102. ☹️

32 10 0
                                    

Setelah klarifikasi kegagalan yang dialami Hendery, mengajak banyak orang untuk hadir dalam konser band Yangyang, pengumuman lolosnya Tata dan Winwin dalam kompetensi tari bergengsi yang dilaksanakan hari ini, Taeyong merasa perlu hadir lagi dalam perlombaan itu.

Sebagai ketua kelas dan teman yang baik, Taeyong tak akan tanggung-tanggung lagi. Ia sudah berniat untuk berubah secara total. Tak mau menyia-nyiakan waktu dan kesempatan lagi.

Setelah mengajak Doyoung yang akhirnya menolak karena ada kencan buta dengan anak sebelah, juga Jaehyun yang ternyata tak bisa hadir karena harus membuat jualan bubur bersama Ibunya, Taeyong akhirnya mengajak Yaya. Yaya tak sendirian, perempuan itu seolah tahu bagaimana untuk membuat Taeyong kesal.

Yaya mengajak Jungwoo, juga Xiaojun.

Taeyeon bete sepanjang pertunjukan yang sangat berarti untuk Tata dan Winwin, tapi Yaya tersenyum penuh bahagia.

"Jangan senyum lo." Taeyong menegur jutek.

Yaya tak bisa menahan rasa geli yang menggelitik hatinya saat melihat Taeyong cemberut. Seperti anak kecil lima tahun. "Sorry."

Taeyong kembali melihat pertunjukan di depan. Sementara Yaya kembali sibuk mengobrol dengan Jungwoo dan Xiaojun.

Padahal Taeyong ingin sekali berduaan dengan Yaya. Gatot deh.

Setelah selesai penampilan, Yaya mengajak Taeyong untuk menemui Tata dan Winwin. Asalnya Taeyong mau langsung pulang, tapi tangannya langsung ditarik Yaya.

Lalu dilepas secepat kilat menyambar saat telah bertemu Tata dan Winwin.

Taeyong menatap tangan Yaya dengan hampa.

Keinginan untuk menggenggam: 📈📈📈📈📈

Keberanian: 📉📉📉📉📉📉

Tata dan Winwin terlihat terkejut saat melihat kedatangan Taeyong, Yaya, Jungwoo serta Xiaojun yang jelas-jelas asing bagi mereka. Tata tidak begitu dekat dengan Yaya. Winwin pun tak kenal dekat dengan Taeyong, Jungwoo, apalagi Xiaojun.

Mereka sangat terharu saat teman sekelas ikut hadir dalam perlombaan penting yang mereka ikut.

"Makasih udah dateng, ya," kata Tata senang. Wajahnya telah bersih dari riasan dan bajunya juga telah berganti menjadi baju biasa. "Gue nggak nyangka kalian dateng. Lala aja nggak datang karena sibuk ngurusin event 8.8 di sopi."

"Sama-sama," balas Yaya ikut senang. "Lo keren banget tadi. Gue kasih empat jempol deh!" seru Yaya seraya mengacungkan dua jempolnya. Lalu menoleh pada Taeyong. "Yong, jempolnya, dong!"

Taeyong diam saja, mengartikan bahwa dirinya tak suka disuruh-suruh.

Yaya mendengus kesal. "Taeyong!"

"Nih pake jempol gue aja," sambung Xiaojun, tahu-tahu mengacungkan dua jempolnya dan tersenyum pada Tata meski tahu itu adalah dosa. "Anti bagus banget tadi. Keren. Tapi umbar-umbar aurat, harusnya bisa—"

"Jun, ini bukan pengajian," tegur Yaya cepat, sebelum Xiaojun memaparkan siraman kolbu sampai dua jam lamanya. "Jangan ceramah, ah. Malu-maluin aja."

Tata tertawa melihat kelucuan di depannya. "Nggak apa-apa, Ya. Makasih ya, Jun."

Tata dan Xiaojun bertatapan dalam, lalu Hendery tiba-tiba datang dengan keringat membanjiri pelipisnya dan napasnya terengah-engah sampai laki-laki itu harus menyentuh kedua lututnya untuk bisa bernapas normal, menciutkan bibit-bibit bunga yang mau mekar di antara Tata dan Xiaojun.

Yang lainnya menatap Hendery dengan bingung. Datang-datang sudah seperti keledai yang habis berlari melewati padang pasir.

"Haduuuuuu," keluh Hendery kecewa. "Maaf ya, Ta, gue telat! Tadi ketiduran aduh. Sorry!"

Tata cemberut. "Sayang banget lo ah. Gue udah selesai perform."

