62. Hasut Bahan Taruhan

68 9 5
                                    

62. Hasut Bahan Taruhan

---

Selamat membaca pokoknya

---

"Jae," kata Taeyong saat bel pulang sekolah berbunyi, memanggilnya Jaehyun yang duduk di sebelahnya, tengah memasukkan buku-buku yang dipakainya seharian ini.

Jaehyun menatap Taeyong setelah memakai tasnya yang telah usang, yang telah ia pakai dari kelas tiga SMP. Bahkan beberapa sudutnya telah bolong dan terlihat dijahit kembali dengan benang berwarna berbeda. "Kenapa, Yong?"

Taeyong tersenyum prihatin melihat itu. Melihat bagaimana kehidupan Jaehyun yang sangat timpang dengan kehidupannya. "Gue mau ajak lo ke rumah gue."

Kening Jaehyun langsung mengerut tajam. "Gue masih normal, Yong. Meski gue selalu ada di kelas, gue masih suka Selena Gomez daripada Justin Bieber buat ajak malam sunnah."

Mata hitam Taeyong yang selalu tajam itu berotasi dengan jengah. "Maksud lo apa, ya?"

"Lo mau ngajak gue serius, kan? Lo mau ajak gue kenalan sama orangtua lo buat ambil langkah lebih serius, kan?" tanya Jaehyun, menyuarakan spekulasinya yang muncul tanpa alasan yang pasti.

"Ge-er banget lo, Dasar Anak Mis—" Taeyong hampir mengeluarkan kata-kata kasarnya tentang kondisi ekonomi hidup Jaehyun saat ia sadar bahwa ia akan berubah. Taeyong berdeham kecil, lalu tersenyum manis, berusaha sabar. "Sepupu gue mau adain ulangtahun. Gue nggak mau berduaan aja sama Doyoung di sana. Lo mau ikut nggak?"

Jaehyun mengerutkan keningnya lagi, tak paham. "Sepupu lo yang ultah, kenapa pestanya di rumah lo?"

"Maksudnya, rumah sepupu gue," kata Taeyong meluruskan. "Dari kecil, gue udah kebiasaan bilang rumah sodara gue sebagai rumah gue. Jadi, lo mau ikut nggak? Hidup jangan terlalu lurus-lurus, lah, sekali-kali lo harus have fun biar nggak suntuk."

"Gue harus bantuin Ibu sampai jam 6, terus gue harus kajian sampai jam 8, sampai jam 9 gue harus kerjain tugas atau belajar, abis itu gue tidur," balas Jaehyun, jelas menolak ajakan Taeyong. "Gue nggak ada waktu buat pesta-pesta, sorry. Sekarang, gue harus pulang."

Jaehyun langsung bangkit berdiri dan berjalan cepat keluarga kelas.

Taeyong berdecak seraya bangkit berdiri dan menarik tas Doyoung yang tengah adu bacot dengan Lala pasal ponstingan Hendery, membuat Doyoung terpaksa tertarik hingga hampir terjatuh.

"Yong! Kalau gue jatuh, lo mau apa?" tanya Doyoung tak suka, saat ia bisa berjalan normal di sebelah Taeyong, ikut mengejar langkah Jaehyun. Meski kesal pada cara Taeyong menyeretnya, diam-diam Doyoung berterimakasih karena berkat Taeyong, ia bisa lepas dari Lala tanpa kelihatan seperti pengecut.

"Kalau lo jatuh sampai darahan pun, gue dodo amat," tukas Taeyong cepat, membuat Doyoung mengumpat tanpa suara. "Lo harus bantuin gue hasut Jaehyun buat ikut ke pesta ultah sepupu gue."

"Kenapa harus gitu?" tanya Doyoung tak paham.

"Kemarin gue taruhan sama dia." Taeyong membalas cepat. "Gue bilang gue punya banyak temen setia selain lo dan sepupu gue bakal turutin apapun kata gue kalau gue bawa bukti. Gue nggak punya temen yang bisa dipercaya selain Jaehyun sekarang, dia yang paling deket sama gue selain lo. Jadi, jangan sampai dia lolos, Doy!"

Alis Doyoung terangkat. "Kalau gue berhasil bujuk Jaehyun, gue dapet apa?"

Taeyong berpikir sesaat. "Gue bantuin lo buat dapetin Tata."

"Gue nggak percaya lo lagi masalah dapetin hati Tata. Ganti yang lain."

"Ck. Gue kasih nomor kenalan gue di London. Asal lo tau, dia secantik bidadari, lebih-lebih cantik daripada Tata."

"Nggak mau. Yang lain."

Taeyong menipiskan bibirnya. "Gue bisa bujuk Jaehyun sendiri, Bangs*t!"

"Jaehyun, woi!" seru Taeyong, berlari secepat yang ia bisa dan meninggalkan Doyoung yang mengangkat kedua bahunya, tak peduli sama sekali.

Akhirnya dalam satu lompatan besar, Taeyong berhasil memeluk leher Jaehyun. Setelahnya, Taeyong menyeret Jaehyun ke dekat pohon besar di parkiran. Bicara berdua saja dengan kedua tangan saling menggenggam, hingga jika dilihat dari sudut yang salah, pasti menyebabkan kesalahpahaman.

Dan dua orang ada di posisi yang salah untuk melihat Taeyong dan Jaehyun. Mereka terkejut, tak bisa berkata-kata, hanya kamera ponsel yang beraksi.

"Pestanya mulai jam sembilan, Jae," kata Taeyong dengan nada memohon. "Lo cuma datang lima menit aja nggak apa-apa. Gue bakal anter-jemput lo, abis itu lo bisa langsung pulang."

"Gue nggak punya waktu banyak kayak lo, Yong. Gue harus belajar, bekerja sama beribadah biar hidup gue bisa lanjut sampai gue bisa naik haji. Kehidupan lo sama gue beda banget, jadi jangan gini. Jangan paksa-paksa gue."

"Gue nggak maksa lo, Jae," tukas Taeyong dengan putus asa. "Gue minta tolong sama lo. Bukannya menolong sesama manusia itu bisa bikin lo dapat pahala dan masuk surga?"

Taeyong menipiskan bibirnya. "Gue bakal berterimakasih banget kalau lo bisa dateng di pesta nanti. Gue nggak akan lupain jasa lo, Jae."

***

Jadi, menurut kalian Jae bakal datang apa nggak????

Fri 25 Sep 2020

11 IPA 4 • NCT 127 X WAYVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang