59. Sebuah Perjuangan
---
Annyeong yorobun, ada yang kangen sama work ini?
/Ngarep
Happy reading!!!!
Tapi jangan lupa vote sama komen ya :***
---
Selama satu tahun menjadi bagian dari group band Acuh Tak Acuh, Yangyang tak pernah sekalipun mendapatkan pujian tentang bertapa bagusnya rap yang ia lantunkan.
Di SMA ini, ada dua group band. Yang satu sangat terkenal sampai menutupi band yang lainnya dan satu lagi jelas yang bagaikan krikil diantara batu-batu besar. Enam Hari adalah band dengan kualitas vokal dan lirik lagu yang menyentuh hati, sementara Acuh Tak Acuh adalah band dengan genre hip-hop dan rock.
Mereka sangat bertolak belakang dan penggemarnya pun begitu.
Setiap hari, setiap Yangyang melangkah, ia selalu saja mendengarkan perkataan orang-orang tentang band Enam Hari.
"Gila sih, udah ganteng, Dowon lucu banget!"
"Gue nggak heran lagi kalau suara Yongpil bakal bisa bikin gue tidur sampai satu Minggu saking merdunya."
"High note-nya Sungjin emang bikin candu, sih."
"Rap-nya YoungK itu nggak neko-neko pokoknya!"
"Suaranya Jae tuh unik banget, candu banget, bikin gue semangat buat sekolah aja!"
Tak pernah sekalipun Yangyang mendengar nama anggota band Acuh Tak Acuh dibanjiri komentar penuh kagum seperti itu. Jadwal tampil band Acuh Tak Acuh pun tidak sesering band Enam Hari. Lagu-lagu yang diputar di speaker sekolah pun kebanyakan dari band Enam Hari.
Satu kali, band Acuh Tak Acuh pernah mengadakan konser alias tampil di ruangan auditorium sekolah yang luas hingga dapat menampung seribu orang. Namun, bahkan setelah menunggu satu jam, tak ada satu orangpun yang datang.
Pada akhirnya, Yangyang serta empat temannya yang lain membatalkan acara tampil mereka. Anggota band Acuh Tak Acuh tak bisa saling menyemangati karena saat itu mental mereka sangat terluka.
Mereka bahkan sampai tak tidur karena latihan pada h-2 tampil sebab ingin menampilkan yang terbaik. Tenggorokan Yangyang juga sempat bermasalah karena terlalu sering berlatih. Yang berperan sebagai drummer juga memiliki masalah dengan pergelangan tangannya karena keseringan latihan.
Mereka sudah mempersembahkan pengorbanan dan berjuang mati-matian, tapi sayang sekali, hasil yang mereka terima bahkan sama sekali tidak terlihat.
Semua seperti sia-sia saja. Bagaimana Yangyang bergadang untuk menyusun lirik rap, berlatih sampai sakit tenggorokan, mengorbankan jam tidurnya selama ini bagaikan hanya sebuah perjuangan yang sia-sia.
Samlai Yangyang berada di titik di mana Yangyang tak tahu apakah ia harus menyerah atau tidak. Ia benar-benar merasa selama ini, perjuangannya sama sekali tak mendapat bayaran.
Yangyang lelah.
***
"Tata!" seru Hendery putus asa, merasa dirinya kehabisan napas karena terus mengejar perempuan langsung yang berlari tanpa henti mau seberapa sering pun Hendery memanggil namanya saat Hendery ingin bicara padanya sepulang sekolah.
Hari ini, seperti hari sebelumnya, Lala pulang bersama Kun. Mereka memang terlihat lebih dekat lagi sejak menonton bersama di bioskop. Hendery tidak tahu apa yang terjadi dan ia tidak penasaran sama sekali.
Sebab saat ini, kisah cintanya lebih penting. Tata sudah menjutekkinya selama dua hari dan Hendery tak paham ia salah di mana.
"Tata!" seru Hendery.
Tata berhenti di depan jalan raya. Perempuan itu menoleh ke kanan dan kiri untuk selanjutnya melangkahkan kaki untuk menyebrang tanpa tahu ada sebuah truk yang tiba-tiba melaju kencang di depannya.
TINNNNNNNNNNN!!!!!!
