58. Api Cemburu
---
Bikes ultimate biasku adalah Bubu, maka kebanyakan part cerita isi tentang Bubu wehehehe
Tapi yang lainnya juga aku pastiin banyak muncul, cuma diutamakan dulu Bubu hehe
Soalnya dia ketua kelas juga kan
Gituuuya
---
Yuta melanjutkan pelajaran yang tersisa dengan sekuat tenaga meski keringan dingin sudah menghiasi pelipisnya dan ujung hidungnya.
Sebenarnya ia sudah sangat merepotkan Jungwoo. Pertama, Yuta meminta Jungwoo untuk menulis tugas yang akan dikumpulkan besok karena Yuta tak bisa fokus. Kedua, Yuta meminta Jungwoo membelikan makanan karena ia sudah tak sanggup berjalan. Terakhir, saat ini, ia meminta Jungwoo mengemasi barang-barangnya ke dalam tas karena penglihatannya sudah benar-benar mengabur.
Anehnya, Yuta masih sadar.
"Gue heran banget lo nggak pingsan, Yut," kata Jungwoo seraya membantu menggendongkan tas Yuta.
Yuta terkekeh. "Ya, emangnya lo pengen gue pingsan?"
"Lebih baik gitu." Jungwoo menukas tanpa berpikir panjang. "Kalau begini, takutnya nanti lo pingsan di jalan. Sekarang bilang, rumah lo ada di mana?"
"Nggak usah khawatir," balas Yuta santai. "Gue kuat. Dari SD, gue nggak pernah pingsan. Lo tenang aja."
"Jungwoo, ayo pulang!" seru Yaya seraya mendekat ke arah meja Jungwoo dan Yuta. Keningnya mengerut saat melihat sesuatu yang aneh. "Lo kenapa Yut?"
Di pojok kelas sana, Taeyong mendengar suara khawatir Yaya dan menatapku tak suka. Bahkan Yaya tak bertanya sekhawatir itu saat pinggang Taeyong cedera tempo hari. Taeyong sengaja belum pulang, jelas karena menunggu Yaya. Sementara itu, Doyoung sudah keluar kelas duluan karena ada rapat bersama OSIS tentang urusan bendahara.
Yuta tersenyum kecil pada Yaya. "Gara-gara bergadang dikit, sih. Nggak usah khawatir."
"Nggak khawatir gimana, sih?" tanya Yaya seraya menyentuhkan punggung tangannya ke kening Yuta. "Gila, lo harus ke UKS dulu. Kening udah panas gitu, keringat di mana-mana, bibir juga pucat banget. Nanti kalau lo pingsan di jalan, siapa yang bisa nolong."
Tanpa menunggu jawaban Yuta, Yaya menarik tangan Yuta menuju UKS.
Badan Yuta terbawa begitu saja, seperti seringan kapas. Yuta tersentuh dan menatap bagaimana tangannya digenggam penuh kehangatan oleh Yaya. Yuta melihat punggung Yaya dan tersenyum lebar dengan hati menghangat serta jantung berdebar-debar.
Yuta tak pernah merasakan perasaan seaneh ini sampai ia berjalan dengan tuntutan Yaya di sore yang hangat ini.
Yuta senang.
Di belakang Yuta dan Yaya, Jungwoo mengikuti dengan khawatir.
Di belakang Yuta, Yaya dan Jungwoo, Taeyong mengikuti dengan wajah mengeras, penuh iri dan cemburu. Taeyong ingin mengacau dan menarik tangan Yaya dari tangan Yuta, tapi otaknya menahan keinginan hatinya itu.
Saat ini, Taeyong tak mau memperburuk hubungannya dengan Yaya. Jadi, ia diam saja sampai Yaya, Yuta dan Jungwoo menghilang, berbelok masuk ke dalam ruangan UKS laki-laki. Taeyong melanjutkan langkahnya, lurus, menuju parkiran untuk pulang dengan asap cemburu mengikutinya.
Taeyong percaya jika memang dirinya dan Yaya adalah sebuah takdir, pada suatu waktu, Yaya akan melihat selembut cahaya sore yang ia nikmati saat ini, sesejuk angin lembut yang membelai rambut serta mimpi saat ini dan seindah daun-daun coklat yang berguguran di parkiran sekolah karena angin.
***
"Nggak, gue sama Jungwoo tungguin lo aja," kata Yaya tegas saat Yuta menyuruhnya untuk pulang saja sementara dirinya diinfus. Perawat UKS telah mengecek keadaannya dan Yuta akan kembali pulih setelah setengah jam menerima infus vitamin.
Sore sudah sangat larut. Langit menjadi oren pekat dan sinar matahari sudah sangat kuning, masuk lewat kaca jendela UKS dan menyinari bangsal di mana Yuta terbaring di atasnya.
