101

1K 130 45
                                    

"Kak Abi?".

Adara terkejut dengan kehadiran Abian yang tiba-tiba.

"Kenapa gak ngabarin dulu kalau mau ke sini?" tanya Abian lagi.

"Kak Abi darimana?" bukannya menjawab Adara malah bertanya balik.

"Pulang sekolah tuh ke rumah dulu dek! ganti baju, malah langsung nyasar ke kostan pacar" sindir seseorang yang Adara merasa tidak asing dengan suara itu.

"Kak Dera? Kok bisa ada di sini?".

Abian tidak datang sendiri tapi datang bersama beberapa temannya dan satu di antara teman Abian yang datang ada Adera di sana.

Yang lainnya Adara tidak kenal tapi yang jelas mereka berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Sebatas itu saja yang Adara tahu.

"Emm, masuk dulu aja yuk, ngobrolnya lanjut di dalam" ajak Abian.

Karin, gadis yang berdiri di ambang pintu pun terlebih dahulu masuk ke dalam, di susul Abian kemudian Adera langsung merangkul sang adik yang sudah kesal, mengajaknya masuk ke dalam.

"Jangan di tekuk gitu mukanya ah, gak enak ada temen-teman Abian" bisik Adera.

"Cewek itu kenapa bisa ada di kostan kak Abi?!".

"Nanti biar Abian jelasin".

Sekarang mereka sudah berada di dalam, mengambil posisi masing-masing duduk lesehan di lantai.

Ternyata mereka sedang ada tugas kelompok.

"Oh iya, sebelum kalian datang gue beli marimas, gue bikinin ya, pada haus kan pasti" Karin pertama kali membuka suara.

"Bikinin aja Rin, itu di dapur juga ada cemilan semalem gue beli, bawa ke sini aja" ucap Abian.

Adara mendelik ke arah laki-laki itu, sepertinya mereka dekat sekali sampai-sampai Abian mempercayakan dapurnya kepada perempuan itu.

"Oh iya, tadi gue juga bikin puding gak tau udah jadi atau belum, gue ambil deh ya" ujar Karin dengan antusias, bahkan senyuman di wajah gadis itu terus tersungging, berbeda sekali dengan Adara yang wajahnya sudah seperti tiri yang ada di dalam sinetron ku menangis.

Karin pun beranjak dari sana dan pergi ke dapur untuk membuat minuman.

"Berani nyusul cewek itu ke dapur kita putus!".

Suara Adara menginterupsi, membuat Abian yang hendak menyusul Karin pun mengurungkan niatnya.

Semua yang ada di sana cukup kaget dengan ucapan Adara barusan, Adara terkesan posesif sekali di mata teman perempuan Abian sedangkan yang laki-laki justru mewajarkan karena Adara masih anak SMA yang lagi sedeng-sedengnya.

"Kakak mau bantuin dia doang Ra, kasihan kalo sendirian repot nanti" ucap Abian lembut namun tidak membuat Adara luluh sama sekali.

"Oh yaudah kalo gitu bantuin gih, tapi pernikahan kita batal ya" balas Adara sambil melengoskan pandangan.

Terserah, Adara tidak peduli image nya di depan teman-teman Abian, bodo amat mereka mau menilai Adara seperti apa, toh Adara tidak kenal mereka juga.

Abian juga tidak dikenalkan oleh Abian kepada teman-temannya, jadi untuk apa Adara repot-repot menjaga sikap di depan mereka, biarkan saja apa adanya.

Adara tidak suka pencitraan.

"Biar gue aja Bi yang bantuin si Karin, lo diem aja di sini".

Akhirnya Adara yang turun tangan, daripada nanti Adara uring-uringan di rumah.

ADARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang