Beberapa menit yang lalu...
Pulang sekolah hari ini, Yuta piket bersama Pak Djoko, bersama sekbid dua dan anggotanya juga. Biasanya mereka tidak menemukan apa-apa selain siswa yang buang sampah sembarangan atau mencemari lingkungan dengan perilaku tak terpikirkan lainnya, tapi saat menuju gedung serbaguna paling belakang, mereka menemukan jakpot.
Ada kerusuhan di dalamnya dan tentu harus dibereskan.
Pak Djoko selaku komandan langsung mengambil amunisi berupa batu kerikilnya yang jika dilempar pasti akan membuat seseorang terluka. Lantas, dengan badan besarnya, Pak Djoko berlari ke arah kerumunan yang ribut itu.
Sampai di ambang pintu masuk yang terbuka lebar, Pak Djoko berhenti.
"Hei! Kalian! Berhenti di tempat, kalau nggak, saya lempar pake krikil nih!" seru Pak Djoko.
Keributan itu deketin berhenti. Digantikan oleh keheningan dengan wajah-wajah panik dan kesal.
"Kodok!" seru Taeyong ketakutan. Ia bergerak, berlari menjauhi kodok yang tiba-tiba muncul dan Pak Djoko secara impulsif melemparkan kerikil yang menghantam tepat di pelipis Taeyong.
"Aw!"
Taeyong berseru keras, kesakitan, sebelum akhirnya ambruk ke lantai kotor gedung serbaguna.
"Medis tolong medis!" teriak Doyoung refleks. "MEDIS TOLONG! HELP! INI TAEYONG AMBRUK, PLEASE, HELP!"
Pak Djoko segera menoleh pada salah satu petugas OSIS. "Kamu panggil petugas UKS buat bawa tandu."
"Siap, Pak!"
"Oke, semuanya tangkap kakak-kakak kelas yang brandal itu. Jangan takut, ada bapak di sini!" seru Pak Djoko memberi perintah.
"Siap, Pak!" seru pasukan OSIS.
Sementara para OSIS menangkap mereka yang sebelumnya rusuh. Pak Djoko mendekati Doyoung yang mengurus Taeyong. Sebelumnya Pak Djoko tak sadar laki-laki itu adalah Doyoung, tapi setelah dekat dan Pak Djoko sadar, ia tak bisa menahan keterkejutannya.
"Doyoung anaknya Pak Kepsek?"
Doyoung menoleh dan tersenyum miring pada Pak Djoko. "Iya. Saya Doyoung anaknya Dodi si Kepsek, nih. Bapak bikin temen saya ambruk, jadi bapak harus kasih kompensasinya berupa percaya apa yang saya katakan tentang kerusuhan ini dan menghukum Tael beserta kawanannya sampai jera!"
Pak Djoko langsung hormat. "Siap!"
***
Saat ini.....
"Yuta!"
Seruan perempuan yang tiba-tiba itu membuat Yuta terkejut. Saat menoleh dan mendapati Yaya sebagai pelakunya, ia tambah terkejut lagi.
"Eh, Yaya?" Yuta bertanya santai padahal ia sangat gugup sekarang, entah kenapa. "Ngapain di sini?" Yuta baru sadar ada Jaehyun di belakang Yaya dan perasaannya mendadak tak enak. "Sama Jaehyun juga ternyata."
"Itu siapa yang pingsan digotong pake tandu?" Pertanyaan Yaya yang didasari atas kekhawatiran yang mendalam itu membuat perasaan Yuta semakin kacau, tapi ia berusaha untuk tak menunjukannya. "Taeyong mana?"
Yaya berusaha mencari-cari keberadaan Taeyong yang biasanya ada di sebelah Doyoung, tapi ia berhasil menemukannya.
"Yang pingsan itu Taeyong," jawab Yuta berusaha biasa saja.
Yaya langsung berlari ke arah tandu yang bawa empat petugas UKS di depan sana. Jaehyun juga otomatis mengikuti Yaya.
Melihat itu, Yuta tak memasang ekspresi apa-apa di wajahnya. Ia menyembunyikannya, memakai topeng.
Jujur, Yuta tak cemburu, ia hanya tak senang Yaya ada di sini karena Taeyong, bukan dirinya.
Yuta merasa ada yang aneh dalam hatinya saat melihat raut wajah khawatir Yaya untuk Taeyong semakin terlihat jelas. Yuta melihat telapak tangannya sendiri yang terluka akibat terdorong saat menahan kakak kelas.
Yuta menangis pedih dalam hatinya.
***
Doyoung itu anak orang yang punya sekolah kalau kalian pada lupa :))
Double up lagi nih, komen banyak-banyak dong😋
28102020
KAMU SEDANG MEMBACA
11 IPA 4 • NCT 127 X WAYV
Hayran Kurgu--- Ini kisah kelas XI IPA 4 yang merupakan kelas biasa-biasa saja. Sampai mereka semakin dekat, semakin berselisih, saling bersaing, merebutkan perempuan yang sama dan sakit hati. Ini hanya kisah remaja biasa. Tentang jatuh cinta dan patah hati...