Hari seleksi tiba."Pokoknya jangan pikirin yang lain," saran Eri sebelum Hendery berangkat ke sekolah. "Fokus sama pekerjaan kamu. Mau apapun hasilnya, kamu udah berusaha keras. Eri yang jadi buktinya."
Hendery tersenyum. "Siap, Eri. Kalau gitu, Hendery berangkat dulu, ya."
Eri menepuk pundak Hendery satu kali sebelum akhirnya kembali ke dalam rumah.
Hendery menarik napas satu kali, kemudian berangkat ke sekolah dengan Ayah yang bertujuan ke arah yang sama, ke kantor kerjanya.
Perjalanan ke sekolah yang ditempuh selama lima belas menit itu bagai satu kedipan mata lamanya bagi Hendery. Semakin dia gugup, maka waktu terasa berjalan lebih cepat baginya.
Hendra menyentuh tangan Hendery yang agak tremor. Mata Hendery yang turut bergetar karena cemas berlebihan menatap mata Hendra lurus-lurus. Mata itu tak lama kemudian berkaca-kaca.
"Kamu bisa, Hen," kata Hendra menguatkan. "Kamu pasti bisa."
Hendery tersenyum. Ia juga berharap yang sama.
Sejurus kemudian, Hendery sampai di kelasnya. Ia hanya akan menyimpan tas sebelum akhirnya pergi ke ruangan khusus untuk seleksi.
"Hendery semangat!" seru Tata, menjadi yang pertama menyemangati.
"Semangat, Hen!" seru yang lainnya.
"Jangan kecewain Hendra, Dry!" seru Lucas dengan suara toanya.
"Jangan sampai bikin gue salah memilih ya, Hen," kata Taeyong.
"Apapun hasilnya, lo harus berusaha sebisa mungkin," lanjut Jaehyun. "Sampai titik darah penghabisan."
"Jangan lupa berdoa, Hen," saran Kun.
"Gue percaya sama lo, Hen," kata Winwin. "Semangat!"
"Good luck, Hendery," kata Yuta.
"Gue bakal kasih channel YouTube lo konten nyanyi kalau lo menang sampai nasional," kata Yaya.
"Gue bawain brownies gede kalau lo balik ke sini dengan senyuman yang sama," timpal Xaxa.
Hendery menggigit bibir bawahnya. Ia menatap seluruh teman sekelasnya dengan mata berkaca-kaca. Kalau begini caranya, Hendery punya lebih banyak tekanan lagi.
Membuat agak semakin tidak yakin.
"Jangan bagus dong, elah," kata Doyoung seraya berdecak kesal. Tapi justru laki-laki itu menarik asal tisu yang ada di atas meja Shapira dan menghapus titik-titik air di wajah Hendery begitu saja. "Malu diliatin gebetan."
Hendery melongo. Air matanya tiba-tiba mengering. Ia menatap Doyoung dengan horor. "Lo ngapain?"
"Menurut lo?"
"Lo nggak mungkin naksir gue, kan?"
Doyoung langsung melempar tisu di tangannya ke wajah Hendery. "Kotor banget otak lo! Udah sana, bentar lagi seleksinya dimulai!"
Hendery mengangguk segera. Ia menengok Tata sekali lagi dan melambaikan tangannya yang dibalas lambaian tangan semangat oleh Tata sebelum akhirnya melangkah ke tempat seleksi.
Oke. Semangat dan persiapan Hendery sepertinya sudah cukup.
Ruang seleksi di laksanakan di sebelah kelas IPA 1 yang biasanya dipakai untuk rapat. Kursi-kursi sudah disiapkan sedemikian rupa, begitu pula dengan peralatan penunjang lainnya seperti InFocus, speaker, headset dan PC.
Sepertinya seleksi kali ini bukan hanya pengisian soal di atas kertas saja, tapi ketangkasan, kesigapannya bicara dan kecepatan.
Hendery menarik napas satu kali lagi sebelum akhirnya duduk di salah satu bangku, di sebelah seseorang yang tidak Hendery kenali. Namun, ia tak asing dengan wajahnya karena dia adalah salah satu member dari Tress, geng kelas IPA 2 yang terkenal akan ketampanan serta ke-stress-annya.
