36. Aliansi Yaya dan Taeyong
+++ Selamat membaca +++
Dari dua bulan sejak kelas 11 IPA 4 terbentuk, orang yang paling menonjol di bidang akademik memang Xaxa. Perempuan yang sangat pendiam karena malu itu kerap kali menjawab pertanyaan sulit dari guru, menjawab soal di papan tulis dan menjadi relawan untuk maju ke depan pertama.
Mulai ulangan hariannya pun selalu menjadi yang terbesar dan hal itu membuat semua orang di kelas mengakui bahwa Xaxa menang pintar. Perempuan yang merupakan murid pindahan dari China itu jelas menjadi kandidat utama peringkat pertama di kelas tersebut.
Hari ini, Xaxa kembali menunjukkan kepiawaiannya dalam berpikir. Perempuan itu mencetuskan sebuah ide di mana permainan werewolf dilakukan langsung, tanpa aplikasi, tanpa batasan orang yang bermain dan tanpa waktu singkat.
Singkatnya, kini, orang-orang kelas sudah duduk melingkar di depan kelas. Hampir sebagiannya mengikuti, terkecuali Yuta dan Jhonny yang memang tengah tidak berada di kelas. Entah ke mana mereka.
Dihitung-hitung, ada lima belas orang termasuk Xaxa sendiri yang ikut bermain. Xaxa memutuskan untuk menjadi God atau pengatur permainan. Dia menuliskan peran-peran dalam secarik kertas yang digulung-gulung dan dikumpulkan menjadi satu kesatuan kemudian diletakkan di tengah-tengah para memainkan yang duduk melingkar di bawah.
Xaxa duduk di atas kursi. Kemudian menjelaskan. "Jadi, di kertas itu ada peran yang harus kalian lakoni dengan baik. Di sana ada enam werewolf, enam warga, satu penyihir, pemburu sama penerawang. Sekarang, kalian ambil satu kertas dan mulai akting!"
Para pemain segera mengambil kertas di depan mereka. Ada rebutan, tapi akhirnya masing-masing telah melihat isi peran yang akan dimainkannya. Beberapa tampak kecewa, beberapa tampak senang, dan beberapa lagi tampak biasa-biasa saja.
"Oke, untuk semua pemain, harap menutup mata masing-masing." Xaxa mulai mengarahkannya dan para pemain segera menuruti perkataannya. "Untuk werewolf, buka mata. Oke, tutup lagi. Penyihir, pemburu, penerawang, buka matanya. Oke, tutup lagi. Oke, semuanya boleh buka mata, sekarang liat semua pemain, cari yang mencurigakan."
Semua orang membuka matanya dan mulai melihat pemain lain yang terlihat mencurigakan.
"Lo werewolf-nya, ya?" Lucas langsung menuduh Doyoung yang ada di depannya.
Doyoung berdecak, kesal karena dituduh tanpa alasan. Ia menatap Lucas dengan tajam. "Biasanya yang jadi werewolf tuh banyak bacotnya. Kayak lo."
"Biasanya yang jadi werewolf banyak alasan," tukas Hendery, membela Lucas tentunya. Laki-laki yang selalu nge-vlog itu—bahkan saat ini Hendery tak lupa menaruh kamera di atas meja guru, merekam kegiatannya sekarang—menunjuk wajah Doyoung dengan telunjuknya. "Kayak lo."
"Gue warga doang, Anjir," balas Doyoung akhirnya mengaku secara pasrah. "Nggak guna juga gue mau hidup atau mati. Halah, nggak seru banget."
"Ya, lo apaan?" tanya Taeyong pada Yaya yang duduk di sampingnya. "Kalau lo warga doang, nggak bakal gue periksa."
Yaya langsung membulatkan matanya. "Lo penerawang?" tanyanya seraya berbisik, terkejut sekaligus semangat.
"Iya." Taeyong menganguk dengan wajah penuh keyakinan. "Gue penerawangnya. Jadi, lo apa?"
"Gue pemburu," bisik Yaya, langsung di telinga Taeyong.
Karena bisikan itu, Taeyong membeku dan secara perlahan telinganya memerah. Ia tak tahu bisikan Yaya akan memberikan pengaruh sebesar ini untuknya. Perlahan, Taeyong menciptakan jarak agar detak jantungnya yang keras tidak terdengar oleh Yaya.
