34. Tidak Boleh Sendirian

115 16 1
                                    

34. Tidak Boleh Sendirian

---

Masih ada yang ngikutin???

---

Hari ini Yuta piket saat istirahat pertama. Tugasnya adalah memastikan tidak ada siswa atau siswi yang melakukan hal-hal tidak baik alias melenceng dari aturan.

Tak banyak sebenarnya dari mereka yang berani merokok, ngelem, bawa sabu-sabu atau berpacaran terlalu mesra di area-area yang buta akan CCTV. Namun, mencegah lebih baik daripada mengobati. Yuta akan memastikan bahwa tidak ada anak yang merusak diri ketika bersekolah di sini.

Mereka di sekolahkan untuk berkembang, untuk disiplin dan untuk berguna di masa depan.

Kalau menaati peraturan saja tidak bisa, buat apa bersekolah?

Biasanya, tempat yang rawan itu di WC ujung, taman belakang dan atap sekolah. Yuta sudah mengecam WC ujung yang tidak ada aksi mencurigakan, lalu taman belakang yang juga tengah sepi. Sekarang, ia tinggal mengecek atap.

Saat tiba di sana, ia melihat seseorang berdiri di ujung pembatas atap. Yuta segera menghampirinya dan menarik bahunya. Yuta pikir laki-laki itu tengah merokok, ternyata tidak.

"Sorry," kata Yuta tak enak. Ia mengerutkan keningnya saat sadar bahwa di depannya kini adalah Jhonny. "Lo ngapain di sini?"

Jhonny mengalihkan pandangannya dari Yuta. Tak menjawab.

Yuta membuang napas kecil. Ia sudah hafal dari anak-anak kelas bahwa Jhonny memang sangat tertutup, jarang bicara dan misterius. Mereka pikir sifatnya memang begitu, jadi mereka membiarkan saja, toh itu hak Jhonny sendiri.

Namun, Yuta merasa ini salah. Salah bahwa Jhonny tidak bergaul sama sekali. Setidaknya, Jhonny harus mengakrabkan diri dengan anak kelasnya. Minimal satu saja.

Manusia adalah makhluk sosial. Tidak bisa sendirian saja. Mau bertapa kuatnya, betapa perkasanya, betapa mandirinya atau bertapa pintarnya dia. Selalu saja ... dia butuh seseorang untuk membantu.

"Saat ini, semua siswa harus ke kantin," papar Yuta, mengatakan salah satu usia peraturan sekolah. "Kecuali membawa makanan sendiri dari rumah."

Jhonny masih bergeming.

"Lo langgar itu."

"Gue lagi mau sendirian."

"Kemarin lo sendirian. Kemarin-kemarin juga sendirian. Dari awal masuk juga lo sendirian," tukas Yuta agak kesal. "Mau sampai kapan lo mau sendirian?"

"Lo begini karena tugas waketos, kan?" tanya Jhonny sarkas dan Yuta baru sadar bahwa suara Jhonny sangat dalam, sangat pelan dan tersirat sebuah kesepian yang menginginkan kehangatan. Namun, matanya tampak sangat dingin, menutup diri dan ketakutan.

Yuta tertawa kecil. "Lo mau gue ke sini sebagai apa emangnya?"

Jhonny bergeming lagi. Ia sadar bahwa semua orang akhirnya meninggalkannya, jadi ia tak mau mengambil langkah yang sama. Biarlah dirinya terpagar, sendirian, agar ia terbiasa.

"Gue nggak tau gimana caranya bujuk lo," Yuta menepuk kecil pundak Jhonny, membuat laki-laki dingin itu sedikit tersentak, "tapi cepet turun. Anginnya lagi gede, nanti lo masuk angin, siapa yang berabe? Itu bukan pantun, tapi gue emang ngomong jujur biar lo cepet turun. Ke kantin bareng temen-temen. Makan."

Setelah itu, Yuta pergi. Meninggalkan Jhonny yang termenung bahwa deretan kata-kata penuh perhatian bisa membuatnya merasa lebih hidup.

***

"Jhonny."

Merasa namanya dipanggil, Jhonny menoleh saat tengah menghapus papan tulis karena hari ini jadwalnya piket. Ada Xaxa di sampingnya, memegang sapu dengan gelagat malu-malu.

"Lo bawa kotak makan gue nggak?"

Kening Jhonny mengerut. Saat ia sadar, ia segera meringis. "Sorry, gue lupa. Kayaknya masih ada di dapur rumah, deh."

Xaxa terkesima karena Jhonny ternyata bisa bicara juga. Bukannya Xaxa mengira sebelumnya Jhonny tak bisa bicara, tapi rasanya aneh melihat Jhonny bicara lagi. Kali ini adalah kali kedua Xaxa mendengar suaranya setelah pemaparan alasan, visi dan misi kandidat ketua kelas tempo hari.

Suaranya rendah, membuat Xaxa gugup seketika. "Ng-ngga apa-apa, kok. Santai aja. B-bukannya gue mau cepet-cepet lo balikkin tempat makannya, ta-tapi gue ... cuma ingetin aja ... gitu. Jadi, jangan salah paham, ya. Gue nggak maksa, kok.

Xaxa menara napas panjang, merasa seolah kadar oksigen di sekitar menipis. Keringatnya pun mulai bermunculan di pelipisnya saking gugupnya. "Kapan aja boleh kok dikembaliinya."

Jhonny mengangguk.

Xaxa tersenyum kaku. "Y-ya udah, gue lanjut sapu, ya."

Jhonny mengangguk lagi. Saat Xaxa berbalik dan Jhonny hanya mampu melihat punggungnya, mata Jhonny menyendu dan ada segaris tipis lengkung senyum di wajah yang selama ini hanya datar-datar saja.

Bagaimana Xaxa malu-malu dan tampak gugup serta kikuk, kepala Jhonny terus memutarnya di otak. Mengingatnya dan merasa lebih-lebih senang karenanya.

***

Terimakasih telah membaca, vote dan masukin ke library atau reading list!!!😭😭😭

Kalau lagi mood, pasti boom update😘😘😉

Mon 31 Aug 2020

11 IPA 4 • NCT 127 X WAYVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang