"Ra, kamu tolong anterin pesenan ini ke meja nomor 3 ya".
Adara mengangguk mengiyakan lalu membawa pesanan tersebut yang dimaksud.
Hari ini kebetulan cafe sedang banyak pengunjung ah atau lebih tepatnya semenjak Adara bekerja disana cafe tersebut selalu banyak pengunjung.
Rata-rata pengunjung cafe tersebut berasal dari Anak SMA juga kakak-kakak mahasiswa yang sengaja ingin melihat Adara.
Tidak jarang saat Adara melayani para pengunjung dirinya di goda habis-habisan oleh mereka, entah gombalan receh atau bahkan kadang sampai ada yang meminta nomor ponsel.
Adara tidak pernah menanggapinya, Adara hanya membalasnya dengan senyum.
Tiba Adara di meja yang dimaksud dengan sopan Adara menaruhnya dimeja.
"Silahkan dinikmati kak" ucapnya ramah.
Seseorang yang duduk dimeja tersebut menatap Adara lekat-lekat, Adara sadar jika dirinya tengah di perhatikan.
"Maaf?" tanya Adara yang merasa risih karena diperhatikan seperti itu.
Orang tersebut tidak menjawab ia masih sibuk melihat Adara tanpa berkedip sedikitpun.
"Kalau begitu saya permisi".
Baru saja Adara hendak pergi lengannya ditahan oleh orang itu.
"Maaf--kak--".
"Bisa bicara sebentar?" tanya orang itu.
"T--tapi".
"Hanya sebentar" ucapnya penuh harap.
Akhirnya mau tidak mau Adara menyetujuinya, ia turut serta duduk disana atas permintaan orang itu.
"Der dia inceran gue kali ah masa mau lo embat si!" protes salah satu temannya tidak terima.
Adara tersenyum kaku pada mereka, meja tersebut diisi oleh tiga orang laki-laki dua diantaranya Adara kenal karena dua dari mereka contoh kecil dari sekian banyak pelanggan yang selalu menggodanya.
Namun satu orang yang menahannya ini Adara tidak kenal sama sekali karena baru pertama kali melihatnya.
"Nama kamu siapa?" tanya orang itu pada Adara, tidak menghiraukan protesan temannya.
"Nama aku kak?" Adara malah balik bertanya.
Orang tersebut mengangguk.
"Nama aku Adara" jawabnya.
Deg.
"Adara?" orang itu memastikan.
Adara mengangguk.
"Si Dera kenapa sih anjir random banget nanya-nanya, kepo lo kaya Dora!".
"Berisik Jay!" ucap laki-laki bernama Dera itu.
Sontak laki-laki yang bernama Jay tersebut langsung mingkem tatkala tatapan Dera menajam padanya.
"Mampus lo! emang enak dibentak sultan" satu laki-laki disamping Jay menimpali yang kalau tidak salah namanya dowoon.
"Kenapa ya kak?".
Dera langsung terdiam.
Nama perempuan didepannya hampir mirip dengannya juga wajahnya yang sangat mirip dengan mama-nya.
"Apa nama panjang kamu Adara Kim?" tanya Dera sekali lagi.
Adara sedikit terkejut namun buru-buru Adara menggeleng "Nama aku Adara Dirgantara kak maaf" jawabnya.
Memang benar bukan namanya Adara Dirgantara? Dia memakai marga dari papa-nya bukan marga dari sang mama.
Dulu sewaktu kecil mama-nya selalu bilang jika namanya adalah Adara Dirgantara dan mama-nya selalu bilang jika ada yang bertanya apakah namanya Adara Kim atau bukan maka jawab saja tidak. Begitu, Adara selalu mengingat pesan sang mama.
"Si Adera kenapa dah anjir, gabut bgt perasaan" Jay kembali nyinyir.
"Maaf kak kalo gitu saya permisi" ucapnya.
Lalu Adara buru-buru pergi darisana. Entah kenapa Adara merasa orang tadi bukan orang jahat namun ia sendiri tidak tahu kenapa tiba-tiba ia kabur.
"Tunggu!".
Tidak Adara hiraukan ia langsung berlari ke belakang.
"Ah! sial!" Dera mengumpat saat Adara berhasil kabur.
"Lo kenapa si Der?" tanya Jay.
"Tau lo, aneh banget kenapa sih lo?" Dowoon pun ikut penasaran dengan keanehan sahabatnya.
"Gue gak tau" jawabnya. Dera melamun.
"Lah, dih bocah lagi lagu apa lo!".
"Firasat gue bilang kalo dia adek gue".
"Adek lo kan cuma satu, si Luhan gimana ceritanya dia adek lo ngigo aja lo".
"Luhan bukan adek kandung gue".
"ANJIR!".
TBC.
Adera Hartawan
Jay Nicholas

KAMU SEDANG MEMBACA
ADARA
Fanfiction"Dara bahagia sama keluarga baru Dara, Dara gak butuh papa lagi"