Karena itu, Yuta khawatir akan terlalu sore untuk Yaya dan Jungwoo pulang. Mungkin juga akan terlalu malam. Yuta tak pernah suka jika dirinya menyulitkan orang lain. Dari kecil, ia selalu dijajarkan mandiri.
Sekarang, ia merasa sangat tak enak. Meski sebenarnya senang dan lega karena Yaya dan Jungwoo peduli padanya.
"Lagian lo kenapa sok-sok-an bergadang sih?" tanya Yaya agak kesal.
"Biasalah, Ya," jawab Yuta pelan. Sebenarnya ia merasa lemas sekali dan ingin segera sampai di ruang untuk tidur. "Ada urusan OSIS."
"Emangnya yang lainnya nggak bisa bantuin?" tanya Yaya.
"Sebenarnya urusan itu diselesain buat satu Minggu, tapi gue suka beres sekaligus. Jadi malem kemarin gue beresin sampai pagi, lupa tidur," jawab Yuta dengan cengiran tanpa dosa.
Yaya menipiskan bibirnya. "Haduh, harusnya lo bisa manage waktu. Padahal anak organisasi sekolah. Ck, ck."
"Ya maaf."
"Lain kali jangan diulangi," kata Yaya seraya membenarkannya rambut Yuta yang tak sesuai tempatnya, hampir menusuk mata.
Hal itu membuat waktu seperti diperlambat. Cahaya sore lembut yang masuk lewat kaca jendela berada di belakang Yaya, membuat Yaya seperti mendapat efek khusus untuk terlihat bercahaya dan kebun cantik di mata Yuta. Jantung Yuta kembali berdetak diluar normal.
Yuta baru menyadari bahwa Yaya bisa terlihat secantik ini. Dilihat dari dekat, mata hitam bulat itu benar-benar jernih, kedua alisnya tipis, pipinya berisi dan hidungnya kecil serta tidak terlalu begitu mancung, tapi seluruhnya bersatu hingga menciptakan raut wajah bidadari bagi Yuta.
Sampai Yaya berkata lagi, Yuta baru sadar dari lamunannya. "Kalau sampai bergadang lagi, gue nggak bakal rela nungguin lo lagi kayak gini. Untung rumah gue sama sekolah jaraknya deket banget. Ogah gue pulang malem-malem gara-gara nungguin temen yang sakit gara-gara nggak hidup sehat."
Yuta tersenyum lebar. Sesuatu yang jarang sekali ia lakukan, kecuali pada orang-orang yang telah ia anggap dekat bagai keluarga sendiri.
"Maaf ya. Gue nggak bakal bergadang lagi, deh," kata Yuta menyesal. "Makasih juga karena udah nungguin gue. Woo, lo juga. Makasih buat semuanya."
"Sama-sama, Yut," balas Jungwoo yang sedari tadi fokus bermain game online di ponselnya. Meski begitu, telinga Jungwon tetap mendengarkan percakapan Yuta dan Yaya sejak tadi.
"Sama-sama, Yuta." Yaya mengangguk-angguk. "My partner, jangan sampai kalau rekap absen kelas, lo juga sampe bergadang!"
Yuta tertawa kecil. "Iya, iya, bawel banget."
"Gimana kalau mulai bulan depan, kita kerjain rekap bareng-bareng? Biar lebih cepat sama buat lebih memastikan biar lo nggak bergadang juga, gimana?" tanya Yaya, menyarankan sebuah ide.
Yuta menaikkan satu alisnya, lalu kedua sudut bibirnya dengan semangat. "Bagus, tuh. Oke, kita rekap bareng-bareng absen kelas mulai bulan depan."
"Siip."
***
Doyoung sent a photo
Taeyong segera mengecek foto yang dikirim Doyoung pada malam hari di mana ia baru saja selesai menggambar sepatu baru yang dibelikan Ayahnya. Foto itu berisi Yaya yang tengah menyentuh rambut Yuta di UKS.
Dada Taeyong langsung terasa terbakar.
Doyoung: panas nggak lo?
Taeyong: PANAS BANGET, ANJENGANJENG🔥
***
Part terakhir yang aku publish Minggu ini
Mungkin/
Soalnya kalau besok aku berubah pikiran, ya up lagi wkwkw
Dasar labil/
Pokoknya, kedepannya konflik lebih kompleks lagi, jadi diharapkan siap-siap :v
Tue 15 Sep 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
11 IPA 4 • NCT 127 X WAYV
Fanfic--- Ini kisah kelas XI IPA 4 yang merupakan kelas biasa-biasa saja. Sampai mereka semakin dekat, semakin berselisih, saling bersaing, merebutkan perempuan yang sama dan sakit hati. Ini hanya kisah remaja biasa. Tentang jatuh cinta dan patah hati...