Mata Tata membulat, jantungnya berdegup sangat kencang hingga mau keluar saja rasanya. Kakinya tiba-tiba sulit digerakkan dan ia sudah pasti akan kehilangan kesadaran—bahkan meninggalkan dunia—jika seseorang tidak menarik tangannya dan memeluknya dengan erat.
Napas Tata terdengar sangat jelas di pelukan Hendery. Bibirnya menjadi pucat dan keringat dingin segera menghiasi pelipisnya. Jantung Hendery yang berdegup kencang karena panik dan gugup itu terdengar jelas bagi Tata, membuat Yaya sadar dan menjauhkan diri dari Hendery, mendorong dada Hendery untuk lepas dari pelukannya.
Kening Tata mengerut tajam. "Sebenernya mau lo apa, sih?"
"Gue mau lo hati-hati kalau mau nyebrang," balas Hendery tak kalah tajam. Ia jelas sangat khawatir. "Gimana kalau tadi nggak ada gue? Gimana kalau—"
"Kalau lo nggak ngejar-ngejar gue, itu nggak akan terjadi!" potong Tata emosi. "Itu gara-gara lo kalau gue sampai ketabrak truk!"
Hendery membuang napas kecil. Ia memejamkan matanya sejenak, lalu menatap Tata dalam-dalam. "Salah ya buat gue berjuang?"
"Apa?" tanya Tata tak paham. Keningnya semakin menunjukkan kerutan tajam.
"Apa salah buat gue berjuang buat lo?" ulang Hendery dengan sangat serius. "Gue cuman mau tanya kenapa lo tiba-tiba jutekkin gue. Gue heran kenapa lo lari dari gue. Waktu gue deketin lo, ngejar lo buat tanya 'ada apa?', lo malah salahin gue waktu gue nolongin lo."
Tata menarik napas dengan berat berat, lalu mengeluarkannya pelan-pelan. "Hendery, dengerin gue baik-baik karena gue nggak mau ngulang."
Hendery mengangguk. "Oke."
"Pertama, gue bete sama lo karena lo posting foto. Kedua, gue kesel sama lo karena lo nggak hapus foto itu sampai sekarang. Ketiga, gue marah karena lo nggak nonaktifin komentar di ponstingan itu, jadi Lala labrak Doyoung dan gue jadi ikut stress mikirin itu. Terakhir, gue sedih ...." Tata mendadak tak bisa melanjutkan karena dadanya terasa sangat sesak. Air matanya menetes, tapi ia cepat-cepat menghapusnya, membuat Hendery merasa sangat-sangat bersalah. "... gue sedih karena gue dapet hate komen lagi ...."
Dada Hendery seperti dipukul palu godam saat mendengarnya. Ia tak percaya hanya karena sebuah postingan, dirinya membuat hati seseorang terluka. Tepat, hati seseorang yang ia suka.
"Biar gue jelasin dulu, Ta," mohon Hendery lembut. "Gimana kalau kita nongkrong sambil makan bingsu sambil gue jelasin semuanya?"
Tata langsung mengangguk. "Gue pengen bingsu bentuk panda, ya."
Hendery terkejut, mengerjapkan matanya berkali-kali karena tak percaya. Perempuan bisa secepat itu merubah suasana hatinya.
"Kenapa diem aja, Dry? Nggak jalan sekarang apa gimana?" tanya Tata, menegur Hendery dari lamunan singkatnya.
"Kita jalan sekarang, Beb, ayo!" Hendery langsung tersenyum, lalu merangkul bahu Tata untuk mengajaknya berjalan ke tempat makan bingsu. "Buat Tuan Puteri, apa sih yang nggak?"
***
Haaaahhh nggak kerasa aku absen hampir seminggu dari hobi menyenangkan ini
Lega rasanya bisa menulis lagi
:))
Mon 21 Sep 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
11 IPA 4 • NCT 127 X WAYV
Fanfiction--- Ini kisah kelas XI IPA 4 yang merupakan kelas biasa-biasa saja. Sampai mereka semakin dekat, semakin berselisih, saling bersaing, merebutkan perempuan yang sama dan sakit hati. Ini hanya kisah remaja biasa. Tentang jatuh cinta dan patah hati...