Mereka bukan hanya tampan, tapi berisik, nggak jelas, juga keliatan seperti geng lawak. Meski begitu, mereka terkenal akan kesolidannya yang membuat orang-orang banyak iri.
"Hai." Dia menyapa.
Hendery segera menoleh, agar terkejut karena dirinya disapa. "Hai juga."
"Dari kelas IPA 4, ya?" tanyanya.
"Eh? Kok tau?"
"Lo kan temennya Lucas," jawabnya.
Hendery pernah dengar kalau Lucas memang social butterfly, ia tak terkejut kalau kenalan Lucas ada di mana-mana. "Lo temennya Lucas juga?"
"Bukan, gue temennya Hyunsuk."
"Hyunsuk?"
"Iya, Lucas kan temenan sama Yuqi, Yuqi kenalannya Mijoo, Mijoo sahabat karibnya Sunmi Unnie, nah Sunmi Unnie kenakalannya Taeyeon Unnie yang deket banget sama Winter, Winter juga deket banget sama Doyoung kelas lo, terus Doyoung ada di satu grup chaebol yang sama kayak Hyunsuk. Nah, Hyunsuk karib gue."
Hendery merasa lebih sulit mencerna informasi di atas daripada rumus-rumus logarithm.
"Jadi, nama lo siapa?" tanya Hendery akhirnya, tak mau pusing-pusing mengerti darimana laki-laki ini mengenal Lucas yang jelas-jelas tidak secara langsung.
"Kenalin," katanya seraya mengulurkan tangannya untuk dijabat. Setelah Hendery balas menjabatnya, barulah ia melanjutkan. "Gue Junkyu."
"Gue Hendery."
"Anaknya Hendra, kan?"
Kedua mata Hendery melotot sempurna. "Kok tau?"
Junkyu menurup mulutnya yang terbuka lebar karena terkejut. Kedua matanya tak jauh beda dengan Hendery. "Lah anjir beneran?"
"Stress lo ah," kata Hendery tak senang. Junkyu hanya bermain-main dengannya.
"Sorry kalau gue bikin lo tersinggung," kata Junkyu seraya membuang napas panjang. "Gue cuma lagi pengen melepas stress aja karena gue jadi tumbal temen-temen buat ikut seleksi ini. Jahat banget nggak sih mereka? Nggak bisa bolos kan gue hari ini. Ck."
"Tunggu, lo jadi tumbal temen-temen lo?" tanya Hendery memastikan.
"Iya. Semua temen sekelas laknat gue nggak pada mau ikut seleksi ini. Kemarin gue kertas-gunting-batu dan kalah. Jadi, gue ada di sini sekarang." Junkyu menjelaskan dengan santai.
"Anjir, gue justru harus nyebrang Atlantik, gelut sama beruang kutub, naik kereta api tiga jam, terus jalan kaki lima pukul kilo buat ada di sini," balas Hendery berapi-api, jelas sangat iri. "Enteng banget ya hidup lo, hidup temen-temen lo juga."
Junkyu tertawa. "Enteng dari mananya? Gue harus main kertas-gunting-batu selama setengah hari tanpa istirahat sama seluruh anak kelas gue. Itu nggak mudah, bro."
Hendery sungguh speechless.
"Coba aja lo main kertas-gunting-batu batu sama 20 orang. Mampus dah," kata Junkyu.
"Stress lo."
"Emang."
***
Udah 95 part lagi
Terimakasih telah menemani kelas IPA 4 selama 4 bulan lebih :))
I love you alll
KAMU SEDANG MEMBACA
11 IPA 4 • NCT 127 X WAYV
Fanfiction--- Ini kisah kelas XI IPA 4 yang merupakan kelas biasa-biasa saja. Sampai mereka semakin dekat, semakin berselisih, saling bersaing, merebutkan perempuan yang sama dan sakit hati. Ini hanya kisah remaja biasa. Tentang jatuh cinta dan patah hati...