Jaehyun langsung menarik tas Yaya yang masih shock saat melihat Taeil keluar dari kelasnya. Jaehyun membawa Yaya ke tempat yang agak jauh dari kelas Taeil. Bisa gawat kalau mereka ketauan menguping, sebab sepertinya masalah Taeil dan Taeyong itu bukan kaleng-kaleng.
Awalnya, Jaehyun tidak berniat datang ke sini dan menguping. Ini semua gara-gara Yaya menyeretnya untuk mengikuti Taeyong karena rasa penasarannya, sekaligus ada urusan yang harus Yaya selesaikan dengan Taeyong sore ini juga. Lalu, Jaehyun ingat bahwa ia juga ada sesuatu yang harus ia sampaikan kepada Taeyong.
Namun, sepertinya urusan itu bisa diselesaikan besok karena Yaya masih seperti patung saat Jaehyun telah menemukan tempat aman. Jaehyun berkali-kali melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Yaya, untuk menyadarkannya.
Ketika dirasa hal itu tak begitu berefek, Jaehyun menjentikkan jarinya di depan mata Yaya dan Yaya seperti kembali seperti semuanya, seperti nyawanya telah kembali pada raganya.
Mata bulat Yaya yang jernih itu mengerjap-ngerjap cepat seperti kelilipan semut. Ia menatap Jaehyun dengan horor. "Je, demi apa barusan Taeyong bilang gitu?"
"Lo baru nyadar?" Jaehyun bertanya lebih horor lagi.
"Lo udah tau?" Yaya semakin merasa horor.
"Gue satu semester duduk sama dia masa nggak hafal." Jaehyun tersenyum sabar. "Gue bahkan sering denger tentang keluarganya. Gitu-gitu Taeyong sering curhat, Ya."
Yaya merasakan jantungnya berhenti berdetak, lalu tiba-tiba melompat-lompat seperti kelinci di atas rumput hijau. "Jadi, Taeyong itu sebenernya normal?"
"Emangnya lo pikir Taeyong nggak normal?" tanya Jaehyun tak paham.
Yaya mengerutkan keningnya dalam-dalam. "Lo nggak cemburu?"
"Hah? Apaan, sih, maksudnya?" Jaehyun semakin kebingungan.
"Lo bukannya pacaran sama Taeyong?"
Jaehyun membeku sesaat.
"Astaghfirullah." Jaehyun membuang napas panjang seraya menyentuh dadanya yang suci. "Lo bisa ngomong begitu dari mana? Gimana bisa lo tarik kesimpulan begitu, hah?"
Yaya menipiskan bibirnya, tiba-tiba merasa tak enak karena salah paham. Jelas-jelas Jaehyun dan Taeyong normal dan mereka tidak punya hubungan khusus selayaknya perempuan dan laki-laki.
"Kata Mark ... katanya dia sama Haechan liat lo sama Taeyong pegangan tangan dengan tatapan penuh arti gitu. Gue juga udah liat videonya dan gue bisa tarik kesimpulan begitu, aku Yaya lemah, merasa sangat bersalah.
Jaehyun hampir mengumpat jika ia tak ingat dosa. "Ya ampun. Lo nggak ada kerjaan banget."
"Lagian, ... ya gitu pokoknya. Maaf udah mikir yang nggak-nggak." Yaya menyatukan kedua tangannya, meminta ampunan. Kemudian, wajahnya kembali curiga. "Jadi, lo sama Taeyong nggak ada perasaan khusus, nih?"
"Lo barusan denger sendiri." Jaehyun pasti akan menoyor kening Yaya jika tak ingat bahwa Yaya adalah perempuan yang tak boleh ia sentuh karena belum halal. "Dia suka sama lo."
Yaya terdiam. Memikirkan bagaimana Taeyong memiliki sebuah rasa untuknya secara tiba-tiba terasa aneh. Jadi, Yaya memilih untuk melupakannya saja.
"Lo sendiri ada urusan apa sama Taeyong?" tanya Yaya. "Tadi bilangnya ada urusan, jadi ikutin gue."
"Oh iya gue lupa." Jaehyun membalas seadanya. "Rencananya gue mau ajak Taeyong ke rumah."
Mata Yaya langsung membulat sempurna. "Ke rumah?! Ngapain? Ketemu mertua?!"
"Ya ampun, kayaknya lo harus berhenti gaul sama Mark deh. Dia otaknya udah agak geser kayaknya."
"Lo ambigu, sih!"
"Bukan gue yang ambigu, alur pikiran lo yang nggak beres."
***
Jangan lupa vote😉
24102020
KAMU SEDANG MEMBACA
11 IPA 4 • NCT 127 X WAYV
Fanfic--- Ini kisah kelas XI IPA 4 yang merupakan kelas biasa-biasa saja. Sampai mereka semakin dekat, semakin berselisih, saling bersaing, merebutkan perempuan yang sama dan sakit hati. Ini hanya kisah remaja biasa. Tentang jatuh cinta dan patah hati...