"Weh, weh, ada apa, nih?" Haechan langsung bersuara saat melihat interaksi mencurigakan antara Yaya dan Taeyong. "Kalian bisik-bisik apa, nih? Jangan-jangan lo berdua werewolf, ya?"
Yaya langsung membulatkan matanya. "Ng—"
"Oke, malam sudah tiba! Semuanya tutup mata dan ikuti perintah dari gue nanti," potong Xaxa dengan suara lantang agar semua pemain tertib dan mengikuti arahannya. "Buat semua werewolf, silakan bangun dan tunjuk satu orang untuk dibunuh malam ini."
Semua pemain menutup matanya, terkecuali kawanan werewolf tentu saja. Mereka memilih mangsa, lalu dilanjutkan dengan peran-peran lain yang beraksi di malam hari.
"Pagi telah tiba. Ada dua orang yang terbunuh. Dia adalah Winwin dan Doyong. Dua-duanya warga biasa," kata Yaya menjelaskan apa yang terjadi tadi malam. "Penyihir meracuni seseorang tadi malam, biar jelasnya."
"Bego tuh," tukas Doyoung kesal. "Penyihirnya bego."
"Lo penyihirnya, ya?" tanya Hendery pada Lucas yang sejak pengumuman tadi, wajahnya cengo seperti orang bego.
Lucas membulatkan matanya sampai bukaan maksimal. "Hah? Apaan?"
"Dah ketahuan lo." Kun angkat suara. "Siapa lagi tadi yang tunjuk Doyoung pas pertama?"
"Oke, sorry," balas Lucas, akhirnya mengaku karena tak tahu lagi harus beralasan bagaimana. Jika ia berdalih, maka akan semakin mencurigakan. "Gue emang racun Doyoung karena dia keliatan mencurigakan. Gue bisa apa?"
Doyoung hampir saja melempar penghapus papan tulis pada Lucas jika tangan Xaxa yang duduk di sebelahnya tidak menahannya.
"Dilarang pake kekerasan." Xaxa menegaskan. "Yang mati nggak boleh bersuara, ya."
Winwin dan Doyoung terpaksa diam saja saat permainan kembali dilanjutkan.
"Gue rasa Yuta werewolf-nya." Yangyang tiba-tiba bersuara. Posisinya yang duduk di sebelah Yuta membuat Yuta menatap dengan kening berkerut. "Gue denger dia krasak-krusuk gitu waktu ww lagi beraksi. Yakin gue, guys."
Yaya menatap Yangyang tak terima. "Gue juga denger Taeyong krasak-krusuk waktu ww lagi beraksi."
"Gue emang lagi garuk-garuk kaki," balas Taeyong cepat, memberi pembelaan diri. Ia memperlihatkan kakinya yang memerah karena alergi dingin. "Liat nih, kulit gue jadi gatel-gatel karena duduk di lantai kelas. Biasanya gue duduk di atas wol berkelas, bro."
"Sombongnya nggak ada saingan," tukas Doyoung tak suka.
"Lo udah mati diem aja, ya, Kim Doyoung," tukas Taeyong dengan nada meledek.
Doyoung memutar bola matanya dengan sebal.
"Guys, kita harus berpikir dengan benar. Udah ada dua warga yang terbunuh. Gampang buat cari ww," kata Haechan serius. "Kita coba satu orang dulu buat dibunuh. Sekarang, kita putusin siapa itu."
"Enteng banget itu mulut," balas Taeyong kesal. "Gimana kalau ternyata orang yang kita pilih itu bukan ww?"
***
Menurut kalian, ww-nya siapa??
Dilanjut ke part selanjutnya yaa
Tapi, sebelum itu jangan lupa buat komen sama vote ^^
Tue 8 Sep 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
11 IPA 4 • NCT 127 X WAYV
Fanfic--- Ini kisah kelas XI IPA 4 yang merupakan kelas biasa-biasa saja. Sampai mereka semakin dekat, semakin berselisih, saling bersaing, merebutkan perempuan yang sama dan sakit hati. Ini hanya kisah remaja biasa. Tentang jatuh cinta dan patah hati...