"Maaf," balas Hendery sambil cemberut lucu. "Gimana kalau gue traktir eskrim nongnong di depan aja?"

"Boleh!" seru Yaya semangat. "Lah, kok jadi gue yang nyaut, sih?" tanyanya malu sendiri.

Tata tertawa melihatnya. Hendery hanya kicep karena terkejut.

"Biar gue beliin sama gerobaknya," cetus Taeyong pada Yaya. "Ayo, jalan!"

Yaya menatap Taeyong dengan penuh semangat, "let's go!" lalu langsung menarik tangan Taeyong hingga hati Taeyong terasa sesak oleh bunga-bunga.

***

Pekan pensi tinggal menghitung hari. Semua panitia sangat sibuk untuk mempersiapkan. Yuta termasuk di antaranya. Ia yang paling pusing menyusun proposal.

Karenanya, ia sangat sering melewati kelas hingga tak tahu apa yang sedang panas di kelas.

Jadi, Yuta hanya diam saja saat akhirnya ada pengumuman tentang Hendery dan Tata yang berpacaran. Yuta agak terkejut karena bingung mengapa perempuan seimut Tata bisa jatuh cinta pada laki-laki pecicilan macam Hendery.

Tapi, cinta siapa yang tau ya kan.

Yuta aja demen sama Yaya. Padahal keduanya bertolak belakang.

"Potek gue, Ta!" seru Doyoung tak terima. "Jahat banget lo!"

"Siapa, ya?" tanya Tata dengan satu alis terangkat, lalu berjalan melewati Doyoung sambil memeluk lengan Hendery dengan langkah angkuh.

Orang-orang kelas bersorak atas kemesraan yang tak terduga itu. Beda dengan Doyoung yang rasanya mau meninggalkan dunia.

"Yong," rengek Doyoung pada Taeyong yang awalnya sedang fokus pada ponselnya. "Buruh bahu buat nangis!"

"Apasih anjir najis," tolak Taeyong saat Doyoung merentangkan tangannya.

"Ayolah, Yong!" seru Doyoung memaksa.

Taeyong langsung berdiri dari duduknya. Kakinya mulai melangkah untuk keluar kelas untuk menghindari Doyoung dan kelakuannya yang membuatnya ingin muntah.

Namun, di tengah-tengah, Taeyong menghentikan langkahnya. Tangannya refleks memegang pelipis karena rasa pusing yang tiba-tiba menghantam.

"Yong, lo kenapa?" Suara Doyoung terdengar agak samar.

Lalu, Taeyong menemukan gelap sebelum akhirnya tubuhnya perlahan ambruk di lantai kelas yang dingin.

"Taeyong!!!" Dari tempatnya, Yaya langsung berlari ke arah dan segera menarik kepala Taeyong untuk ia sandarkan ke paha. Yaya menepuk-nepuk kecil pipi Taeyong. "Hei, Taeyong bangun! Yong, jangan bercanda, hei!"

Suara Yaya terdengar jelas di telinga Yuta. Sarat akan khawatir dan tak ingin kehilangan. Reaksi Yaya bahkan lebih cepat daripada Doyoung yang berada paling dekat dengan Taeyong.

Yaya pasti sangat memperhatikan dan mempedulikan Taeyong.

Taeyong semakin dikerubungi anak-anak kelas. Kebanyakan bertanya kenapa Taeyong tiba-tiba pingsan padahal tak ada angin atau apa.

Di tempatnya, Yuta menarik napas panjang yang berat. Ia terlalu sibuk di luar hingga tak tahu apa yang telah terjadi di kelas.

Sampai tak menyadari bahwa perasaannya telah bertepuk sebelah tangan sejak lama.

Yuta bangkit dari duduknya, lalu membelah kerumunan dengan suara tegasnya. "Kalau diliatin doang mana bisa Taeyong bangun lagi. Biar gue bawa ke UKS, kalian minggir dulu bentar."

Tatapan mata Yuta menusuk tepat di mata Yaya setelah berhasil masuk melewati kerumunan. "Terutama lo, Ya. Nangis nggak akan nyelesain apapun."

Hari Yuta seperti dicincang saat menyadari bahwa Yaya bahkan sampai mengeluarkan air matanya untuk Taeyong.

Sebenarnya Yuta sudah ketinggalan berapa juta langkah dari Taeyong?

***

Selamat tahun baru, yorobun 🎊💃

Tulis wish kalian di sini➡️

Terima masih udah baca sampai sini 😘

See youuu

01012021

11 IPA 4 • NCT 127 X WAYVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang