25. Beli Semuanya---
Halo, i'm comeback!!!
Ada yang kangen???
Nggak apa-apa nggak ada yang kangen, yang penting semuanya bahagia
Happy reading, all!!
---
Hari ini produk baru hadir untuk dijual Lala, jadi ia gemar melakukan promosi di media sosial. Sampai-sampai waktu ia berjalan, fokusnya buka ke jalanan, tapi pada ponsel. Lala bergantung pada kesuksesan online shop miliknya, hidupnya tak akan berjalan tanpa olshop, jadi ia harus benar-benar mengerjakannya.
Totalitas tanpa batas.
"Awas ada lubang!"
Seseorang tiba-tiba menarik siku Lala hingga Lala berpindah ke sisi kanan, tepat melewati lubang biopori yang jika terinjak maka kaki akan nyangkut di dalamnya. Bak susah buat dikeluarkan kembali. Namun, gerakan yang tiba-tiba itu membuat Lala terkejut hingga tanpa bisa ditahan terjatuh ke sebuah pelukan.
Lala terkesiap. Tak mampu berkata-kata saat melihat wajah khawatir Kun berada tepat di atasnya. Kedua tangan Kun menahan punggung Lala agar tak jatuh ke bawah.
Mata hitam yang jernih. Hidung mancung seperti menara Eiffel. Bibir kecil yang berisi dan berwarna pink. Kulit wajah mulus seperti perosotan TK. Lala memerhatikan bertapa sempurnanya salah satu ciptaan Allah itu dan ia ingin waktu berhenti.
Lala rela seluruh hidupnya dihabiskan hanya untuk menatap Kun.
"Em ... lo nggak apa-apa?"
Satu alis Lala naik, terlalu nyaman dipangkuan Kun membuatnya lupa dia siapa dan dia di mana. "Hm?"
"Are you okay?" Kun menepuk kecil pipi Lala, membuat Lala segera tersadar dan bangkit dari pangkuan Kun. Dia sadar bahwa barusan ia diselamatkan.
"Makasih," kata Lala agak malu. "Maaf ngerepotin."
Kun tersenyum. Senyuman yang membuat Lala merasa tubuhnya ada di tengah taman bunga-bunga dengan air terjun yang membuatnya sejuk. "Nggak apa-apa."
Lala tersenyum, lalu mengangguk. Kemudian secara alami keduanya, berjalan beriringan. Tata sudah datang duluan karena harus mencatat tugas yang belum ia kerjakan tadi malam karena ketiduran, jadi Lala berangkat sendiri hari ini.
"Tadi ngapain emangnya?" tanya Kun penasaran.
Lala menoleh dengan wajah bingung. "Ngapain apaan?"
"Tadi," jawab Kun, menunjuk ponsel Lala. "Fokus banget ke hp."
"Oh!" Lala juga baru ingat. Buru-buru ia menyalakan ponselnya kembali. "Gue 'tu mau promosi, Kun. Barang-barang buat dijual online gitu. Buat dapet uang."
Kun membulatkan mulutnya, mengerti. "Jualan apa?"
"Kenapa? Mau beli?"
"Boleh," balas Kun. Itung-itung menambah pahala, ia akan membantu bisnis teman.
"Bener, ya?" Lala tersenyum lebar. "Awas kalau nggak beli. Gue jualan daster, sweater, joger, gamis, jins, sorban, kemeja, sama koko. Gimana? Mau beli apa?"
"Gue beli koko, deh," jawab Kun cepat. Stok kemeja koko di rumahnya memang sudah banyak, tapi belum tentu tetangganya punya. "Gue beli semuanya aja."
Mata Lala membuka sempurna, untuk nggak jatuh dari tempatnya.
***
"Misi, ada Mark nggak?"
Kepala seseorang tiba-tiba muncul di ambang pintu. Doyoung yang ada berada tepat di samping pintu jelas menatapnya dengan heran.
"Mau ngapain lo?" tanya Doyoung tajam.
"Mau beli pulsa, nih," balas orang itu. "Ada Mark nggak?"
"MARK ADA YANG BELI PULSA!" seru Doyoung keras-keras. Mark yang sedang tertidur di kursinya langsung bangun. Saat melihat langganannya di pintu kelas, ia segera bangkit dan menghampirinya.
Lucas yang melihat itu mengerutkan keningnya. Kemudian berpaling pada Hendery. "Ada yang jual pulsa ternyata?"
"Lo nanya apa gimana, nih?" Hendery kebingungan untuk menanggapi perkataan Lucas yang sedikit ambigu.
"Gue nanya, tapi udah tau jawabannya, tapi ragu."
"Ck, elah." Hendery kadang malas untuk menanggapi Lucas. "Jelas-jelas dia jualan. Itu yang mau beli langsung dia ladenin. Gimana sih lo?"
Lucas cengengesan. "Oke, oke. Gue paham sekarang. Mau beli juga, ah. Paket gue abis nih dari kemarin. Cuma ada paket chat, Njir."
"Serah lu ae dah, Kaleng Rombeng."
Setelahnya Mark selesai melakukan servis pulsa pada seseorang di luar kelas sana dan masuk ke kelas kembali yang kedapatan jam kosong, Lucas segera mengangkat tangannya, melambai-lambai.
"Mark!"
Mark menoleh, kemudian melangkah ke dekat kursi Lucas. "Apaan?"
"Lo jualan pulsa?"
Mark mengangguk.
"Beli dong?"
"Nomornya?"
Lucas menyebutkan nomornya ponselnya, kemudian Mark kembali menyebutnya, takut ada nomor yang salah ucap atau salah ketik. Ketiak telah benar, Mark bertanya lagi, "yang berapa?"
"Yang lima puluh berapa?"
"Buat temen, gue kasih lima dua," jawab Mark. "Biasanya lima lima."
"Oh, oke." Lucas tertawa senang. "Terimakasih, Bro. Wah, cepet banget udah nyampe lagi."
"Mana uangnya?"
Lucas tersenyum manis. "Boleh ngutang dulu nggak?"
"Boleh."
Setelahnya, Mark berlalu dari hadapan Lucas yang menganga. Ia tak mengerti mengapa mudah sekali meminjam uang pada Mark. Matanya terus membulat karena terkejut, untuk tidak keluar dari tempatnya.
***
Aku mohon maaf kalau ada typo yang bikin bingung
Semoga kalian betah baca sampai akhir, soalnya akan banyak konflik menunggu di depan sana^^
Tue || 4 Aug 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
11 IPA 4 • NCT 127 X WAYV
Fanfiction--- Ini kisah kelas XI IPA 4 yang merupakan kelas biasa-biasa saja. Sampai mereka semakin dekat, semakin berselisih, saling bersaing, merebutkan perempuan yang sama dan sakit hati. Ini hanya kisah remaja biasa. Tentang jatuh cinta dan patah hati...