak akan membuat Abian khawatir.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADARA
Fanfiction"Dara bahagia sama keluarga baru Dara, Dara gak butuh papa lagi"