"Ini pa, kopinya".
Yoona datang dari dapur membawa segelas kopi, dia buat untuk suaminya.
Siwon yang seperti biasa tengah menonton tv diruang keluarga lantas menoleh sambil tersenyum pada istrinya, "Makasih ma" katanya.
Lalu Siwon menyeruput kopi yang istrinya buatkan itu.
"Minggu depan check up ya ma?" Siwon bertanya pada Yoona.
"Ehmmm, i-iya pa. Kamu anter kan?".
Siwon mengangguk "Iya, nanti papa atur waktu, besok papa pulang dulu ke tempat Dara nemenin dia".
"Papa ngapain masih peduli sama dia sih.." ujar Kania tiba-tiba dari arah kamarnya.
Sepulangnya dari apotek Kania langsung masuk ke kamar, menyimpan obat penggugur kandungannya. Kania akan meminumnya nanti.
"Kok kamu ngomongnya gitu sih? Adara kan juga anak papa, kakak kamu" tutur Siwon lembut.
Kania mendudukkan tubuhnya disamping papa-nya, dengan penuh kasih sayang Siwon mengusap pucuk kepala putrinya itu.
"Papa gak tau ya? Dara udah dua minggu gak masuk sekolah, gak ada keterangan" Kania mengadu.
Sontak Siwon langsung menghentikan usapan tangannya.
"Gak masuk sekolah dua minggu?" Siwon terkejut.
"Iya pa, emang papa gak suka ngabarin dia atau gimana?".
Seketika Siwon langsung merasa tertohok, dirinya terlalu sibuk dengan Yoona dan calon anak yang ada di kandungan perempuan itu sampai-sampai melupakan Adara.
Terkahir kali Siwon menelpon Adara namun putrinya itu tidak mengabaikan telponnya, Siwon coba telpon kembali namun tidak aktif dan setelah itu Siwon tidak menghubungi Adara lagi karena dia...lupa.
"Pihak sekolah ngasih waktu satu minggu lagi sama dia, kalo misalnya dalam kurun waktu satu minggu dia belum masuk juga pihak sekolah terpaksa drop out dia".
"Kamu tahu darimana soal itu?" tanya Siwon.
"Temen aku, dia anak pemilik sekolah kan. Papa-nya Luhan yang punya sekolahan, Luhan ngasih tau ke aku" Kania menjawab.
Padahal tidak begitu kebenarannya, itu hanyalah akal-akalan Luhan saja yang tidak suka Adara bersekolah disana, selama ini Luhan selalu mencari celah kesalahan Adara supaya bisa meminta papa-nya itu mengeluarkan Adara dari sekolah.
Namun Luhan tidak menemukan celah sedikitpun, Adara siswa yang berprestasi yang selalu mengharumkan nama sekolah.
Dengan adanya kejadian ini, Kania dan Luhan bersekongkol untuk membuat Adara dikeluarkan.
Luhan yang tidak suka Adara bersekolah di sekolahan milik papa tirinya dan Kania yang ingin menghancurkan masa depan Adara.
Karena sebentar lagi akan UN jika Adara dikeluarkan pihak sekolah maka ia akan susah mendapatkan sekolah baru, dengan begitu dirinya yang akan berkuliah tahun ini.
Dan katakan selamat tinggal pada pendidikan Adara..
Siwon mendadak gusar, ia gelisah. Takut sesuatu terjadi pada Adara.
Apa yang selama ini dirinya lakukan pada Adara, Siwon banyak sekali membohonginya. Ia selalu mengatakan jika Adara adalah yang nomor satu di hidupnya, namun perkataan dan tindakan malah sebaliknya.
Ia sering meninggalkan Adara sendirian dirumah dalam waktu yang lama, berbohong ada dinas keluar negeri padahal kenyataannya ia pulang kerumah istrinya.
Siwon merasa gagal, ia selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk istri dan anak-anaknya, namun ternyata Siwon gagal.
Siwon tidak bisa adil, ia menyayangi Adara namun ia juga menyayangi Yoona dan Kania, terlebih sekarang istrinya itu tengah mengandung anak keduanya.
Iya anak kedua, karena Adara bukan anak kandungnya.
Tapi walaupun begitu Siwon menyayangi Adara, bahkan sangat.
"Pa mau kemana?" Kania bertanya karena tiba-tiba saja Siwon beranjak dari tempat duduknya.
"Papa pulang ke rumah Adara sekarang".
"Papa janji pulangnya besok pa!" cegah Kania. Perempuan itu menahan Siwon supaya tidak pergi.
"Papa harus pergi sekarang Kania, papa takut terjadi sesuatu sama Dara" Siwon memohon.
"Aku gak ijinin pa! papa boleh pergi tapi besok! bukan sekarang" Kania kekeuh.
"Mama juga gak kasih ijin papa pergi sekarang! inget pa diperut aku ada anak kamu!" Yoona ikut membuka suara, mendukung Kania agar Siwon tidak pergi.
"Papa mohon sama kalian, ijinin papa pulang sekarang ya? Papa khawatir sama Adara" Siwon melirih, ia memohon pada anak dan istrinya untuk diijinkan pergi sekarang.
"Aku bilang enggak ya enggak pa!" ucap Kania dengan sedikit meninggi.
Efek dari kehamilannya membuat Kania sangat sensitif sekali akhir-akhir ini.
"Kalo papa pergi sekarang berarti papa gak sayang kami!" ujar Kania mutlak.
Akhirnya Siwon duduk kembali, ia mengalah pada anak dan istrinya.
Bukannya Siwon lebih mementingkan Kania dan Yoona daripada Adara tapi Siwon melihatnya pada anak yang Yoona kandung.
Adara penting, Kania penting, Yoona penting dan bayi yang ada didalam perut Yoona juga penting.
Siwon memprioritaskan bayi yang Yoona kandung terlebih dahulu, Adara juga prioritas bagi Siwon tapi untuk keadaan sekarang calon anaknya lebih harus prioritaskan.
Melihat papa-nya yang kembali duduk, diam-diam Kania dan Yoona saling pandang, kedua wanita hamil itu tersenyum penuh kemenangan.
Kania merasa puas karena untuk kesekian kalinya sang papa memilihnya tidak memilih Adara.
Pun begitu dengan Yoona, perempuan itu merasa bangga karena berhasil membuat Siwon memprioritaskannya daripada Adara, anak almarhum sahabatnya, wanita yang sangat dicintai oleh Siwon.
Jika Taeyeon masih hidup mungkin Yoona akan lebih bangga lagi.
Akhirnya Yoona bisa mengalahkan posisi Taeyeon walaupun harus menunggu perempuan itu mati terlebih dahulu.
TBC.
