49

1.2K 192 61
                                    

"Segitu takutnya ya papa anak sama istrinya aku apa-apain" kata Adara sarkas saat melihat sudut ruangan rumah itu dipasang kamera cctv.

Perihal kejadian tempo lalu Yoona mengadu dan Adara tidak mau ngaku, yaiyalah Dara tidak akan mau mengaku sama saja itu artinya ia bunuh diri.

Karena Yoona dan Adara terus beradu mulut akhirinya Siwon mengambil jalan tengah, yaitu memasang kamera cctv di setiap sudut rumahnya.

"Pa, papa harus percaya sama mama, Adara itu sakit jiwa! aku lihat sendiri kalo mama hampir mau dibunuh sama Dara" Kania selaku orang yang berpihak pada mamanya menjadi kompor dan tentu saja melebih-lebihkan kejadian yang sebenarnya padahal Kania tidak ada di tempat kejadian.

"Kamu percaya sama aku kan pa? Aku gak mungkin bohong, Dara emang mau bunuh aku" Yoona yang di sana posisinya menjadi korban berusaha keras meyakinkan sang suami.

Melihat drama menjijikkan di depannya lantas Adara berdecak jengah, "Apasih, gak anak gak ibu drama semua. Heran, papa percaya kalian kalau dia percaya sama aku papa gak bakal pasang cctv papa segitunya loh sama kalian padahal kan semuanya juga tahu kalo usaha papa lagi gak baik-baik aja tapi dia bela-belain beli cctv yang harganya pasti gak murah demi kalian, uang buat biaya kuliah aku dibeliin cctv gak jadi kuliah deh aku" cerocos Adara panjang lebar.

Siwon sedari tadi hanya diam, menyimak perdebatan anak dan istrinya. Yang Siwon sesalkan kenapa mereka tidak bisa akur, entah Kania dengan Adara atau Adara dengan Yoona, mereka selalu bertengkar setiap kali berharap muka.

"Ya gak usah kuliah! lo cuma jadi beban papa doang kuliah!" balas Kania sewot.

Adara mengerlingkan mata lantas berdecih, "Lah gue mah pinter! bisa cari beasiswa! mau kuliah di luar negeri pun bisa! pemilik sekolah langsung yang nawarin gue beasiswa seratus persen! gue disuruh milih pengen kuliah di negara mana, kehidupan gue terjamin selama kuliah! yang ada lo jadi beban papa! jangankan beasiswa ulangan aja masih sering remedial!" balas Adara tak mau kalah, tentu saja Adara tidak akan pernah kalah oleh Kania dalam hal apapun ya kecuali satu kasih sayang papanya. Kalau untuk urusan itu tentu Adara kalah.

Dan soal beasiswa Adara benar adanya, Yunho sempat menemuinya laki-laki itu datang ke sekolahnya dan menawarkan beasiswa, Adara baru tahu kalau Yunho adalah pemilik sekolah.

Itu berarti Luhan anaknya pak Yunho, tapi kok Dara ragu, pak Yunho dan Luhan sangat berbeda sekali sifatnya.

Ah, kenapa bukan dirinya saja sih yang menjadi anak pak Yunho.

"Yaudah sana lo ambil beasiswanya! terus angkat kaki dari rumah gue, ngapain juga lo di sini cuma jadi benalu!" ucap Kania sengit, napas Kania pun tak beraturan saking emosinya menanggapi kalimat demi kalimat yang keluar Dari mulut Adara.

Berbeda dengan Kania Adara duduk santai, tumpang kaki layaknya nona muda Adara santai bahkan sangat santai ketika dikeroyok oleh Kania dan mamanya.

"Lo pikir gue mau tinggal di rumah ini? Mending gue pulang ke mansion kakek-nenek gue! di sana gue diperlukan kaya putri raja! daripada di sini tinggal sama dedemit plus ratunya dedemit!" balas Adara, tidak apa ia lampiaskan semuanya hari ini tidak peduli papanya akan murka sekalipun.

Ini yang terakhir, karena besok Adara sudah tidak ada lagi.

"Papa lihat sendiri kan anak kesayangan papa ini?! Dia selalu hina aku dan mama, terus papa nyuruh aku buat baik-baikin dia? Hih! najis! orang gak tahu diuntung kaya dia suruh aja hidup sendiri!" ujar Kania pada papanya dengan menggebu-gebu.

Dia kesal karena Adara selalu berhasil menginjak harga dirinya.

"Papa gak tau aja kemarin mama di cekik sama dia! kalau aku gak datang mama sama calon adik aku mungkin udah gak ada lagi di dunia ini!" Kania memulai kebohongan dan Adara tertawa mendengarnya.

ADARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang