16. Kantin

196 24 5
                                    

16. Kantin

"Jangan nangis ... jangan nangis ... lo kuat, lo kuat!" —???

Konfil mulai muncul, pemirsaaaa

---

Waktu istirahat adalah waktu yang selalu jadi favorit anak sekolahan. Tentu saja. Siapa yang membencinya? Banyak makanan dan tentu saja rasanya luar biasa enak.

Kantin SMA NCT 127 WAY V INI menyediakan tempat duduk yang banyak, hampir bisa menampung seribu orang. Karenanya, sekarang rasanya sangat ramai dan bising. Anak-anak yang telah membeli makannya, duduk di sebuah meja bersama gerombolannya. Satu meja terdiri dari enam kursi. Jika tak punya makan, terpaksa sendirian atau bergabung secara terpaksa dengan gerombolan yang tidak dikenal dengan baik. Terpaksa mendengar celotehan seru mereka tanpa berani bergabung hanya untuk ditatap dengan sorot terganggu.

Sebuah pergaulan bisa menentukan kehidupan seseorang. Di sekolah ini, jika ingin berteman, maka bertemanlah dengan baik. Jika tidak, maka sendirian adalah jalan terbaik.

Sebab jika terlibat dalam lingkaran pertemanan yang penuh racun, maka diri sendiri yang akan kesulitan. Seperti saat ini.

"Heh, beliin minum," suruh Taeyong seraya menaikkan kedua kakinya dengan wajah dingin ke atas meja kantin.

Renjun mengangguk dengan wajah menunduk, lalu pergi ke arah daratan pedagang untuk membelikan apa yang Taeyong mau. Laki-laki itu sudah dibuahi oleh geng Jeno, jadi mau tak mau anak itu mengabdi pada Taeyong untuk mendapatkan kekuatan.

Tak peduli jika dirinya harus direndahkan, Renjun akan melakukan apapun untuk membalas Jeno yang berani-beraninya membuangnya hanya karena masalah seorang perempuan. Seperti cerita klasik, mereka berdua menyukai perempuannya yang sama dan saat perempuan itu memilih Renjun, Jeno langsung memberi bendera perang di antara keduanya.

Daripada harus berlutut pada seseorang yang membuangnya, lebih baik Renjun berlutut pada seseorang yang jelas-jelas akan membuatnya lebih kuat.

Geng Taeyong sangat mendominasi di sekolah ini. Laki-laki itu punya banyak pengikut yang setia. Di setiap angkatan, setidaknya setengah-setengah berpihak pada Taeyong. Sebab selain kaya, Taeyong jago bela diri dan terbilang yang paling kuat di SMA NCT 127 WAY V ini.

Taeyong punya tempat sendiri di kantin. Posisinya ada di lantai dua dari tiga lantai yang dipunya gedung kantin. Alasan mengapa Taeyong tidak memilih lantantiga sebagai basecamp adalah karena ia takut ketinggian, sebab lantai tiga tak punya atap, membuatnya bisa dengan jelas melihat pemandangan di bawah.

Di lantai dua ini, hanya boleh diisi oleh Taeyong beserta pengikutnya yang setia. Sementara itu, lantai satu dipenuhi oleh pedagang-pedagang.

"Kipasin lebih keras, bro," suruh Taeyong lagi, pada dua budaknya yang bertugas mengipasi wajah tampannya. "Makin panas aja ini kantin. Harus direnovasi, tambah lantai kayaknya. Ya nggak, Doy?"

Doyoung yang tengah berkutat dengan ponselnya hanya berdeham, terlalu fokus hanya untuk membalas. Baru-baru ini ada perguruan-perguruan tinggi yang menarik minat Doyoung, ia jadi bingung harus menentukan pilihannya. Kalau bisa kuliah di tiga universitas, Doyoung pasti melakukannya.

Taeyong melihat Doyoung dengan penasaran. "Ngapain sih lo?"

"Gue mau pilih kampus," jawab Doyoung. "Bingung, nih. Yang satu fasilitasnya oke, yang satu bayarannya oke, yang satu lagi dosennya mantep."

"Pilih yang fasilitasnya oke, lah," saran Taeyong sok tahu. "Gue yakin, kalau fasilitasnya oke, semuanya ngikutin. Kayak kantin ini. Kayaknya gue harus minta revisi bangunannya. Agak panas gitu. Woy, kipasin yang kenceng!"

"Siap, Yong!"

Wajah Taeyong terasa dilandasi badai saat dua laki-laki di dua sisi tubuhnya mengipasi wajahnya dengan gerakan kesetanan. Taeyong langsung berdiri, menatap dua budaknya dengan wajah kesal. "Jangan gitu juga, Bahlul!"

Dua budak di depannya kontan menunduk, menyesal. "Maaf, Yong."

"Gue maafin hari ini," balas Taeyong lalu duduk lagi dengan gaya sultan songongnya. "Kalau besok gitu-gitu lagi gue sumbangin lo berdua ke tempat kurban pas Idhul Adha."

"I-iya, Yong," balas dua budak itu serempak. Mereka menelan ludah dengan kasar, ketakutan dan merasa ngeri. Kemudian, dengan patuh, mereka mengipasi wajah Taeyong lagi dengan kecepatan sedang tapi sedikit lebih kencang.

"Oh, ya," kata Doyoung, sekarang bosan dengan ponselnya dan tertarik untuk membahas sesuatu dengan Taeyong. "Bentar lagi kan Idhul Adha nih, lo mau nyumbang sapi berapa biji?"

"Kemarin gue nyumbang dua, sekarang tiga," jawab Taeyong cepat.

Doyoung menahan tawa. "Tiga biji aja? Dikit amat."

"Puluh." Taeyong mengoreksi. "Gue nyumbang tiga puluh buat Idhul Adha tahun ini."

"Oh, oke."

Taeyong tertawa sombong.

"Yong, ini minumnya." Renjun tiba dan menyerahkan sebuah botol air mineral ke dekat kaki Taeyong.

"Lama amat," balas Taeyong dengan senyuman miring. "Gue jadi nggak haus lagi."

"Maaf, Yong." Renjun menunduk, menyesal. "Tapi cekcok bentar sama Jeno."

"Gue nggak butuh alasan," desis Taeyong secara memperbaiki duduknya. Kini kedua kakinya tak lagi berada di atas meja. Kedua tangannya menumpu pada lutut dan melihat Renjun dengan senyuman iblis. "Itu keringet coba dibilas dulu pake air biar seger."

Kepala Renjun bergerak, menatap Taeyong dengan mata membulat. "Eh? Apa? Gimana-gimana, Yong?"

Taeyong mengambil botol air minum yang tadi dibeli Renjun dan menyerahkannya pada Renjun. "Nih. Mandi pake ini."

Kedua alis Renjun terangkat.

"Karena gue baik hati, gue bukain," lanjut Taeyong seraya membuka tutup botol air mineral yang ada di tangannya, kemudian lagi-lagi menyerahkannya pada Renjun. "Nih. Sekarang lo tumpahin isinya ke atas kepala lo biar seger. Soalnya kalau lo seger, gue juga ikut seger dan senang."

Doyoung tertawa mendengarnya. Dengan senyuman penuh menantikan, ia membuka kamera ponselnya dan merekam aksi Renjun yang setelah mengambil botol air mineral dari tangan Taeyong dengan pupil mata bergetar agar ragu, laki-laki itu menumpahkan seluruh isinya ke atas kepalanya hingga membuatnya basah kuyup seperti anak ayam yang kehujanan.

Taeyong tertawa puas, kemudian berdiri. Sebelum laki-laki itulah berlalu pergi, Taeyong menepuk-nepuk puncak kepala Renjun dengan senyuman miring. "Makasih, gue seger sekarang. Jangan lupa beli Tolakangin sebelum masuk kelas, takutnya lo masuk angin nanti."

Renjun yang basah kuyup, hanya jadi tawaan dan tontonan orang-orang. Renjun menggigit bibirnya kuat-kuat seraya berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi.

Sepanjang perjalanan, ia jadi pusat perhatian karena penampilannya yang basah kuyup. Renjun mengepalkan tangannya kuat-kuat. "Jangan nangis ... jangan nangis ... lo kuat, lo kuat!"

Renjun begini atas keinginannya sendiri, Renjun menemui Taeyong atas keinginannya sendiri dan Renjun seharusnya tidak menolak apa konsekuensinya.

***

Sun 12 Jul 2020

Next: Ranking 1

11 IPA 4 • NCT 127 X WAYVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang